Part 7 :

4.3K 140 5
                                    

Tok ... Tok ... Tok!!!

Aku mengetuk pintu ruang kerja Pak Indra.

''Masuk!'' Suara berat terdengar dari dalam.

Aku perlahan menekan gagang pintu, hingga berbunyi klik dan pintu pun terbuka.

''Permisi...'' ujarku agak kaku, ''maaf ... apakah benar Bapak memanggilku?'' imbuhku. Pak Indra menatapku dengan pandangan flat, bibirnya tersungging sedikit.

''Oh ya ... Tian, ayo silahkan duduk!'' Pak Indra memintaku untuk duduk di kursi yang berada tepat di depan meja kerjanya.

Aku mengangguk pelan, lalu dengan sigap duduk di kursi tersebut.

''Saya ingin kamu mengerjakan berkas-berkas ini!'' Pak Indra menyerahkan setumpuk kertas yang menggunung ke hadapanku,  ''saya kasih waktu satu minggu, dan kamu harus menyelesaikan ini semua!'' lanjut Pak Indra.

Aku cuma terbengong melihat tugas kerja yang begitu banyaknya.

''Kenapa, Tian ... kamu keberatan?''

''Mmm ... tidak, Pak ... saya siap mengerjakannya!'' jawabku sambil meraih berkas-berkas itu dan menentengnya untuk dibawa keluar dari ruangan Pak Indra, namun sebelum di depan pintu Pak Indra menghentikan langkahku.

''Tian ... tunggu sebentar!" katanya.

''Ya, Pak ...'' Aku melengos ke arah Pak Indra.

''Saya sudah me-review kinerja kamu selama ini, saya rasa pekerjaan kamu sangat bagus sekali, bulan depan saya akan mempromosikan kamu untuk naik jabatan,'' terang Pak Indra yang membuatku jadi sangat terkejut, aku tidak tahu apakah ini kabar yang menggembirakan atau akan menjadi sebuah beban mengingat aku belum begitu banyak pengalaman.

''Maaf, Pak ... apakah Bapak tidak terlalu dini dengan keputusan Bapak?'' tanyaku.

''Tidak ... saya sudah mempertimbangkan dengan masak-masak ... dan saya sangat yakin jabatan yang akan kamu terima nanti sangat cocok dengan kamu ... Apakah kamu tidak setuju dengan ini?''

''Mmm ... apa pun keputusan Bapak, saya dengan senang hati akan menerimanya.''

''Bagus ...'' Pak Indra tersenyum lebar.

''Baiklah ... kalau begitu saya permisi dulu, Pak!''

''Silahkan!'' Pak Indra membukakan pintu untukku dan membiarkan aku melangkah pergi meninggalkannya.

Aku berjalan sambil membawa setumpuk berkas dengan pikiran yang bercampur aduk antara senang karena akan naik jabatan dan juga bingung karena aku tak begitu siap dengan tanggung jawab yang akan aku emban nanti.

Aduh ... aku jadi tidak fokus, langkahku gontai karena bawaan yang terlalu berat hingga di sebuah lorong tanpa sengaja aku menabrak pintu yang hendak dibuka orang.

GUBRAAKKKK!!!!

Berkas-berkas itu jatuh berserakan di lantai, mataku langsung refleks ke arah pintu, namun seketika itu aku menjadi terpana karena yang berada di depan pintu ternyata si Putri.

''Ya, Tuhan ... maaf ya, Mas Tian ... aku tidak sengaja, aku tidak tahu kalau Mas Tian hendak lewat pintu sini,'' ujar Putri dengan nada cemas, lalu buru-buru membantuku untuk mengambili berkas-berkas itu.

''Tidak apa-apa kok, Put ...'' timpalku mendadak gugup dan segera merapikan semua berkas-berkasnya.

''Ya sudah biar aku bantu merapikannya, Mas Tian ...''

''Eh ... tidak usah, Put ... terima kasih ... aku jadi merepotkan kamu.''

''Santai aja, Mas ... lagian aku juga tidak merasa repot, kok,'' Putri masih membantu membereskan berkas-berkas itu, lalu menyerahkannya ke tanganku.

''Terima kasih, Put ... kamu baik sekali.'' Aku menenteng kembali tumpukan berkas-berkas ini, lalu dengan rasa deg-degan aku segera membawanya ke ruanganku.

''Ya ... sama-sama Mas Tian.'' Suara Putri terdengar lamat-lamat dikupingku, namun aku tidak berani menatap mukanya, kejadian tak terduga ini benar-benar membuatku jadi salah tingkah.

Gadis itu masuk kembali ke ruangannya, sementara aku masih terpaku dengan tumpukan berkas yang cukup merepotkan ini. __Huh!

Kembang LelakiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang