Part 6

4.9K 150 3
                                    

''Selamat pagi, Mbak Putri,'' sapa Jono di sebuah lorong sambil mengepel lantai, bibirnya tersungging menyambut kehadiran makhluk yang paling sexy di kantor ini.

''Selamat pagi juga, Mas Jono!'' sahut Putri dengan senyum lebarnya, bibirnya merona dengan gincu merah jambu, langkahnya tegap dengan setelan kemeja warna putih yang dibungkus dengan blezer warna biru muda, roknya menjuntai sepanjang lutut dengan warna yang agak gelap. Dia berjalan dengan lincah dan anggun meski mengenakan highheels yang cukup tinggi.

''Halo ... Put!'' Mas Purwa sang security ganteng menyapa seraya membukakan pintu untuk Putri.

''Halo, Mas Purwa!'' jawab Putri singkat sembari melanjutkan jalan menuju ruang kerjanya, semua mata tertuju padanya, termasuk aku yang terbengong dengan wujud wanita yang terkenal dengan kecantikan alaminya itu.

''Tian ... bengong aja, Lo!'' celutuk Benny membuyarkan lamunanku.

''Mashaallah ... cantiknya!'' gumanku.

''Siapa, sih?'' tanya Benny penasaran.

''Itu bidadari ...''

''Maksud Lo ... Si Putri?''

''Yess!''

''Ohhh ... dia memang cantik, memang Lo naksir ya, sama dia?'' Benny menatapku dengan pandangan aneh.

''Siapa sih, yang tidak tertarik dengan cewek semacam dia?!''

''Jadi Lo beneran naksir Si Putri?''

''Kalau ya, kenapa?"

''Aduh ... sebaiknya jangan deh, Tian ... saingannya banyak Lho, laki-laki di gedung ini hampir semuanya suka sama dia!''

''I don't care!"

''Daripada Lo nanti patah hati mendingan jangan, deh!"

''Sebelum janur kuning melengkung ... semua orang masih punya kesempatan termasuk gue ...''

''Hei ... hei ... hei ... Pagi-pagi udah pada ngerumpi aja!'' celetuk Mbak Mary, ''hayoo ... ngegosipin apa, nih? ... Ikutan dong, kayaknya seru!'' imbuhnya.

''Sepertinya ada yang lagi naksir tuh, Mbak ... sama si Putri'' jawab Danang ketus dari balik ruang kerjanya.

''O M G ... heloowww ... Gue ketinggalan berita nih! ... Siapa tuh, Nang?'' Mbak Mary semangat banget nunjukin kekepoannya.

''Gue...'' ujarku datar.

Danang terlihat nyengir sambil pura-pura sibuk dengan pekerjaannya, Mbak Mary agak melotot menatapku, dia memperhatikan aku dari atas hingga ke bawah.

''Wow ... Not Bad!'' ucap Mbak Mary menilaiku, lalu dia menarik tanganku dan membawanya ke ruang reseptionis.

''Lo serius naksir sama Putri, Tian?'' tanya Mbak Mary dengan nada penuh keseriusan, aku menggangguk pelan.

''Oke ... Gue akan dukung Lo ... tapi konon si Putri itu sudah punya pacar, tapi pacarnya jelek ... Lo lebih cakepan deh, pokoknya, jadi ... Lo harus bisa mengambil hati si Putri agar dia mau jadi pacar Lo ...''

''Ya, Mbak ... terima kasih atas dukungannya!''

''Gue yakin, kok ... Lo pasti bisa, Tian ... semangat, ya ... cus ah!"

Aku hanya tersenyum dengan tingkah Mbak Mary yang kelewat berlebihan itu, lalu tanpa banyak kata lagi aku pergi meninggalkan dia, aku berjalan menuju ke meja kerjaku dan duduk manis di depan komputer. Selang beberapa saat aku dihampiri oleh seorang Office Boy yang bernama Supri.

''Mas Tian ... Mas Tian dipanggil sama Pak Indra di ruangannya!'' ujar Supri sopan.

''Aku?'' Aku bingung dan sangat terkejut.

''Iya, Mas ...''

''Oke ... aku akan segera ke sana!'' jawabku, dan Supri pun cabut dari hadapanku.

Aku bangkit dari tempat dudukku dan semua mata melihatku dengan tatapan yang penuh tanda tanya, Benny, Danang, Mbak Mary, Pak Budi ... mereka seperti tak suka kalau aku mendapatkan panggilan dari Pak Maneger.

''Aku harap tidak ada apa-apa,'' kata Benny menyemangatiku.

''Paling disuruh lembur, Mas!'' timpal Pak Budi sambil cengegesan.

''Hehehe ... atau disuruh mijitin!'' tambah Danang masih dengan nada sinis.

''Woyyy ... pada negatif amat sih, pikirannya ... Udah buruan ke ruanganya, Tian! ... Ntar disemprot lho, kalau lelet!" tukas Mbak Mary ketus.

Aku cuma terdiam dan menghela nafas panjang, lalu dengan langkah yang tenang aku menuju ke ruangan Pak Indra.

Kembang LelakiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang