Dari waktu ke waktu, hubungan aku dan Iman kian bertambah akrab. Dan keakraban inilah yang membuat perasaan sayangku kepada Iman semakin tumbuh subur seperti jamur di musim penghujan. Aku jatuh cinta kepada Iman, hingga bayangan Iman selalu hadir di setiap mimpiku. Sosoknya senantiasa muncul sebagai bahan imajinasiku untuk bercinta dan menjadi objek fantasiku di setiap mimpi basahku. Dia... Dia... Dia... Hanya dialah pujaanku yang mampu membuatku berdebar-debar setiap kali berjumpa dengan dia. Dia yang bisa membuatku mendadak jadi gagap karena gugup, dan karena dialah aku mengenal istilah cinta monyet. Walaupun aku tidak tahu apakah ini benar-benar cinta, mengingat aku dan Iman adalah dua orang yang berkelamin sama.
Apa pun istilahnya, aku benar-benar tidak sanggup membendung perasaan aneh ini hingga suatu hari aku melakukan tindakan nekat dengan mengekpresikan perasaanku ini terhadap Iman.
Saat jalan bareng waktu pulang sekolah aku memberanikan diri meraih tangan Iman dan menggandengnya. Tentu saja sikapku ini menjadi sebuah tanda tanya besar dan penolakan yang kasar dari Iman.
''Tian ... kamu apa-apaan, sih!'' ujar Iman sambil menghempaskan tanganku.
''Maaf ... aku cuma mau menggandeng tanganmu saja, Man ....''
''Hahaha ... kamu sakit ya, Tian ... Jangan bertindak yang aneh-aneh, deh!'' timpal Iman dengan nada ketus.
''Sorry, Man ....''
''Kamu tuh, macam anak perempuan saja minta digandeng ... aku malulah, nanti dikira kita pacaran sesama jenis ... Iiihhh najis!'' ungkap Iman kesal.
''Iman ... Sorry... aku janji tidak akan melakukan ini lagi!'' Aku tertunduk lesu, Iman hanya memandangku dengan tatapan sinis, lalu tanpa berkata apa pun lagi dia bergegas pergi meninggalkan aku.
''Iman... Iman!" Aku berteriak memanggil-manggil namanya, namun dia tak sedikit pun menggubrisku, mungkin dia benar-benar marah dan membenciku.
Aku jadi terbengong dan berkaca-kaca memandang bayangan Iman, hingga lenyap dari kedua lensa mataku.
Semenjak peristiwa itu, sikap Iman jadi berubah, dia mulai menjauhi aku, dia juga tidak pernah mau menyapaku lagi. Aku jadi sangat sedih, karena merasa kehilangan sahabatku itu. Aku menyesal karena tidak bisa mengontrol sikapku, sehingga hubunganku dengan Iman menjadi kacau seperti ini. Ternyata perasaan cintaku ini menyebabkan hancurnya persahabatanku dengan dia.
Cinta macam apa ini, mengapa aku harus merasakan cinta begini, cinta yang menyakitkan hati dan membuatku menderita. Mengapa aku harus jatuh cinta dengan seorang anak laki-laki bukan sama seorang anak perempuan? Bagaimana mungkin ini bisa terjadi padaku ... aku merasa ini sungguh tidak adil ... Mengapa Tuhan memberikan perasaan nyeleneh ini hadir dalam hatiku? Mengapa Tuhan tidak membuangnya jauh-jauh dari tubuhku, agar aku bisa merasakan cinta normal... cinta wajar... cinta yang dapat diterima dengan akal... sehingga aku tidak mengenal cinta bertepuk sebelah tangan begini. Tanpa sadar aku menangis.
Dari kejadian ini aku cuma bisa mengambil sebuah pelajaran, mungkin aku tidak bisa memusnahkan perasaan melenceng ini dari kehidupanku, tapi aku pasti bisa untuk mengatur perasaan cinta ini agar aku tidak terbawa arus ego-ku, sehingga aku meminimalisir betapa sakitnya patah hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembang Lelaki
Storie breviUntuk 13++ ''Tian!'' serunya. ''Ada apa?'' Aku menoreh ke arahnya. ''Tunggu hasil test-nya ... paling cepat sejam dari sekarang dan paling lama tiga hari!'' Aku menggangguk dan mau berjalan lagi. ''Tian!'' seru Cakra lagi. ''Ada apa lagi, sih?'' Ak...