Part 22

3K 114 9
                                    

Hari minggu,

Berbekal dari sebuah alamat yang diberikan oleh Radit, aku mulai berpetualang mencari keberadaan Yudhi. Dengan niat yang teguh dan berlandaskan rasa solidaritas terhadap persahabatan yang tinggi aku ikhlas melakukan ini semua.

Bersama supir ojek online aku meyusuri gang-gang sempit, berkelok, naik turun, penuh kerikil-kerikil tajam, becek pula yang ada di kawasan Jakarta Timur, setelah bertanya beberapa kali kepada orang akhirnya aku menemukan juga alamat yang sesuai dengan petunjuk Radit. Aku turun dari ojek tepat di depan sebuah bangunan kost berlantai dua yang cukup panjang dengan deretan kamarnya seperti komplek rumah susun.

''Assalamualaikum!'' salamku di muka bangunan utama.

''Walaikumsalam!'' jawab seseorang dari dalam bangunan ini, lalu tak seberapa lama pintunya terbuka dan keluarlah seorang ibu-ibu berpenampilan sederhana yang lengkap dengan daster dan kerudung khas yang biasa dikenakan oleh wanita Betawi.

''Maaf ... apa benar ini tempat Kost Bunda Tini?'' tanyaku.

''Ya benar, Nak. Saya Bunda Tini sendiri pemilik kost-an ini, ada yang bisa Bunda bantu, Nak?'' jawab ibu ini ramah plus senyuman hangatnya.

''Saya sedang mencari teman saya yang bernama Yudhi, apa benar temanku itu ngekost di sini, Bunda?''

''Oh temannya Nak Yudhi ... Ya ... ya ... ya ... benar dia nyewa di lantai atas, Nak. Naik aja dari tangga itu, Yudhi menempati kamar nomor 3!" terang Bunda kost ini sambil menunjukan sebuah tangga yang bisa untuk mengakses ke lantai dua.

''Baiklah ... terima kasih, Bunda!" ujarku dengan senyum simpul dan setengah membungkuk sebagai rasa hormatku kepada ibu kost ini, lalu aku berjalan mendekati tangga.

''Iya ... naik aja, Nak! Gak papa ..." perintah Bunda Tini yang masih memperhatikan aku yang mulai menginjakan kakiku di anak tangganya. Aku memberikan satu senyuman lagi pada si ibu kost sebelum menaiki tangga yang terbuat dari besi ini.

Setelah melewati anak tangga yang di-setting spiral karena menyesuaikan kondisi bangunan yang tergolong rapat akhirnya aku tiba di lantai dua, mataku langsung fokus pada kamar nomor 3 karena menurut penuturan Bunda Tini, si Yudhi menempati kamar tersebut.

Perlahan aku menggerakan kakiku menuju kamar yang berdinding dengan cat warna hijau muda yang sudah mulai memudar. Pintunya terbuat dari kayu dengan warna coklat terang. Kemudian tanpa ragu aku mengetuk pintu tersebut tiga kali, tapi sayangnya tak ada jawaban ... sekali lagi aku mengetuk pintu ini ... tetapi tetap tak ada jawaban juga.

''Cari siapa, Mas?" celutuk seorang laki-laki dari kamar sebelah, aku melengos ke arah laki-laki itu, sungguh membuatku terpana dengan penampakan laki-laki ini, selain tampan lelaki berkulit bersih ini juga sedang shirtless, dia sangat penuh percaya diri memamerkan bentuk dadanya yang bidang dengan perut yang sixpack. Dan yang lebih membuat jantungku menjadi berguncang keras serasa mau copot, ketika mataku ini merekam makhluk sexy itu yang ternyata hanya mengenakan celana boxer ketat warna putih, sehingga menunjukan jendolan siluet bentuk alat vitalnya.

''Mashaallah ... sungguh indah makhluk ciptaan-Mu, Tuhan. Muda ... Ganteng ... dan sexy ...'' gumanku dalam hati mengagumi lelaki yang satu itu.

Kembang LelakiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang