Beberapa malam yang lalu.
Setelah makan malam alakadarnya di warung tenda pinggir jalan, aku dan Cakra berbincang sebentar, lalu Cakra mengajakku jalan-jalan mengelilingi bagian wilayah ibu kota yang belum pernah aku jamah, suasana malam yang romantis dengan hiasan lampu jalanan yang warna-warni menambah keindahan syahdu yang memanjakan indera visualku.
''Tian ... aku boleh mampir ke rumahmu?'' Cakra melempar sebuah pertanyaan yang sulit untuk kujawab, untuk kesekian lamanya aku memandang wajah dan pesona yang dimiliki Cakra sebelum aku memutuskan untuk membuka mulutku atas pertanyaannya itu.
''Sejujurnya ... aku tidak keberatan kamu mampir, tapi aku takut,'' kataku.
''Takut kenapa, Tian?'' Cakra menatapku dengan sorot mata yang penuh tanda tanya.
''Aku takut kita akan khilaf ...'' jawabku ringan tanpa beban.
''Hehehe ...'' timpal Cakra terkekeh sambil merangkulku dan mencubit manja perutku, "katakan padaku ... apakah kamu tidak menyukai aku?'' lanjut Cakra seraya memasang mimik wajah cute-nya tepat di hadapanku.
''Aku tidak tahu ...'' Aku memalingkan pandanganku dari sinar mata Cakra yang seperti pancaran magnet yang mampu menarik semua energi dan perasaanku.
''Hei ... aku tanya pada kau, apakah kau tidak menyukaiku, Tian" Cakra menarik kepalaku dan memaksanya untuk berhadapan dengan mukanya. Aku terdiam dan hanya bisa memandang wajah Cakra yang memang penuh daya tarik yang kuat. Ganteng, manis, cute, putih, bersih, bercahaya. __Aahh ... pokoknya perfecto. Bahkan satu jerawat pun tak mau singgah di wajahnya.
''Tian, kok kamu diam aja, sih! Diam ... berarti setuju. Setuju berarti suka ...'' celoteh Cakra yang ngasal berteori.
''Hai ... apaan, sih!'' Aku bersingut dan mendorong tubuh Cakra, kemudian sambil berlarian kecil aku menjauhi tubuh kekarnya itu.
''Woyyy ... tunggu!'' seru Cakra mengejarku.
''Hehehe ...'' Aku cuma terkekeh.
Aku dan Cakra berlarian seperti bocah yang bermain kejar-kejaran. Dengan tawa yang riang kami berdua saling mengejar, hingga akhirnya kami berdua tiba di depan rumah kontrakanku.
''Kenapa kamu mengikutiku?'' ucapku.
''Karena kamu itu my deer ...'' sahut Cakra sambil meringis.
''Deer ...terus kamu sendiri apa?''
''I am a lion ...'' Cakra membusungkan dada bidangnya dengan congkak.
''Konyol!'' tukasku sembari membuka pintu rumahku.
"Hahaha ...'' Cakra semakin terpingkal dengan tawa yang renyah seperti rempeyek.
''Aku akan menerkammu!'' seru Cakra sambil menubrukku dan memelukku dengan sangat cepat dan erat sekali, kemudian dengan sangat sigap dia menarik tubuhku ini dan menjatuhkannya ke atas ranjang tidurku. Lalu bagai seekor singa yang kelaparan dia menindihi tubuhku dan mulai mencabik-cabik seluruh badanku dengan ciuman nakal yang ganas.
''Maafkan aku, Tian ... aku lapar melihat daging empukmu!'' Cakra melumat bibirku dengan bringas dan melucuti semua pakaianku, dia mencumbui bibir, leher, dada dan putingku hingga aku tak berdaya dan pasrah dengan apa yang akan dilakukan oleh lelaki maskulin ini. Sentuhan dan ciuman Cakra sungguh membuat tubuhku ini menggelinjang dan bergerak-gerak tak beraturan menerjemahkan setiap serangan demi serangan liar Cakra yang membabi buta.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kembang Lelaki
Short StoryUntuk 13++ ''Tian!'' serunya. ''Ada apa?'' Aku menoreh ke arahnya. ''Tunggu hasil test-nya ... paling cepat sejam dari sekarang dan paling lama tiga hari!'' Aku menggangguk dan mau berjalan lagi. ''Tian!'' seru Cakra lagi. ''Ada apa lagi, sih?'' Ak...