Untuk 13++
''Tian!'' serunya.
''Ada apa?'' Aku menoreh ke arahnya.
''Tunggu hasil test-nya ... paling cepat sejam dari sekarang dan paling lama tiga hari!''
Aku menggangguk dan mau berjalan lagi.
''Tian!'' seru Cakra lagi.
''Ada apa lagi, sih?'' Ak...
Untuk mengusir galau, aku mencoba mencari hiburan di luar rumah, aku tidak tahu mau ke mana, aku hanya menyusuri jalanan yang sedikit becek di pinggiran kota. Dengan perasaan yang hampa, aku memandang langit malam yang gelap tanpa bintang. Menjenuhkan! Aku lelah dan akhirnya aku duduk di bebatuan yang tersusun rapi di sebuah taman, sambil menghempaskan nafas dalam, aku memperhatikan seluruh tempat ini, cukup banyak pengunjungnya dan rata-rata mereka berpasangan. Sungguh, pemandangan yang membuatku jadi iri, karena mereka bisa bercengkramah dengan orang-orang yang mereka sayangi, tidak seperti aku yang datang sendiri, dan tetap merasakan kesepian di tengah keramaian.
''Sendirian aja, Mas?'' celetuk suara laki-laki yang secara tiba-tiba muncul di hadapanku. Laki-laki berperawakan tinggi besar ini melempar senyum, lalu duduk tepat di sebelahku.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yudhi
''Iya ...'' sahutku gugup seraya memperhatikan wajah laki-laki itu yang ternyata hensem juga.
Laki-laki ini merogoh sebungkus rokok dari dalam kantong celana jeans-nya.
''Rokok, Mas ...'' ujar dia sambil menyodorkan bungkusan rokok itu ke arahku.
''Ehmm ... terima kasih, aku tidak merokok!'' balasku masih dengan nada gugup.
''Ooh ... sorry!'' Laki-laki berambut cepak ini mengangguk, lalu mengambil sebatang rokoknya dan menyelipkan di antara bibirnya, dia menyalakan korek api gasnya dan mulai menyulut lintingan tembakau tersebut. Sambil terpejam dia menghisap rokok itu, lalu menghembuskan jauh-jauh asapnya lewat lubang hidung dan mulutnya.
''Kenapa Mas, kok tidak merokok? Padahal, merokok itu memberikan sebuah kenikmatan tersendiri, lho ...''
''Oh, ya? Masa' seeh?"
''Iya, Mas ... rokok itu juga bisa menenangkan jiwa yang sedang galau ... bahkan banyak pekerja seni yang mencari inspirasi dengan cara merokok ...''
''Hah ... benarkah?" Aku mengernyit.
''Yups!'' Laki-laki ini tersungging, sangat manis sekali, bibirnya yang gempal mengingatkan aku pada seseorang. Gesture dan cara bicaranya juga sangat mirip sekali dengan sahabat kecilku dulu. Iya ... laki-laki berparas rupawan ini sekilas setali tiga uang dengan Alim. Alim adalah sahabat masa kecilku yang memiliki kebaikan dan solidaritas tinggi terhadap temannya seperti aku. Aduh ... aku jadi mengingat dia, dan setiap mengingat dia, mataku jadi berkaca-kaca.
''Namanya siapa, Mas?" ujar laki-laki ini lagi yang membuatku terperanjat dari lamunanku.
''Ehmmm ... aku, ya?''
''Iya nama Mas-nya ini siapa?''
''Aku ... Tian ... Hartian Tegar Raga!'' Aku membuka telapak tanganku dan mencoba meyalami tangan laki-laki itu.
''Nama yang bagus ...'' ujarnya sambil menyambut tanganku, lalu menjabat tanganku dengan sangat erat.
''Terima kasih ... kamu sendiri siapa namanya?'' tanyaku.
''Aku, Wahyudi ... kamu bisa panggil aku, Yudhi saja...'' jawabnya.
''Oke, Yudhi ... senang berkenalan dengan kamu!''
''Iya ... aku juga senang. Hehehe ...'' timpalnya.
''Ngomong-ngomong lagi ngapain di sini, Mas Tian?'' kata Yudhi.
''Panggil aja, Tian! Kurasa kita masih seumuran ...'' tukasku.
''Oke, deh ... Tian! Hehehe ...'' Yudhi tersenyum, aku juga.
''Aku hanya cari angin aja biar tidak suntuk di dalam rumah ... kalau kamu?'' kataku balik bertanya.
Dan untuk beberapa saat kami berdua jadi saling terdiam, entah mengapa suasananya jadi kaku begini. Aku tidak bisa mencairkan suasana dengan cepat.
Beeppp!!! ... Beppp!!! ... Beeppp!!!
Tetiba terdengar suara klakson mobil dari sebrang jalan, aku dan Yudhi serempak mendongak ke mobil itu yang memberikan tanda lampu sen kuning menyala kedap-kedip.
''Wah ... itu jemputanku sudah tiba!'' seru Yudhi sambil bangkit dari tempat duduknya.
''Sorry, ya, Tian ... aku tinggal dulu ... Daaaahhh!'' lanjut Laki-laki beraroma lavender ini sambil melambaikan tangannya, lalu berlarian kecil menuju ke arah mobil itu.
Seseorang membukakan pintu mobil berwarna silver itu, lantas dengan sigap Yudhi memasuki mobil tersebut. Sekali lagi terdengar suara klakson yang melengking, sebelum akhirnya mobil itu melaju meninggalkan tempat ini.