Part 12

3.5K 149 5
                                    

Dua minggu kemudian, Putri dan Ari menggelar resepsi pernikahannya di sebuah gedung. Segenap direksi dan karyawan perusahaan hadir pada acara tersebut termasuk aku. Saat aku melangkahkan kakiku di panggung pelaminan, Ibu Putri menatapku dengan pandangan nanar penuh dengan isyarat kekecewaan, namun Ibu Putri tak banyak bicara, dia hanya merangkulku dan memeluk tubuhku dengan segenap rasa kasih dan sayang. Aku melepaskan pelukannya perlahan dan berjalan menuju kursi pelaminan. Di sana ada Putri dan Ari yang tengah sibuk menyalami para tamu undangannya dengan mengenakan pakaian pengantin adat Jawa. Putri terlihat sangat cantik sekali, begitu juga dengan Ari, dia terlihat gagah dan tampan, mereka berdua adalah pasangan yang serasi, mereka dua sejoli yang keberadaannya bagai Raja dan Ratu.

''Selamat, ya ... semoga kalian mendapatkan keberkahan yang melimpah dari Tuhan Yang Maha Esa!'' ucapku pas di hadapan mereka berdua, mereka tersenyum bahagia.

''Terima kasih, Mas Tian ...'' balas Putri sambil mencium tanganku, lalu dia mengambil setangkai bunga mawar dari sebuah karangan bunga. Kemudian bunga itu diberikan kepadaku.

''Ini ... buat Mas Tian ... semoga Mas Tian cepat mendapatkan jodoh dan segera menyusul kami!'' ujar Putri seraya menyodorkan bunga itu ke tanganku.

''Thank you,'' ungkapku datar sambil mengambil bunga mawar berwarna merah ini dari tangan Putri.

Sekali lagi aku menatap wajah kedua mempelai, di sana aku dapat melihat rona kebahagiaan yang tertampang jelas. Aku hanya bisa memberikan doá dan restu agar mereka selalu dalam lindungan dan rahmat illahi, menjadi keluarga yang sakinah mawadah, warohmah ... Aamiin.

Selesai acara pernikahan.

Aku pulang bersama rombongan perusahaan, dan salah satunya adalah Mas Purwa si security, dia nampak murung dan sedih meninggalkan pesta pernikahan itu, cowok gagah dan ganteng ini rupanya memendam rasa kekecewaan yang begitu dalam dari pernikahan Putri.

''Purwa ... ada apa dengan dirimu?'' tanyaku penasaran.

''Sedih, Mas ...'' jawab Purwa.

''Kenapa sedih?''

''Orang yang aku taksir, sudah menjadi milik orang, Mas Tian ...''

''Hehehe ...'' Aku jadi tersungging.

Aku baru sadar ternyata yang patah hati bukan aku saja, dan memang pesona Putri itu mampu membius semua mata laki-laki yang melihatnya, termasuk Purwa si bujang dari pasundan ini.

''Sabar ya, Purwa ... masih banyak kok, wanita yang ngantri untuk jadi pacar kamu, karena kamu gagah, ganteng dan berkharisma ... tidak seperti aku ...''

''Mas Tian juga manis lho, Mas ...''

''Iya ... tapi aku tidak segagah kamu, Purwa!''

''Ohhh ... berarti aku lebih beruntung ya, Mas?''

''Beruntung ... karena tidak ada wanita yang memberimu mawar, namun durinya ditusukan pula ke hatimu!''

Purwa memandangku dengan tatapan tak mengerti, dia memperhatikan aku dengan sebegitu detailnya dari atas hingga ke bawah, lalu berguman, ''Mas Tian adalah laki-laki yang paling tabah yang pernah aku kenal ...''

Aku hanya tersenyum getir.

Kembang LelakiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang