2. Bubaran Sekolah

9.2K 210 3
                                    

Teng... teng... teng... teng!!!

Bel tanda pulang berdering, semua siswa berhamburan keluar dari kelas masing-masing. Dengan wajah ceria mereka melepas tugas belajar hari ini. Sebagian menuju ke tempat parkir sepeda, sebagian langsung menuju ke pintu gerbang.

Aku sendiri masih berdiri terpaku di depan kelas. Mataku melirik ke kelas sebelah dan berharap bisa melihat tubuh jangkungnya si Iman. Sekian lama menanti, akhirnya sosok yang kutunggu itu pun keluar dari dalam kelasnya.

 Sekian lama menanti, akhirnya sosok yang kutunggu itu pun keluar dari dalam kelasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Iman

''Iman!'' seruku memanggil cowok itu yang gelagatnya sudah terekam di mataku.

''Hai, Tian!'' sahut Iman dengan senyumannya yang khas, senyum tipis tapi manis. Aku berjalan menghampirinya.

''Pulangnya ke mana?'' tanyaku basa-basi.

''Di desa Kelang Depok ..." jawab Iman.

''Hah ... bukankah itu sangat jauh?''

''Ya ... lumayan!''

''Kamu naik apaan ke sekolah, Man?''

"Naik angkot dua kali ... dari sini ke terminal Comal, lalu dari terminal baru deh, ke desaku."

''Oh ... gitu ....''

''Iya ... kamu sendiri pulangnya ke mana, Tian?''

''Aku tidak jauh kok, dari sini ... paling 15 menit jarak tempuhnya menggunakan sepeda."

''Wah ... dekat dong!''

''Iya ... begitulah!''

''Oh ya ... rumahku searah kok, ke arah terminal, gimana kalau kita pulang bareng aja ... nanti aku boncengin kamu sampai terminal.''

''Boleh juga."

Asik ... ternyata Iman menerima tawaranku, sungguh aku senang sekali. Tanpa banyak kata lagi aku dan Iman langsung berjalan menuju ke tempat di mana sepedaku terparkir. Aku segera menaiki sepedaku dan kemudian Iman membonceng di belakangnya, perlahan aku kayuh sepeda ini hingga bergerak menyusuri pinggiran jalan raya yang cukup ramai. Di sepanjang jalan aku dan Iman tak terlalu banyak cakap, karena aku dan dia sepertinya sama-sama pemalu dan enggan untuk memulai sebuah perbincangan. Meskipun demikian, aku sudah merasa sangat bahagia, karena bisa berboncengan dengan orang yang aku sukai.

 Meskipun demikian, aku sudah merasa sangat bahagia, karena bisa berboncengan dengan orang yang aku sukai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tian

''Stop!'' ujar iman ketika tiba di terminal Comal, aku pun mengerem sepedaku, "kita sudah sampai, Tian ...'' lanjutnya sembari turun dari jok sepedaku.

''Iya ... Man, kita sudah sampai.''

''Tian ... terima kasih, ya ... kamu sudah mengantarku sampai ke sini,'' kata Iman sambil menepuk pundakku.

''Iya sama-sama, Iman ...'' timpalku.

''Dah ... sampai besok!'' Iman melambaikan tangannya seraya bergerak gesit menuju mobil angkutan yang bisa membawa dia ke desanya.

''Daah!'' Aku terus memandangi tubuh temanku itu, hingga hilang dari pandangan mataku, kemudian aku melanjutkan perjalananku menuju rumahku.

Ada berbagai macam rasa yang bercampur dalam hatiku, senang, berbunga-bunga dan juga takut menjadi satu. Entahlah, rasa kegembiraan ini terkadang menyisihkan rasa ketakutan yang cukup mendalam di benakku. Aku takut karena aku menyadari bahwa aku menyimpan sebuah rahasia hati yang semustinya tak pernah ada.

Kembang LelakiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang