Part 29

2.6K 119 2
                                    

Cakra memasukan cairan darahku ke sebuah botol mini yang telah teridentifikasi dengan namaku, lalu dia menutup rapat botol itu dan menyimpannya di sebuah wadah pendingin.

''Yups ... pengambilan sample darah sudah selesai ... gimana rasanya tadi, Tian? Tidak sakit, bukan?'' kata Cakra.

''Tidak ... cuma cenat-cenut dikit!'' jawabku dengan tawa kecil.

''Nah sekarang, aku mau kasih kamu beberapa pertanyaan dan kuharap kamu menjawab dengan sejujur-jujurnya ...''

''Siap!"

Cakra melempar senyuman madunya, manis sekali, kemudian lelaki berkumis tipis ini mengambil selembar kertas formulir dan sebatang pulpen dari dalam tasnya. Masih dengan senyum yang murah, dia duduk di hadapanku dan mulai mengintrogasiku.

''Nama?''

''Tian ...''

''Yang lengkap, Bro!"

''Hartian Tegar Raga!''

''Umur?''

''Duapuluh tiga tahun!"

Sambil mencatat mata Cakra sesekali menatapku dengan pandangan berbinar, seolah ada pesan yang tersirat dari pancaran bola matanya yang seperti kristal itu. Namun aku tak mampu membaca matanya dengan baik, aku tak sanggup bertatapan dengan matanya untuk jangka waktu yang lama.

''Next ... apakah kamu memiliki riwayat menderita suatu penyakit yang serius?''

''Tidak!" Aku menggeleng.

''Apakah kamu merokok?''

''Tidak!''

''Apakah kamu pemakai narkoba?''

''Tidak!" Aku menggeleng keras.

Cakra tersenyum lagi dan manggut-mangut, entahlah ... aksinya ini benar-benar membuatku jadi lebih salting dan tidak fokus.

''Last Question ...'' Cakra menatapku lebih dalam dan lebih tajam, ''kapan terakhir kamu melakukan hubungan seksual?'' lanjutnya dengan sebuah pertanyaan yang membuatku gugup untuk segera menjawabnya.

''Aku sudah pernah bilang sama kamu ... aku belum pernah melakukan kegiatan semacam itu!'' ucapku yang dibalas dengan reaksi tawa kecil penuh nada meledek.

''Hehehe ... '' Cakra meringis sambil meletakan formulir dan pulpen di atas meja, lalu dia perlahan mendekati aku dengan merayap seperti anak singa yang mengincar mangsanya.

''Kamu yakin belum pernah bersilaturahmi kelamin, Tian?" Cakra mendongakan wajahnya ke hadapanku, pelan namun pasti wajah itu mendekati wajahku hingga hanya tersisa beberapa centi. Aku menggeleng dengan mata tak berkedip dan mulut melongo.

''Meskipun sekedar ciuman?'' Cakra berkata dengan suara berat setengah berbisik, lalu tangannya yang kekar itu menangkap kepalaku dan dengan sigap dia menarik kepala ini hingga mulutku bersentuhan dengan mulutnya. Sungguh, aku kaget tak terkira. Bagai seekor bebek jantan Cakra menyosor bibirku dan melumatnya dengan penuh nafsu. Aku tak pernah menyangka kalau Cakra akan senakal dan senekat ini .... aku pasrah dan membiarkan Cakra mengulum bibirku dengan gigitan mesra dan memberikan sensasi kenikmatan luar biasa yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Sebuah rasa yang sulit kugambarkan dengan kata-kata, pokoknya gitu, deh ... enak dan bikin melayang terbang ke awang-awang.

Aku tak percaya ciuman pertamaku ini kudapat dari seorang laki-laki yang memang kukagumi beberapa hari ini. Aduh ... jantungku berdebar-debar tak karuan, keringat dingin mengucur di sekujur tubuhku, rasa takut, gemetar, gembira, grogi bercampur jadi satu seperti Gado-gado Betawi.

Kembang LelakiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang