Part 24

2.9K 118 7
                                    

Beberapa menit kemudian,

Cakra keluar dari kamarnya. Dia mengenakan atasan t-shirt berwarna putih polos dipadu dengan celana jeans warna biru, walaupun hanya casual look, tapi aura ketampanan Cakra terpancar sangat mentereng seperti kembang lelaki. Aku benar-benar speechless melihat pembawaan Cakra yang tenang dan super confident serta bentuk tubuhnya yang proposonal setara dengan model-model kondang. Aku memang harus mengakui kalau Cakra adalah salah satu cowok terkeren yang pernah aku temui dan mampu membuatku terbengong dengan pesonanya yang kharismatik. Bahkan aroma parfumnya juga sangat harum sekali seperti ribuan ekstrak wewangian yang menempel di tubuhnya.

''Wow'' level 9 kalau ukuran penilaian Soimah.

''Let's go, Bro ... aku sudah ready!'' ucap Cakra membangunkan aku dari rasa kekagamunan.

''Oke ...'' sahutku.

Cakra berjalan menuruni tangga, lalu aku mengekorinya dari belakang. Dengan langkah tegapnya dia bergerak menuju jalanan besar untuk menunggu sebuah angkutan umum.

''Kita naik angkot saja, Bro ... tempatnya tidak terlalu jauh, kok ... dan hanya sekali dengan menggunakan kendaraan umum,'' ujar Cakra saat berada di tepi jalan.

''Ya, Bro ... aku ngikut aja!'' sahutku.

Cakra menghentikan sebuah mikrolet, lalu dia menyuruhku untuk segera masuk ke badan mobil berwarna biru telor asin ini bersamanya.

Di dalam mobil sudah ada beberapa penumpang, dan semuanya berjenis kelamin perempuan, mata mereka langsung tertuju kepada kami berdua. Pandangan mereka aneh seolah mereka melihat kami berdua seperti artis atau mungkin alien. Sadar menjadi pusat perhatian mereka, dengan basa-basi Cakra mengajakku ngobrol untuk mengalihkan perhatian para perempuan itu. Rupanya cara ini cukup ampuh, sehingga dengan sendirinya mereka pun segera memalingkan pandangan mereka.

Usai melakukan perjalanan kurang lebih sekitar 15 menit, akhirnya kami tiba juga di suatu tempat. Cakra meminta sopir angkot untuk menghentikan laju kendaraannya, lalu dia membayar sejumlah ongkos kepada sang sopir.

''Tian ... yuk, turun! Kita sudah sampai,'' ujar Cakra sambil menepuk pahaku, kemudian dia keluar dari mobil angkot ini dan aku mengikutinya.

Cakra berjalan dengan langkah panjang menuju sebuah gedung, pandangannya lurus dan tanpa berkata sepatah kata pun. Aku hanya bisa mengekorinya dari belakang.

''Cakra, kita mau ke mana?'' tanyaku.

''Ikuti aku aja!'' jawab Cakra tegas dan datar, aku jadi manut saja.

Lelaki jangkung ini bergerak sangat cepat memasuki gedung tersebut. Di dalam ruangan ini dia nampak santai dan ramah menyapa beberapa orang yang kebetulan berpapasan dengannya. Aku masih tanda tanya, sebetulnya tempat apakah ini? Lorongnya seperti di sebuah rumah sakit, tapi aku tidak melihat orang yang berkostum khas para dokter maupun petugas paramedis lainnya. Orang-orang yang kutemui semua berpakaian biasa dan tidak menunjukkan sebuah instansi yang formal.

''Aku bingung ...'' selorohku.

''Bingung kenapa, Tian?''

''Sebenarnya ini tempat apa, sih?'' tanyaku penasaran tingkat dewa.

''Ini hanya sebuah gedung Yayasan Cinta Kasih.''

''Yayasan?" Aku mengernyit.

''Iya ... tapi lebih tepatnya adalah tempat penampungan!''

''Penampungan apa, Cakra?''

''Aku harap kamu tidak terkejut mendengar penjelasanku ini, Tian!"

''Kamu makin membuatku penasaran saja, Cakra ...''

''Serius ... kamu ingin mendengarnya?''

''Tentu saja!"

Cakra tidak langsung bicara, dia menarik nafas terlebih dahulu sebelum akhirnya membuka mulutnya kembali.

''Tempat ini adalah tempat penampungan bagi penderita HIV/AIDS!'' ungkap Cakra jelas dan tenang, namun kata-kata terakhir yang dia sebutkan cukup membuatku tersentak dan kaget, bagai sebuah sambaran petir di siang bolong.

''Kamu tidak sedang bercanda 'kan, Cakra?'' Bibirku mendadak gemetaran hebat.

''Tidak!''

''Kamu bilang Yudhi ada di tempat ini ... Jika benar tempat ini adalah tempat penampungan para ODHA itu berarti Yudhi__?"

''Iya ...'' Cakra mengangguk pelan sambil menatapku dengan tatapan tegas penuh makna. Anggukan yang mempertegas bahwa Yudhi itu salah satu dari pasien ODHA.

ODHA : Orang Dengan HIV/AIDS

Kembang LelakiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang