Part 27

2.7K 108 2
                                    

''Oh ya, Tian ... yayasan kami juga rutin menyelenggarakan program VCT.''

''Apa itu VCT?''

''VCT itu Voluntary Counseling and Testing, ini adalah sebuah program sukarela bagi siapa saja yang ingin mengetahui status HIV/AIDS mereka melalui Test Laboratorium, dengan program ini kita bisa melakukan pencegahan dan pengobatan secara dini terhadap HIV/AIDS, di sini juga kita bisa mendapatkan pengetahuan dan pemahaman secara benar tentang HIV, sehingga kita dapat melakukan langkah yang tepat dan kongkrit untuk menanggulanginya ....''

''Wah ... aku jadi menambah pengetahuan, nih ...''

''Iya, jika kamu berminat ... kamu bisa datang setiap hari rabu ke yayasan kami, nanti team akan melayani dengan senang hati, jangan takut ... semuanya gratis, kok ... dan kerahasiaan datanya akan terjaga dengan aman.''

''Tapi ... aku belum pernah gitu-gitu, Cakra!''

''Hehehe ... walaupun belum pernah untuk jaga-jaga saja ... karena siapa pun rentan berisiko, apalagi kaum pelangi yang lebih sering melakukan seks bebas dan tanpa pengaman ...''

''Aku bukan orang yang semacam itu ...''

''Baguslah, Tian ..., aku juga tidak memaksakan kamu untuk melakukan test ... tapi bila kamu ingin mengikuti test-nya, kami akan selalu siap membantu kamu kapan pun!"

Perbincangan aku dan Cakra semakin serius, tapi kami terdiam sejenak ketika seorang pelayan datang membawa pesanan kami. Dia meletakan dua gelas coffee late di atas meja, lalu pergi.

''Minum dulu kopinya, Tian!'' perintah Cakra sembari meraih satu gelas kopi tersebut, lalu menyeruputnya.

''Iya!'' Aku turut mengambil gelas berisi kopi itu dan perlahan pula meminumnya.

''Tian ... aku boleh tanya sama kamu?'' ujar Cakra seusai menyeruput kopinya.

''Boleh ...'' jawabku.

''Apa hubungan kamu dengan Yudhi?'' ujar Cakra lagi.

Deg! ... pertanyaan Cakra membuatku agak canggung dan ragu untuk menjawabnya.

''Ka-kami cuma berteman ...'' jawabku rada gugup.

''Kamu yakin kamu belum pernah bercinta dengan dia?"

''Tentu saja aku yakin ... karena memang kami belum pernah melakukan hal itu!"

''Kamu mencintai Yudhi?"

Aku terdiam dan bingung musti menjawab apa.

''A-aku tidak tahu ...'' ucapku sekenanya.

''Oke ... kamu tidak perlu menjawabnya, aku sudah mengerti, kok ...''

''Tapi, aku tidak ingin terjadi sesuatu pada Yudhi ...'' Tiba-tiba suaraku serak dan mataku berkaca-kaca kembali.

Cakra menatapku dengan sorot mata yang tegas, tangannya menyentuh tanganku dan menggenggamnya dengan sangat erat.

''Jangan khawatir, Tian ... kami akan berusaha memperbaiki keadaan Yudhi ... meskipun kita tahu penyakit ini belum bisa disembuhkan, tapi kita tidak boleh berhenti berharap ... kita harus selalu dan terus memberikan dukungan semangat buat mereka-mereka yang terjangkit penyakit ini ... terutama Yudhi."

Akhirnya tangisku pecah juga. Aku tidak bisa lagi membendung deraian air mata yang membanjiri kedua pipiku. Aku benar-benar takut akan kehilangan sahabat seperti Yudhi.

''Cakra ... aku tidak mau membicarakan ini lagi ...'' Aku bangkit dari tempat dudukku dan melepas genggaman tangan Cakra.

''Terima kasih atas semuanya ... permisi!'' imbuhku seraya membalikkan tubuhku, kemudian dengan langkah enteng aku pergi meninggalkan Cakra yang masih ternganga melihat sikap dan kepergianku.

Kembang LelakiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang