4. Maaf

6.4K 173 9
                                    

Masa SLTP-ku berakhir dengan menyisakan kepiluhan karena di masa itu aku tidak memiliki banyak teman, aku masih sering mendapatkan bully-an dari teman-temanku, karena kondisi tubuh dan perilakuku yang terlihat feminim. Meskipun aku selalu berusaha untuk bersikap seperti lhayaknya teman laki-laki yang lain, namun gesture dan perangaiku tetap tak bisa disembunyikan. Di masa ini pulalah aku menekan rasa ketertarikanku pada teman-teman lelakiku sebisa mungkin aku menutup perasaan itu agar aku dapat menjalankan kehidupan ini dengan normal, walaupun itu sangat sulit sekali.

Memasuki bangku SMA, keadaanku juga tidak terlalu jauh berbeda dengan kondisi saat di bangku SLTP, aku yang pendiam dan pemalu tak memiliki banyak teman, tapi hal yang menyenangkan adalah dari sifat kalemku ini membuat banyak teman perempuanku yan...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Memasuki bangku SMA, keadaanku juga tidak terlalu jauh berbeda dengan kondisi saat di bangku SLTP, aku yang pendiam dan pemalu tak memiliki banyak teman, tapi hal yang menyenangkan adalah dari sifat kalemku ini membuat banyak teman perempuanku yang suka berteman dengan aku, mereka memuji dan memujaku karena prestasiku di sekolah serta pembawaanku yang humble dan tidak banyak tingkah. Bahkan ada beberapa perempuan yang tergila-gila sama aku dan menginginkan aku jadi kekasihnya, salah satunya adalah Wina, gadis cantik berkerudung ini terang-terangan mengungkapkan perasaannya terhadapku, namun dengan sangat halus aku menolaknya, bukan karena aku tidak menyukainya tapi aku tidak ingin melukai hatinya bila seandainya dia tahu kalau aku adalah seorang homoseksual.

''Maafkan aku, Win... kamu terlalu baik buatku, aku tidak pantas untukmu, dan kamu berhak mendapatkan cowok yang lebih baik daripada aku,''  ujarku pada Wina siang hari itu, dan Wina hanya bisa menangis mendapatkan penolakan dariku.

Sebenarnya aku tidak tega melihat dia seperti ini, tapi aku justru akan membuatnya lebih terluka bila aku memulai suatu hubungan dari sebuah rasa kasihan semata.

''Aku terlalu mencintaimu, Tian... aku tidak peduli seperti apa dirimu, tapi bagiku kamu adalah cowok terbaik yang pernah aku kenal...'' ujar Wina dengan isakan tangisnya yang terdengar menyayat hati.

''Tidak, Win... kamu tidak mengenaliku, aku tidak sebaik yang kamu pikirkan.''

''Kamu jahat, Tian!" Wina meneteskan air matanya sambil memukul-mukul dadaku.

''Maafkan aku!'' bisikku.

''Kamu menyia-nyiakan ketulusanku.'' Suara Wina terdengar gemetar.

''Aku tahu... Mungkin aku akan menyesal... tapi aku mohon, kamu bisa mengerti aku!''

''Aku tidak mengerti... Sampai kapan pun aku tidak akan mengerti kamu, Tian...'' Wina menatapku dengan pandangan nanar, air matanya menetes membasahi kedua pipinya.

''Wina ....''

''Tian... aku membencimu... aku sungguh membencimu!'' Wajah Wina memerah dan penuh dengan linangan air mata.

''Wina... Win... maafkan aku!"

Wina membalikan tubuhnya, lalu dengan sigap dia berlalu meninggalkan aku.

Sungguh ini membuat hatiku terluka, aku tidak pernah menyangka kalau Wina memiliki perasaan sedalam itu, kepergiannya seolah merobek batinku hingga terkoyak penuh luka, andai aku memiliki rasa yang sama mungkin aku akan menerimanya dengan senang hati untuk menjadi kekasihku, namun aku tidak bisa membohongi diriku sendiri kalau aku tidak memiliki sedikit rasa untuknya. Rasa sayangku hanya sebatas pertemanan dan tidak akan pernah bisa lebih.

Kembang LelakiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang