Hari itu adalah hari yang cukup menyenangkan bagiku, melihat kondisi Yudhi yang mulai membaik, hasil test-ku yang negatif dan makan malam bersama Cakra. Sungguh aku merasa semua itu membuatku terbawa dalam samudra kebahagiaan yang mendalam, namun ada satu yang mengganjal dalam hatiku, sebenarnya perasaanku ini aku tambatkan kepada siapa ... Yudhi atau Cakra?
Baik Yudhi maupun Cakra, keduanya sama-sama orang yang aku kagumi, Yudhi yang tertutup dan enggan mengungkapkan perasaannya dan sedang menghadapi dilema hidupnya karena terjangkit suatu penyakit yang serius, dia membutuhkan perhatian lebih untuk dapat memompa semangatnya dalam menjalani hari-harinya yang mungkin sangat sulit. Sementara Cakra, adalah orang yang terbuka, humoris, penyayang dan juga agresif, dia pria yang nyaris sempurna tanpa cela. __Aaahh ... aku jadi bingung, apa yang harus aku lakukan? Mengapa mereka hadir dalam hidupku dalam waktu yang bersamaan ... sehingga aku dihadapkan pada sebuah pilihan antara cinta dan persahabatan.
Untuk sementara waktu aku melupakan itu semua, aku memfokuskan dan menyibukan diri pada pekerjaan, hingga aku jarang menjenguk Yudhi maupun menjumpai Cakra, aku perlahan melupakan mereka hingga tiba akhirnya aku mendapatkan kabar bahwa aku akan dipindahtugaskan keluar kota. Aku tidak tahu bagaimana menyikapi kabar ini, apakah aku akan memanfaatkan momen ini untuk move on dari mereka atau membiarkan aku terhanyut dalam buah simalakama yang teramat sulit untuk memutuskan sebuah pilihan.
''Cakra ... besok aku akan dipindahkan bekerja di luar kota,'' ujarku sore itu di ruang praktek Cakra.
''Hah ... mendadak sekali?'' Cakra terkejut mendengar berita ini, dia langsung berdiri menghampiri aku.
''Ya, karena cabang di sana lagi membutuhkan karyawan yang sudah berpengalaman, jadi aku dikirim ke sana!'' jelasku.
''Oh, begitu ... berarti hari ini kita terakhir bertemu, ya?''
Aku mengangguk.
Cakra memandangku dengan lekat, tangannya mengayun dan mendarat di pipiku, dia mengusapnya dengan lembut.
''Tak banyak yang bisa aku ucapkan ... aku pasti akan sangat merindukanmu, Tian!'' Cakra mengecup bibirku dan aku membiarkan dia mengulumnya dengan sesuka hati, aku menikmati setiap lumatan bibir Cakra yang terasa hangat dan bersemangat. Aku membalas lumatan bibir Cakra dengan satu kecupan yang kuat agar memberi kesan yang dalam karena aku yakin dan mungkin ini adalah ciuman terakhir yang bisa aku rasakan dari bibir tipisnya yang ranum, karena setelah ciuman itu aku akan pergi meninggalkan dia. Tanpa suara dan hanya isyarat mata yang berkata.
Aku berjalan menuju ke tempat Yudhi, hal yang sama aku juga sampaikan tujuan berkunjungku kepadanya. Aku terdiam saat reaksi Yudhi yang jauh berbeda dari yang aku perkirakan, dia seperti tak rela untuk melepaskan kepergianku. Dengan tatapan mata yang mendung dia mendekati aku, tak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya, namun satu hal yang tak pernah aku sangka, ketika dengan gesitnya Yudhi menyambar bibirku dan memberikan satu kecupan mesra yang terasa sangat menyesakan dadaku karena ciuman ini sama persis rasanya seperti ciuman yang kudapat dari Cakra.
''Aku akan meninggalkan Jakarta ...'' ujarku, Yudhi hanya tertegun menatapku, "jaga diri baik-baik ...'' imbuhku pelan sambil mengelus bahu Yudhi. Laki-laki di hadapanku ini masih tak bergeming hanya linangan air matanya saja yang nampak menetes membasahi pipi.
''Good bye ...'' ucapku mengakhiri pertemuan ini dan bergerak menjauhi Yudhi yang terpaku memandang kepergianku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembang Lelaki
Short StoryUntuk 13++ ''Tian!'' serunya. ''Ada apa?'' Aku menoreh ke arahnya. ''Tunggu hasil test-nya ... paling cepat sejam dari sekarang dan paling lama tiga hari!'' Aku menggangguk dan mau berjalan lagi. ''Tian!'' seru Cakra lagi. ''Ada apa lagi, sih?'' Ak...