27; Thank You

1.9K 136 1
                                    

happy reading beb, jangan lupa vomment!<3

-----

"Ji Hwan! Apa-apaan! Aku harus kembali ke dorm!" ucap Hyora setengah memekik ketika juniornya itu menggenggam pergelangan tangannya dengan erat. Ji Hwan membawanya masuk ke dalam mobilnya, yang anehnya dengan lembut.

"Noona," panggil laki-laki itu dengan lembut pula. Membuat aksi berontak Hyora melemah dan menatap matanya. "Sebentar saja, aku ingin bersama noona sebelum noona sibuk kembali."

Mata adalah kelemahan Hyora. Dan ketika mata Ji Hwan memancarkan aura sedih sekaligus berharap, perempuan itu menelan ludahnya pelan sebelum mengangguk. Membuat Ji Hwan tersenyum lalu menutup pintu penumpang. Berjalan menuju kursi kemudi.

"Noona tidak apa jika aku membawamu ke rumahku?" tanya Ji Hwan seraya melirik Hyora dari kaca tengah. Tersenyum ketika melihat perempuan itu mengangguk.

Hyora sadar kondisi apa yang akan ia alami nanti. Maka dari itu, tanpa sepengetahuan Ji Hwan, ia mengeluarkan ponselnya dari dalam tasnya lalu mengirimkan sebuah pesan ke Hyena.

Lee Hyora
Eonni, tolong aku.

Sesingkat itu. Sebut saja Hyora bodoh. Ia mengirimkan pesan meminta tolong namun tidak mengerti dimana ia berada. Namun siapa tau 'kan?

"Ji Hwan-ah, tidak akan lama 'kan, di rumahmu? Ternyata koreografer meminta latihan lebih awal," ucap Hyora, dengan was-was melihat ke arah laki-laki tersebut. Itu hanyalah kebohongannya semata.

Ia dapat melihat Ji Hwan sedang berpikir. Dan badannya merinding ketika juniornya tersebut menjawab, "Mungkin agak lama, aku ingin mengobrol dan bermain dulu dengan noona."

Sial.

Setan apa yang merasuki Ji Hwan? Sepengetahuan Hyora, juniornya tersebut sangatlah polos saat di sekolah dulu. Tapi mengapa sekarang berubah menjadi 'nakal'?

"Kita sudah sampai, noona." Hyora mengalihkan pandangannya ke luar jendela saat Ji Hwan berkata seperti itu. Di depannya, bisa dibilang bukan rumah, tapi flat yang mirip seperti apartemen. Hanya ada tiga lantai, bercat dinding putih pucat dengan beberapa retakan. Menandakan sudah setua apa bangunan flat ini.

Hyora mengerjap ketika pintu penumpang di sebelahnya terbuka. Lalu sebuah tangan terulur, yang disambutnya dengan lambat. Ji Hwan membawanya turun dari mobil, lalu menuntunnya untuk menaiki tangga menuju lantai dua. Berjalan menuju ujung koridor, dan berhenti di sebuah pintu kayu yang bertuliskan nama juniornya tersebut.

Ji Hwan mengeluarkan kunci flat dari kantung celananya, memasukkannya ke lubang kunci dan memutarnya dua kali. Pintu terbuka, memperlihatkan ruang tamu yang rapi dan cukup hangat.

"Ayo masuk, noona." Ji Hwan meraih tangan Hyora dan menariknya masuk. Lalu mendudukkan perempuan tersebut di sofa. "Noona mau minum apa? Akan kubuatkan."

Hyora tersenyum. "Teh saja, terimakasih Ji Hwan-ah."

Setelah Ji Hwan hilang dari pandangannya, Hyora meraih ponselnya kembali di dalam tas. Mengabaikan pesan Hyena yang berisi pertanyaan mengapa. Ia menjawabnya dengan lokasi flat, ciri-cirinya, lalu tidak lupa pintu yang mana di lantai berapa.

Setelah memastikan pesan tersebut benar-benar terkirim, Hyora memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas dan memasang senyum ketika Ji Hwan memasuki ruang tamu dengan dua gelas teh.

Hyora yang mungkin terlalu waspada, matanya memindai setiap gelas teh. Apa salah satunya berubah warna, atau wangi tehnya berubah. Namun tidak sama sekali ditemukan pada setiap gelas.

Bisa saja 'kan, Ji Hwan memasukkan sesuatu ke dalamnya? Obat tidur, mungkin?

"Jadi kutanya sekali lagi. Apa noona menyukai barang kirimanku selama ini?" Ji Hwan mengambil duduk tepat di sebelah Hyora, namun diberi sedikit jarak. Badannya menghadap ke arah Hyora.

Hyora mengukir senyum. "Suka sekali, tapi tidak setiap hari juga kau mengirimkan bunga. Aku jadi susah ingin menyimpannya dimana."

Ji Hwan tersenyum simpul, lalu menggeleng pelan. "Tidak apa, aku senang jika noona juga senang."

Mereka terus berbicara hingga Ji Hwan memanggil Hyora dengan nada yang cukup serius. "Noona." Tubuhnya menegak, menatap tepat pada mata Hyora. Membuat yang ditatap merinding karena tatapannya yang tajam seperti elang.

"Apa noona masih menyukai Kim Taehyung? Artis senior noona tersebut?"

Hyora tersentak, ia menelan ludah gugup. "Me-mengapa kau bertanya seperti itu?"

Bukannya menjawab, Ji Hwan malah bertanya hal lain. "Apa noona ingin tahu siapa yang menyebarkan foto noona dengan Kim Taehyung waktu itu?"

Hyora mendesis. "Siapa?"

Tangan Ji Hwan terangkat, menuju ke dadanya sendiri, lalu menepuknya berkali-kali. "Aku, noona. Aku yang mengambil gambar tersebut dan menyebarkannya."

Hyora menatap juniornya dengan penuh rasa terkejut. Namun sedetik kemudian, matanya berkilat marah. Ia berdiri dari duduk dan menunjuk wajah Ji Hwan dengan telunjuknya. "Jadi itu kau, huh? Kau itu sebenarnya apa? Sasaeng? Kau menguntitku selama ini? Kau tidak tahu betapa menderitanya aku karena foto-foto tersebut? Kau tidak tahu juga bagaimana Taehyung? Dan yang lebih parah, kau membuat kami mengambil keputusan untuk memutuskan hubungan kami!"

Hening beberapa detik hingga Hyora tersadar apa yang telah diucapkannya. Tanpa mengurangi kilat amarahnya, tangannya terangkat untuk menyisir rambutnya ke belakang, merasa frustasi. Setelah itu meraih tasnya yang tergeletak begitu saja di atas meja. "Lebih baik aku pergi daripada bersama dengan sasaeng sepertimu."

Belum sempat mengambil langkah, tubuh Hyora membeku ketika mendengar pernyataan spontan dari Ji Hwan. Kepalanya menoleh ke arah juniornya tersebut, menatap matanya yang kilatnya bercampur aduk. Sedih, marah, semua menjadi satu.

"Karena aku menyukai noona!"

Sepersekian detik kemudian, Hyora dapat merasakan tubuhnya terdorong ke belakang, membentur dinding. Dengan Ji Hwan yang berada di hadapannya dengan jarak yang sangat dekat. Tangannya bergerak mengusap seluruh wajah Hyora, membuat perempuan itu gemetar. Dan ketika tangan tersebut menyentuh bibirnya, mata Hyora melebar. Ji Hwan mendekatkan wajahnya dengan cepat dan menempelkan bibirnya dengan bibir Hyora.

Butuh beberapa detik hingga Hyora mendorong tubuh Ji Hwan dengan keras. "Ji Hwan!" Namun juniornya tersebut kembali merangsek maju dan kembali menempelkan bibirnya, kali ini dengan sedikit pagutan. Tubuhnya mengikis jarak, tidak memberi ruang untuk Hyora berontak.

Namun nyatanya tangan Hyora masih dapat terangkat dan memukul dada Ji Hwan habis-habisan, yang tidak dihiraukan. Bahkan saat air matanya mengalir, juniornya itu sama sekali tidak menghiraukannya. Hingga ia mendengar suara pintu flat terbanting terbuka, dan menyaksikan seseorang memukul Ji Hwan dengan brutal. Lalu ia dapat merasakan seorang laki-laki berpostur tinggi dan sedikit kekar merengkuh tubuhnya.

"Manager Sejin?" Yang dipanggil tidak menjawab, sibuk membisikkan kata-kata penenang di telinganya dan mengusap punggungnya dengan lembut. Setelah memastikan Hyora sedikit tenang, ia berpaling ke arah laki-laki yang masih memukuli Ji Hwan, bermaksud melerai.

Hingga akhirnya laki-laki tersebut menoleh ke arah Hyora, dan air mata perempuan itu kembali menetes. Sepersekian detik kemudian, tubuhnya masuk ke dalam rengkuhan hangat laki-laki tersebut.

"Maaf karena datang terlambat, maafkan aku," ucapnya lirih sekali, namun tidak dapat menghilangkan nada khas baritonnya. Seiring dengan ucapan itu, rengkuhannya makin mengerat. Mungkin merasa menyesal karena datang terlambat, atau mungkin karena hal lain yang Hyora tidak tahu apa itu.

Butuh beberapa saat untuk Hyora membalas rengkuhan tersebut, masih dengan tubuh bergetarnya. Mengusap punggung laki-laki tersebut dengan lembut, berusaha mengikis rasa menyesalnya.

"Terima kasih sudah datang, Taehyung.."

-tbc-
ehehehe, aku buat Ji Hwan jadi jahat disinii, gimana menurut kalian?

Girlgroup | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang