5. Panggilan (MIA'S POV)

3.3K 404 62
                                    

“Mah! Mau minum!”

Aku mengambilkan putraku minum, mungkin haus karena daritadi menggambar. Belum lagi sebelumnya main dengan anak-anak tetangga. Dia belum istirahat walau untuk duduk menonton TV seperti yang aku lakukan.

Hari ini Gio benar-benar aktif bermain, membuatku kelelahan sendiri. Pasalnya, dari pagi dia terus mengangguku bahkan saat sedang membereskan pekerjaan rumah dan mengobrol dengan Dahyun lewat chatting.

Mungkin karena dia sudah mulai fasih bicara. Setiap malam, Kyungsoo selalu bicara panjang lebar supaya dia bisa berinteraksi dengan jelas. Takut cadel seperti Sehun, katanya.

“Aku pulang.” Aku beranjak dan menghampiri pintu saat mendengar motor serta suara suamiku yang terdengar dari luar. Sambil melepaskan dasi dan memberikan tasnya, seperti biasa dia akan mencium keningku dan menanyakan Gio.

“Papah!!!”

Gio berlari dan segera Kyungsoo sambar badannya untuk ia gendong. Keduanya tertawa, dan berlalu ke ruang keluarga. Sedangkan aku, seperti biasa akan menyiapkan air mandi dan mulai menyiapkan makan malam.

“Gio sudah mandi, jadi kalau kau mau main dengannya segera bergegas,” ujarku sambil berjalan ke dapur. Kyungsoo tak menyahut dan masih asyik memuji-muji gambar putra kami. Padahal hanya gambar tangan yang ia jiplak atau mentok-mentok boneka dan bunga matahari.

“Aku boleh request?” tanya Kyungsoo menghampiriku sambil memperhatikan beberapa bahan makanan yang aku siapkan. “Aku mau ramen instan.”

“Ramen instan dengan nasi?” tanyaku memastikan menu makan kali ini. Dia mengangguk dan mencolek-colek pipiku, kurang kerjaan. Aku mengangguk dan mengambil satu ramen instan untuk dimasak.

Kyungsoo akhirnya berlalu mandi setelah puas mencubiti pipiku dan aku mengomelinya.

Huh, dasar. Memangnya dia pikir kita masih pacaran? Kebiasaannya yang suka mempermainkan pipiku itu tak hilang juga. Padahal aku cukup terganggu.

Appa! Mau kemana?!” seru anakku.

“Mandi dulu, sebentar ya. Nanti main lagi.” Aku ke ruang keluarga dulu sebentar dan mengisyaratkan Gio agar mendekat.

Aku bilang, “Gio mau menemani mama masak? Daripada sendirian di sini?”

Aku khawatir dia mengacak, apalagi kalau melihat ponselku yang sedang diisi baterainya. Huh, masih kecil tapi dia suka sekali kalau sudah menyentuh ponselku. Rasanya seperti tak mau lepas, padahal diumur segitu aku belum mau Gio menjelajahi ponsel.

Gio mengangguk dan mendekat, lantas aku menggendongnya dan pergi ke dapur.

***

Setelah selesai makan malam, Gio mengoceh soal harinya kepada Kyungsoo. Suamiku itu kadang menyahut dengan ekspresi berlebihan, kadang mencolekku supaya ikut menyahutinya. Aku sih malas, hampir sepanjang hari mendengar ocehan Gio.

Mending nonton drama.

“Dia pasti bisa mengoceh begini karena menurun dari sifatmu,” celetuknya di sampingku.

“Enak saja, kata siapa? Aku kan tidak mengoceh,” sanggahku sambil menegapkan posisi duduk. Tanda tak terima.

Cih, tak sadar diri.” Aku mendengus dan kembali menonton, mencoba mengabaikan Kyungsoo yang kurang perhatian dariku.

Setelah cukup lama, akhirnya drama yang aku tonton selesai juga. Fokusku mulai teralih pada Kyungsoo yang sudah duduk di karpet dengan Gio sambil masih menggambar.

D.O's FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang