Aku benar-benar tak mengerti, kenapa bisa Mia mengidam lagi untuk terus bersama Sehun?
Kemarin malam, dia merengek ingin bertemu Sehun. Aku sudah mencegahnya beberapa kali, selain karena Gio yang butuh tidur, Sehun pun masih punya jadwal pekerjaan. Tapi dia tetap memaksaku.
Sebenarnya Mia adalah istri yang baik, dia jarang ngidam selama hamil. Tapi sekalinya ngidam seperti menginginkan untuk bertemu Sehun, tidak ada yang bisa mencegahnya. Sekali mau, aku harus menurutinya.
Dan hanya untuk Sehun. Hanya untuk lelaki itu dia akan egois.
Dengan sedikit pengertian akan keadaan, akhirnya Mia bertemu Sehun keesokan harinya. Sekarang.
“Sehun kau mau kan mengajari anakku supaya bisa jadi model?”
“Tidak!”
“Ish, siapa yang bicara padamu?”
Sehun malah tertawa saat aku menolak permintaan Mia. Dia malah asyik menyeruput minumannya seakan rumahku ini café di mana ia sedang singgah.
“Tentu saja, noona. Gio memangnya mau jadi model?” tanya Sehun pada anakku yang sibuk menata robot-robotnya. Dia menunjukkan raut bingung, lalu menggeleng pelan.
Aku bersorak dalam hati, dia menyetujui keputusanku.
“Eh, kenapa?” tanya Mia dengan raut kecewanya. Gio menjelaskan dengan sedikit terbata kalau ia ingin menjadi seorang penyanyi. Aku memang mengajarinya akhir-akhir ini, dan dia suka dengan kegiatan barunya itu.
Kalau Gio menjadi penyanyi, aku setuju. Setidaknya dia bisa meneruskan mimpiku dulu yang tidak bisa tercapai. Bukannya tak mau berjuang, hanya saja Tuhan memilih membuatku untuk menjadi pekerja kantoran.
Dan entah pikiran macam apa yang ada di kepala Mia, dia tiba-tiba bersuara kalau Gio tak mau maka anak kedua kami yang akan menjadi model. Belum sempat aku menolak, Sehun memberiku kode untuk bersikap tenang.
Mereka berbincang dengan asyik, mengabaikanku yang sedang menemani Gio dengan segala ocehan tak jelasnya. Kalau saja sebelum Sehun bertemu Mia dan lelaki itu tak bicara dulu denganku, sekarang mungkin aku sudah mengusirnya.
Kami sempat bicara, Mia hanya ingin bertemu dan meluapkan rasa kagumnya pada Sehun. Model tampan yang ia idolakan bahkan sebelum aku menikah dengannya.
Jujur, aku bukannya cemburu. Tapi aku rasa ini sangat berlebihan, sudah bertahun-tahun berlalu tapi dia masih saja suka temanku. Memang dia tampan, tapi … apa aku kurang tampan untuknya?!
“Orenji nanti kita bertemu, dan paman akan mengajakmu menjadi model cantik.” Aku mendecak sambil mengalihkan pandangan kala Sehun mengajak Orenji bicara. Sudah seperti ayahnya saja. Padahal aku yang membuatnya.
Orenji, orenji … kalau ternyata yang lahir itu Banana bagaimana? Cih.
“Sehun, kekasihmu tak ikut ke sini?” Pertanyaan itu aku layangkan tanpa dosa. Membuat raut Mia mengendur kala mendengarnya. Sehun sepertinya tak enak dan hanya menggaruk rambutnya.
“Apa-apaan kau ini? Kami sedang mengobrol, membicarakan dunia model agar aku bersiap untuk menjadikan Orenji atau Banana ini menjadi bintang. Kenapa malah membawa urusan pribadi?” tanya Mia sewot. Aku mengedikkan bahu tak peduli.
“Aku hanya bertanya.”
Aku menyalakan televisi sambil diam-diam mendengarkan apa saja yang kedua orang itu bicarakan. Soal dunia permodelan dan teman Sehun yang tak kalah tampan.
“Ah, Sehun! Kau menonton pertandingan bola kemarin?” tanyaku memotong dan Sehun mengangguk antusias.
“Oh! Aku menontonnya kemarin, gol yang indah Hyung!”
“Kyungsoo, aku kan sedang mengobrol dengan Sehun!” pekik Mia dengan wajah menahan kesal. Sehun langsung diam dan tersenyum kecut. “Daritadi kau terus menggangguku.”
Aku hanya diam, tak lama pergi ke kamar dan merebah. Lebih baik aku istirahat saja.
***
Aku terbangun kala Gio berteriak untuk mengajakku makan malam. Ternyata aku terlalu pulas sampai tiba waktunya makan malam.
Saat aku bertatap muka dengan Mia, istriku itu terlihat tak acuh sambil menyiapkan makanan. Entahlah, aku bingung. Sebenarnya yang harusnya kesal itu dia atau aku?
Tak ambil pusing, aku hanya makan dan sesekali menegur Gio yang banyak mainnya dibanding makan. Bahkan setelah makan pun, Mia memilih langsung masuk kamar dan meninggalkanku bermain dengan Gio.
Setelah jam menunjukkan pukul 10 malam dan Gio baru saja tertidur, aku masuk ke kamar dan mendapati Mia tengah memainkan ponselnya. Aku pikir dia istirahat, ternyata dia malah asyik memandangi foto Sehun si model tampan.
Aku kembali ke dapur dan membuatkan Mia susu. Setelah kembali, dia tengah memandangku. “Kenapa?”
Dia menggeleng, meminum susu yang kuberikan sampai habis dan menyandarkan punggung ke bantal. Bahkan sampai aku duduk di sebelahnya pun, dia tetap memandangku.
“Kau kenapa?”
“Tidak apa-apa.” Dengan tiba-tiba dia menyandarkan kepalanya di pundakku dan mengelus dadaku dengan gerakan memutar. Jelas aku semakin aneh.
Aku mencoba menangkap wajahnya, dan dia hanya tersenyum tipis.
“Apa aku membuatmu kesal?” tanyanya dan aku hanya diam. “Tapi Kyungsoo … kau tetap model tampan yang ada dalam hatiku.”
Seketika bulu kudukku merinding, Mia jarang sekali menggombal seperti ini. Bahkan aku lupa apakah dia benar-benar pernah menggodaku atau belum.
“Aku tahu tadi itu mungkin berlebihan. Tapi sungguh, aku hanya meluapkan kekagumanku pada Sehun. Dia bilang aku tak boleh ketus padamu, tapi habisnya kau menyebalkan.”
Aku menahan senyumku sambil memeluknya, setelah dipikir aku mulai merasa kejadian tadi lucu.
Benar apa yang dikatakan Sehun, Mia hanya kagum padanya. Tidak seharusnya aku bersikap menyebalkan seperti tadi, apalagi Mia tengah mengandung.
“Aku minta maaf.” Aku mendapati Mia mengangguk dan dia pun meminta maaf padaku.
“Jangan begitu lagi. Aku tetap mencintai dan kagum padamu. Sampai kapanpun,” ujarnya setelah mengecup pipiku sekilas. “karena kau adalah ayah yang begitu berarti bagi anak-anak kita. Tidak apa-apa kan kalau aku menjadi fansmu?”
Aku terkekeh dan mengangguk.
“Hanya kau yang akan aku biarkan untuk menjadi fansku. Tidak dengan yang lain.”
Lalu kami tertawa di malam yang hangat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
D.O's Family
FanficKisah keseharian keluarga kecil Do Kyungsoo dan Do Mia. Yang seiring dengan berjalannya waktu, berubah menjadi keluarga besar. 🌻07 Agustus 2017 - 01 November 2018