14. Cobra [GIO'S POV]

1.8K 286 9
                                    

Sudah dua hari ini aku tak bisa mengajak appa bermain. Kata eomma, appa sedang sakit. Aku sangat kesepian, appa tak bekerja tapi aku tetap main bersama eomma. Kemarin aku memaksa untuk menemui dan bermain robot di kamarnya, tapi eomma malah menyuruhku untuk tetap di kamar selama dia mengurus appa.

Appa itu seorang superhero, bagiku. Walau eomma selalu memanggilnya penguin karena dia lucu, tapi appa tetap jagoan. Dia bisa menjadi Pororo dan Power Ranger bagiku.

"Eomma ... Gio ingin bermain," rengekku di depan pintu kamar appa. Aku sulit membukanya karena tanganku terlalu pendek untuk menggapai gagang pintu.

"Nanti saja ya dengan eomma. Sekarang eomma mau menyiapkan makanan untuk appa," sahutnya dari dapur. Aku merenggut, rasanya ingin marah karena eomma melarangku. Eomma menyebalkan!

Aku sempat mengamuk kemarin dan hari ini. Bahkan saat dia menggendongku ke kamar, aku berontak di pangkuannya. Aku menganggap eomma seperti musuh yang patut aku lawan.

"Apa yang kau lakukan di situ, Gio? Bermain di kamar atau di ruang tengah," ujar eomma sambil menggendongku. Lantas aku kembali mengamuk dan bahkan menendang beberapa bagian tubuhnya. Aku kan hanya ingin bermain dengan appa, apa yang salah?!

Eomma membawaku ke kamar, dan menutup pintu. Aku ke luar tanpa sepengetahuannya dan memperhatikan gerak-gerik eomma sambil berusaha menyusup ke kamar appa. Seperti superhero yang aku tonton di TV.

Saat pintu terbuka karena eomma masuk untuk membawa makanan, aku bisa melihat appa hanya berbaring di kasur dengan handuk di dahinya. Aku menyelinap masuk dan bersembunyi, berharap eomma takkan melihatku.

"Kyungsoo, aku beli dulu susu untuk Gio, ya. Aku tinggal sebentar tidak apa-apa, kan?" tanya eomma lalu pergi. Perlahan aku naik ke atas kasurnya dan appa terbangun.

"Gio, ada apa?" tanyanya sambil bangun. Aku menunjuk robot Power Ranger-ku dengan sedikit rasa bersalah karena appa berbicara dengan suara seraknya. "Ah, kau ingin bermain?"

"Appa kenapa? Sakit apa?" tanyaku sambil memegang dahinya. Sama seperti eomma ketika aku sakit. Appa hanya tertawa dan menjelaskan kalau dia sakit karena kelelahan. Dia juga bilang kalau aku harus jadi anak baik dan menurut pada eomma dan appa.

Tapi pada akhirnya appa tetap mengajakku bermain.

Aku selalu menceritakan kalau Power Ranger sangatlah keren. Superman dan Batman juga tak kalah kerennya, appa setuju akan hal itu. Tapi katanya tak satupun dari beberapa superhero itu yang cocok denganku.

"Kenapa, appa?"

"Superhero tak ada yang melawan ibunya, Gio." Aku mematung, selama ini aku tak pernah berpikir bahwa superhero punya ibu. Appa bercerita bahwa eomma kesakitan setiap kali aku berontak, dia bahkan menjelaskan bahwa beberapa bagian tubuhnya perih karena sikapku.

Aku tak berani menyahut walau untuk membela diri.

"Apa superhero menyakiti orang baik?" tanyanya membuatku menggeleng. "Nah, eomma pun seharusnya tak kau sakiti. Appa sedang sakit, dia hanya ingin kau menjadi anak baik dan menurut padanya. Kalau sakitnya appa pindah padamu, bagaimana?"

"Memang bisa?"

"Bisa. Kau datang ke sini sekarang, kau mendatangi appa yang sedang sakit."

Aku merenungkan ucapan appa. Rasanya aku jadi merasa bersalah karena peluangku untuk menjadi superhero makin menipis. Karena aku selalu mengabaikan apa yang eomma ucapkan.

"Gio tak bisa jadi superhero kalau masih melawan eomma."

Aku menangis, aku sangat ingin menjadi superhero. Tapi appa bilang aku tak bisa menjadi pahlawan, dan itu menyedihkan. Appa memeluk dan memberitahuku jika ingin menjadi superhero, aku harus menurut pada eomma dan appa. Aku tak boleh melawannya dan harus menjadi anak baik.

Tak lama eomma datang, dia langsung memelukku tanpa tahu kenapa aku bisa menangis. Eomma sungguh baik, aku pikir seharusnya eomma yang jadi superhero.

"Eomma, maafkan Gio ..." Appa menjelaskan sedikit soal pembicaraan ini dan dia memaafkanku. Dengan syarat, aku harus menjadi anak baik untuk ke depannya.

Aku berjanji, aku takkan menyakiti eomma dan akan melindunginya dari bahaya. Aku tak mau membuat eomma dan appa sedih.

"Terima kasih eomma ..."

"Iya, Gio bisa kok jadi superhero. Eomma yakin!"

Setelah itu, eomma memperbolehkanku bermain dengan appa walau sebentar. Katanya appa harus banyak istirahat supaya bisa sembuh dan menemaniku bermain seperti biasa.

"Gio mau jadi apa memangnya?" tanya appa saat eomma menyiapkan obatnya. Appa baru saja selesai makan.

"Power Ranger? Atau ... apa saja asal pahlawan."

Appa menggeleng tak setuju lalu bilang, "Kau jadi Cobra saja."

Setelahnya appa menjelaskan betapa hebatnya menjadi seorang Cobra. Aku sungguh tak mengerti, sejak kapan hewan itu menjadi pahlawan? Tapi mendengar penuturan appa kalau menjadi Cobra itu disegani orang-orang, aku mulai tertarik. Saat itulah appa mulai memanggilku Cobra.

Sedangkan appa sendiri ...

"Anakmu Cobra, appa-nya penguin. Apa kerennya?"

Itu ucapan eomma-ku, aku juga tak mengerti. Yang jelas appa langsung cemberut. Seperti Pororo yang sedih.

D.O's FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang