17. Noona Cantik [GIOS'S POV]

2.4K 231 28
                                    

Hari ini eomma mengajakku untuk bermain. Tapi sepertinya ini hanya arena permainan untuk eomma. Soalnya mereka sibuk sendiri. Eomma, Mira Ahjumma, dan Adara Ahjumma. Sedangkan aku, Minji dan Bill dibiarkan.

	“Gio, are you okay?” tanya Bill sambil memberikanku mobil-mobilan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Gio, are you okay?” tanya Bill sambil memberikanku mobil-mobilan. Aku mengangguk sebagai jawaban sambil menerima mainannya.

“Itu saja yang bisa kau ucapkan,” sahut Minji duduk di sampingku. Minji ini cerewet sekali, kalau Bill bicara saja bakal langsung menyahut. Tinggal jawab saja, apa susahnya? Bill kan hanya bisa bertanya itu.

Bill itu memang selalu paling hebat dari kami berdua. Kata eomma, bahasa yang dia katakan tadi itu bahasa Inggris. Walau hanya bisa mengulang kalimat itu, tapi dia lebih keren di mataku. Sayang sekali, Minji yang tak setuju denganku.

Dia bilang, Bill itu sok keren dan sok tahu. Ckck, aku tak mengerti kenapa perempuan bisa selalu beda dalam berpendapat dengan laki-laki.

“Enak saja! Aku kan sedang belajar!”

“Apa?”

“Apanya?!”

“Diam, ih!”

Dan kalau mereka sudah hampir saling bertengkar, aku akan menenagahinya. Walaupun Minji cerewet, entah kenapa aku ingat pesan eomma untuk selalu menjaga perempuan. Jadi, aku sudah menganggap Minji sebagai adik.

Adik itu … kata teman-teman adalah teman yang akan terus bersekongkol dengan kita. Hehehe.

“Bill, jangan menyakiti Minji. Kasihan.”

Minji bersembunyi di belakangku sambil masih menjulurkan lidahnya. Katanya takut dipukul, tapi terus saja diledek. Pantas saja Bill marah, kan?

“Selamat siang, semuanya!!!”

Kami bertiga menoleh ke sumber suara. Di depan pintu rumah Mira Ahjumma ada seorang tamu yang cantik. Dia tinggi, kulitnya putih dan rambutnya cukup panjang. Senyumnya juga indah, aku suka melihatnya.

Noona, aku mau pinjam laptop Chanyeol hyung untuk mengerjakan tugasku.”

Dia masuk begitu saja ke ruangan lain, setelah Mira ahjumma memberi izin. Karena penasaran, aku mendekat ke eomma dengan pandangan yang tertuju ke Mira ahjumma.

“Kenapa, sayang?” tanya eomma sambil mengusap rambutku.

Ahjumma,” panggilku membuat Adara dan Mira ahjumma menoleh. “tadi siapa?”

Mira ahjumma tersenyum dan menjawab, “Dia adikku. Gio, kapan berhenti memanggilku ‘ahjumma’, hmm? Kan sudah dibilang, panggil aku ‘noona.”

Aku menggeleng, Mira ahjumma tidak cocok dipanggil noona. Justru yang tadi cocok dipanggil noona. Karena cantik.

“Gio boleh kenalan dengannya?” tanyaku dan ketiganya malah tertawa. Eomma sempat bertanya, jadi aku jawab saja penasaran. Dia keren saat aku memperhatikannya. Akhirnya setelah diperbolehkan, aku mengintip ke meja makan. Karena noona cantik tadi ada di sana.

Setelah sadar aku di dekat pintu, noona itu kaget tapi langsung tersenyum.

“Kenapa? Kau mau sesuatu?” tanyanya sambil berhenti membolak-balik buku. Aku menggeleng, rasanya malu. Tapi melihat gelagatku, noona tadi berdiri sambil menghampiriku dengan senyuman manisnya.

Dadaku berdebar, noona cantik itu terlalu dekat sekarang. Dia berjongkok sambil mengusap kepalaku. Aduh, aku berharap eomma segera datang. Aku menyesal ingin bertemu dengannya.

Tapi kata appa, aku tak boleh malu-malu sebagai laki-laki. Jadi harus bagaimana sekarang???

“Mau makanan? Minuman? Atau mau ke kamar mandi?” tanyanya membuatku menggeleng. Perlahan tangan kananku terulur ke arahnya dan dia menatapku bingung. “Kau minta apa?”

“Minta namanu.”

Seketika tawanya meledak, aku sampai kaget karena reaksi tiba-tiba itu. Malahan aku tambah kaget karena noona cantik ini langsung menggendong dan mendudukkanku di kursi di sampingnya.

“Ya sudah, nanti aku beritahu namaku kalau tugasnya sudah selesai. Oke?” Aku mengangguk sambil memperhatikannya yang sedang mengetik di laptop. Seperti appa.

Dia juga menanyai namaku, alasanku datang ke sini dan kenapa tidak bermain. Aku jawab saja kalau Bill dan Minji terlalu berisik. Walau kata eomma aku juga berisik, aku rasa jika dengan mereka aku akan kalah.

Noona cantik itu hanya tertawa dan kembali menanyaiku ini-itu.

Noona?” panggilku setelah cukup lama kami mengobrol dan akrab. Dia menoleh dengan bingung. “Aku mau pipis.”

“Oh, begitu? Ya sudah, ayo ke toilet!” ajaknya sambil menggendong dan mengecup pipiku gemas. Aku pikir dia akan memanggilkan eomma supaya aku bisa pipis dengannya, tapi noona malah mengajakku ke toilet. “Perlu dibantu?”

“Tidak usah,” jawabku setelah sampai di toilet. Aku menatapnya dengan wajah menahan pipis dan malu. Berharap dia akan ke luar karena aku mau pipis sendirian. Tapi dia malah tersenyum dan mengacak rambutku.

“Tenang saja! Tak usah malu padaku! Ayo, sini aku bantu!” Dia langsung membantuku membuka celana, karena memang susah kalau dibuka sendiri. Wajahku panas, tidak tahu kenapa. Aku malu karena noona cantik ini membantuku.

Setelah selesai, dia ikut berdiri dan menutup pintu toilet.

“Aku juga mau pipis, hehe.”

Dan saat dia membuka celananya, aku berteriak. Aku menangis dan pipis begitu saja. “Eomma!!! Huwaaa! Gio pipis!!!”

Seketika noona cantik itu panik sendiri dan terdengar teriakkan di luar sana. Mira Ahjumma.













“Jeonghan!!! Kamu apakan Gio di dalam, haaaa???!!!”



















Noona cantiknya rasa ganteng, guys:’v

Noona cantiknya rasa ganteng, guys:’v

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
D.O's FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang