Kisah keseharian keluarga kecil Do Kyungsoo dan Do Mia. Yang seiring dengan berjalannya waktu, berubah menjadi keluarga besar.
🌻07 Agustus 2017 - 01 November 2018
Untuk beberapa hari kemarin Mia memang harus membuat Kyungsoo kecewa karena anggota baru yang lelaki itu harapkan tak bisa menjadi kenyataan. Tapi sesungguhnya diam-diam ia mulai curiga kala datang bulannya sangat terlambat dari jadwal yang sudah ia perhitungkan.
Untuk pagi-pagi sebelumnya ia bahkan muntah tak jelas. Ia selalu lari ke toilet di luar kamar agar Kyungsoo tak terbangun, jadi sampai saat ini pun suaminya tak tahu kalau Mia sedikit kurang enak badan dan merasa aneh.
Bukan apa-apa, Mia hanya tak ingin suaminya kembali kecewa kalau dia berharap lagi. Mia belum yakin dirinya hamil, tapi beberapa tanda yang ia alami cukup sama persis dengan apa yang pernah ia rasakan dulu.
“Apa aku beli tespack, ya?” gumamnya setelah kembali muntah pagi ini. Dia mengangguk sendiri lalu ke luar dari toilet. Ia langsung saja bersiap untuk membangunkan Kyungsoo dan memasak sarapan.
Mia ke kamar dan menyiapkan baju serta handuk untuk suaminya sambil terus memanggil Kyungsoo agar bangun. Dia juga menyibak gorden agar cahaya matahari terus menganggunya. Sampai Kyungsoo bangun dan menatap Mia datar.
“Kenapa?” tanya Mia aneh.
“Aku baru saja bermimpi,” jawab Kyungsoo mengacak rambutnya asal.
“Ohh, aku juga tadi bermimpi.” Kyungsoo mengabaikannya dan turun dari kasur. Ia mengambil handuk sambil berjalan ke arah kamar mandi yang ada di kamar mereka.
“Aku bermimpi bulan yang besar.”
Mia berhenti dari kegiatannya yang sibuk mengikat rambutnya sebentar di depan meja rias. Ia menoleh ke arah Kyungsoo yang baru saja menutup pintu kamar mandi dengan langkah gontainya.
Seingat dan setahunya, mimpi bulan itu pertanda bahwa yang memimpikannya akan mempunyai seorang anak. Memang sih itu hanya mitos, tapi entah kenapa Mia merasa apa yang Kyungsoo impikan mulai masuk akal dengan kenyataannya.
Merasa dirinya sudah berpikir terlalu keras pagi ini, Mia segera ke kamar Gio yang masih terlelap memeluk boneka Pororo-nya. Mia sampai menghela napas lelah, Kyungsoo terlalu memaksakan keinginannya yang suka Pororo pada sang anak.
Mia berbalik, hendak pergi ke dapur. Lagipula ia akan menunggu Gio bangun sampai selesai masak. Baru kalau anaknya susah bangun, dia akan bertindak.
Singkat waktu, setelah Mia selesai melakukan beberapa kegiatannya sebagai Ibu Rumah Tangga. Ia membangunkan Gio sementara Kyungsoo sedang menyiapkan berkas-berkas di ruang tengah. Bagaimanapun juga Gio harus sarapan tepat waktu, dan pola tidurnya tidak boleh kacau.
Barulah saat sang anak dan ibu itu di dalam kamar mandi, Mia membuka pembicaraan di sela-sela membantu anaknya untuk –setidaknya- mencuci muka dan sikat gigi.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Gio, bilang pada appa kalau kau tidak mau terus dibelikan sesuatu yang bergambar Pororo,” ujarnya sebagai pembuka. Gio mengerutkan keningnya dengan heran.
“Kenapa, eomma? Gio suka, kok.”
“Gio … kau harus jadi lelaki sejati. Sukai saja Power Ranger atau Iron Man dan pahlawan super lainnya. Pororo memang lucu, tapi Gio harus tahu kalau yang eomma sebutkan tadi jauh lebih keren dari Pororo.”
Gio mengedip sekali dan berujar, “Kenapa tidak eomma saja yang bicara pada appa?”
Dengan malas Mia menjawab, “Karena kalau eomma yang bilang, appa tidak akan mendengar atau menurutinya.”
“Appa nakal.”
Mia tertawa saat mendengar perkataan anaknya yang sangat tiba-tiba itu, apalagi dia sedang sikat gigi. Sedikit susah berbicara tapi lucu jika dilihat. Akhirnya saat hening menyapa lagi, Mia berlanjut membicarakan hal lain.
“Gio, menurutmu adik itu apa?” tanya Mia lembut.
“Hmm … teman sekongkol?”
Lagi-lagi Mia tertawa, sungguh, jawaban polos nan lucu itu membuatnya sulit mengendalikan tawa. Sementara Gio sendiri terus mengoceh kenapa ibunya terus terbahak.
“Gio, kalau … teman sekongkolmu tiba, apa kau senang?” tanya Mia harap-harap cemas. Dengan pelan Gio mengangguk lalu mengacungkan jempolnya.
“Itu berarti Gio punya teman sekongkol nantinya, apa memang dia sudah ada eomma?” tanya Gio dan Mia hanya mengacak rambutnya gemas. Ia senang karena Gio tidak akan membenci jika ia hamil. Jadi keputusannya bulat untuk memastikan keanehan apa yang terjadi pada dirinya.
***
Sore harinya, Kyungsoo sangat lelah karena hari ini ada rapat yang begitu menguras pikirannya. Karena jabatannya sekarang naik, dia makin punya tanggung jawab dan pekerjaan yang makin rumit pula.
Setelah ia memarkirkan motornya di depan rumah, Kyungsoo keheranan karena mendengar keributan Gio di dalam rumah. Seketika rasa lelahnya hilang, itu sudah Kyungsoo rasakan setelah ia dikaruniai anak. Semua lelahnya selalu menghilang kala melihat senyuman Gio.
“Aku pulang.”
Kyungsoo terlonjak kaget saat yang menyapanya ternyata Gio, caranya dengan menubrukkan diri di kakinya dan tertawa sambil minta digendong. Kyungsoo menyerahkan tasnya ke Mia yang tersenyum.
“Ada apa, Cobra?” tanya Kyungsoo berjalan ke ruang tengah.
Dengan riang Gio berseru, “Teman sekongkol sudah tiba!!!”
Kyungsoo merasakan perpaduan antara kaget dan bingung sekarang. Ia menoleh ke arah Mia sebagai bentuk lain untuk meminta penjelasan, dan istrinya malah menunjukkan sebuah tespack.
Dua garis.
Yang artinya positif.
“Aku hamil!” Seruan Mia membuat Kyungsoo lupa kalau hari ini ia sempat kesal dan lelah karena pekerjaannya. Segera saja ia menurunkan Gio dan memeluk Mia dengan erat. Sambil terus mengucap syukur dan mengecupi setiap inci wajah istrinya karena bahagia.
“Ya ampun, aku bersyukur sekali! Terima kasih, Mia!” ujarnya sambil menangkup wajah Mia dengan jarak yang sangat dekat. Mia mengangguk lalu tersenyum lebar. “Halo, appa di sini anggota baru~”
Kyungsoo mengelus perut Mia dengan lembut, tapi selanjutnya ia merasakan pukulan seseorang di betisnya. Gio.
“Appa! Bukan anggota baru! Tapi, teman sekongkol!!!” serunya geram. Kyungsoo dan Mia tertawa, lalu lelaki itu menggendong Gio sambil memutarnya sebagai bentuk gemas dan bahagia akan kabar yang Mia berikan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Terserah! Yang jelas appa bisa membelikan kalian lebih banyak barang-barang Pororo!”
Sontak saja Mia berseru, “Gio! Bilang pada appa-mu soal pembicaraan kita pagi tadi.”
Kyungsoo berhenti memutar dan menatap keduanya bingung.
Dan Gio langsung menyemprot, “Appa! Gio tidak mau dibelikan lagi Pororo! Titik!”