Kisah keseharian keluarga kecil Do Kyungsoo dan Do Mia. Yang seiring dengan berjalannya waktu, berubah menjadi keluarga besar.
🌻07 Agustus 2017 - 01 November 2018
Sejak pagi, Mia sudah menyiapkan kue cokelat bergambar Pororo kesukaan putranya. Sekarang sudah tanggal 14 Februari, di mana Gio berulang tahun yang ketiga tahun. Mia dan Kyungsoo berniat merayakannya kecil-kecilan di rumah.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sejak tadi, Mia sebisa mungkin tak mengajaknya bermain dengan antusias. Sengaja, ia ingin membuat kejutan untuk anaknya yang akan ia buat kesal sendiri karena merasa diabaikan. Sedangkan Kyungsoo sendiri, dia masih bekerja. Dia akan membawakan hadiah sebagai ucapan permintaan maaf karena beberapa hari kemarin tak menuruti keinginan Gio membeli robot baru.
“Eomma, Gio mau makan eskrim.”
“Tidak.”
“Eomma, Gio pipis di celana.”
“Ya Tuhan, Gio. Eomma sudah bilang kalau pipis bilang dulu, nanti eomma antar ke kamar mandi.”
“Gio ingin cokelat, eomma.”
“Tidak, kau habis satu bungkus kemarin. Berhenti makan cokelat atau gigimu rusak.”
Seharian ini, Gio hampir tak bisa memenuhi keinginannya. Bahkan untuk pipis saja, ia mendapat sedikit amarah dari ibunya. Gio sebenarnya bisa saja bilang pada Mia dan memintanya mengantar pipis. Karena itu sudah menjadi kebiasaannya. Tapi sungguh, kali ini ia sengaja pipis di sembarang tempat karena Mia melarangnya ini-itu.
Gio jadi ingin Kyungsoo ada di sampingnya hari ini. Berharap ayahnya akan mengerti apa yang dia inginkan. Sayang sekali, sang ayah belum pulang dari pekerjaan.
“Eomma …”
Ini sudah sore, Gio menatap takut ke arah Mia yang sedang membereskan ruang tengah karena tadi putranya membuat berantakan dengan mainannya. Mia menoleh, mendapati Gio yang sudah rapi karena habis mandi.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Kenapa?”
“Gio mau main,” ujarnya pelan. Mia lantas berdiri dan mendekat.
“Boleh, tapi di taman. Ruang tengahnya sudah eomma bersihkan. Bagaimana?” tanya Mia dan putranya langsung mengangguk semangat. Inilah kali pertama untuk hari ini Mia memperbolehkannya melakukan sesuatu.
Segera saja keduanya pergi ke taman dan bermain. Gio bahkan seakan lupa kalau ia sempat sedih di rumahnya tadi. Ia hanya sibuk dengan teman-teman merangkap tetangganya itu. Sedangkan Mia sibuk mengotak-atik ponsel sambil sesekali memperhatikannya.
“Hari ini, eomma tak mengizinkanku makan eskrim,” adunya pada sesama teman di dekat ayunan. Temannya mengerutkan kening tak mengerti. “bahkan cokelat.”
“Benarkah? Aku sudah habis dua cokelat hari ini.”
Gio cemberut, ia iri pada temannya yang bisa makan enak tanpa larangan dari ibunya. Belum lagi pamer temannya yang lain. Ada yang bisa makan pudding, permen, dan camilan lainnya yang biasa ia makan di rumah.
Mia yang melihat itu hanya menahan senyuman, Gio tampak lucu dengan wajah cemberutnya karena tak bisa ikut pamer dengan temannya yang lain. Sungguh menggemaskan.
Sampai ia mendapat pesan dari Kyungsoo, kalau suaminya sudah sampai di rumah dan menyiapkan segala kejutan untuk Gio. Kembali memasang topengnya, Mia mengajak Gio pulang lebih awal daripada temannya yang lain.
Walaupun awalnya Gio menolak, Mia tetap menggendongnya dan mengatakan kalau ayahnya sudah pulang.
Saat keduanya sampai di rumah, Gio masih belum mengendurkan raut cemberutnya dan berjalan begitu saja ke dalam rumah. Lalu ia mendapati lampu menyala tiba-tiba dan Kyungsoo dengan setelan kerjanya memegang sebuah kue.
“Selamat ulang tahun~”
Gio melongo, antara mengerti dan tak mengerti dengan yang ayahnya lakukan. Disusul Mia yang ikut tertawa sambil bernyanyi di belakangnya.
“Selamat ulang tahun, sayang~” ujarnya menggendong Gio dan menciuminya beberapa kali. “Sekarang Gio sudah berumur tiga tahun!”
Sejujurnya Mia dan Kyungsoo paham kalau Gio pasti belum mengerti apa yang mereka rayakan. Tapi yang jelas, Gio senang dengan yang keduanya lakukan. Apalagi mendapati kue Pororo besar lengkap dengan hadiah robot yang dia inginkan beberapa hari kemarin.
Setelah mendapat aba-aba agar ia meniup lilin, Gio tertawa dan melupakan sikap ibunya yang sempat melarangnya ini-itu. Ia hanya bahagia, seperti anak pada umumnya.
“Hadiah eomma mana?” tagih Gio dengan mulut yang penuh oleh kue. Mia menunjuk kue ulang tahun sebagai jawaban, tapi Gio menggeleng. “Appa membelikan Gio robot, eomma mana?”
Karena bingung, Mia menyenggol Kyungsoo untuk meminta bantuannya.
“Gio mau apa dari eomma?” tanya Kyungsoo sambil membersihkan cokelat di sekitar bibir putranya. Gio mengulum senyum mendengar pertanyaan itu.
“Gio tidak suka diabaikan, appa,” ucapnya membuat Kyungsoo menatap Mia bingung. Ia juga sempat berpikir, bahwa sikap Gio sama persis seperti istrinya yang tak suka diabaikan. “jadi kalau eomma mengabaikan Gio, seharusnya Gio punya teman.”
“Tapi karena appa bekerja, jadi Gio tak bisa ditemani.”
“Apa Gio boleh minta adik?”
Sontak Mia yang sedang ikut makan kue jadi tersedak sendiri. Ia buru-buru ke dapur dan mengambil minum, mengabaikan Kyungsoo yang heran sekaligus merasa geli dengan permintaan anaknya.
“Gio mau punya adik?” tanya Kyungsoo memastikan, dan sang empu hanya mengangguk. “Tahu darimana Gio soal itu?”
“Teman Gio pamer tadi sore,” sahutnya saat Mia kembali. “ya, eomma? Boleh, kan?”
“Ohhh, tentu saja boleh!” seru Kyungsoo sambil tersenyum. Mia langsung saja menyentil kepalanya tanpa sepengatahuan Gio.
“Yeay!”
Melihat antusias Gio, membuat Mia bingung harus mereponsnya seperti apa. Yang jelas, Kyungsoo senang karena permintaan Gio sangat menguntungkannya.
“Aish, aku menyesal membuatnya merasa diabaikan.”
Update tiga, hutangku berapa lagi? Ada yang menghitungnya?
Ah, btw ...
Tolong berpartisipasi, ya. Tapi jawabnya jangan di sini. Jawabnya di kolom komentar pengumuman itu saja. Mimu benar-benar mengharapkan partisipasi kalian. Mumpung Mimu ada konsep😊