Paramitha memanggil sebuah taksi yang lewat, dengan melambaikan sebelah tangannya, setelah itu ia menunjukkan pada sang sopir alamat hotel yang beberapa saat lalu sudah dikirim oleh Jorge ke ponselnya. Bersama dengan Vella, Paramitha pun masuk ke dalam taksi, lalu angkutan umum tersebut melaju menuju ke tempat si koko ganteng berada.
Sesampainya di depan hotel, Paramitha menuju ke meja resepsionis, dan menanyakan nomor kamar yang sudah disewa Jorge. Usai pegawai wanita itu mengkonfirmasi melalui panggilan telepon ke kamar tersebut, si kedua wanita cantik pun menuju kamar yang dimaksud. Hampir dua menit di dalam lift hotel, akhirnya sampai juga mereka di depan kamar Jorge, dan Mitha mengetuk pintunya perlahan.
Tok tok tok ....
Ceklek!
"Hai, Koko Sayangku. Duh ... tambah ganteng aja deh kayaknya nih. Jadi makin pangling Mbak Mitha, kan?" ucap Paramitha sebegitu hebohnya, tetapi Jorge hanya diam, dan terpukau melihat gadis yang berada di samping wanita langganannya itu.
Deg deg deg deg deg ....
Meski Vella hanya memakai pakaian ala kadarnya, hal itu tak mengurangi rasa terpukau Jorge dalam hati, bahkan kini degupan jantungnya bekerja dua kali lebih cepat dari yang biasanya.
Paramitha yang menyadari rasa grogi Jorge hanya bisa menahan tawanya, "Koko?"
"Eh! I..ya ... Iya, Mbak Mitha?" Memanggil Jorge sembari menyentuh lengan kokoh sang CEO.
"Hm ... Sabar dulu ya, Koko Ganteng? Hahaha!" ucap Mitha terkekeh mendapati Jorge yang tergagap, akibat pesona gadis di sampingnya, "Waktunya gituan, kan, masih panjang tuh. Sama-sama single ini. Sana, Vel. Kamu masuk duluan, gih! Mbak Mitha masih ada urusan sama si Koko ganteng. Kamu buang air kecil aja dulu ke kamar mandi, soalnya tadi di dalam taksi katanya kebelet pipis ya, kan?" titah Paramitha sembari mendorong tubuh Vella untuk masuk ke dalam kamar hotel dan gadis itu hanya pasrah menuruti perintahnya.
Dengan sigap Jorge segera bergeser dan melebarkan jarak, agar Vella bisa masuk ke dalamnya secara leluasa. Setelahnya sang CEO bersiap untuk menutup pintu kamar, tetapi Mitha lebih dulu beraksi di sana. Wanita itu menyodorkan tangan kanannya pada Jorge dan tentu saja hal tersebut terjadi akibat janji yang dikatakan padanya saat mereka sedang berbicara di telepon tadi.
"Eh, enak aja main Koko ganteng main tutup pintu! Bagian Mbak mana? Jangan sengaja lupa ya, Ko?" terang Paramitha sembari mencoba untuk menahan daun pintu agar tidak tertutup. Ia tahu mimik wajah Jorge berubah menjadi tidak suka, tetapi bisni adalah bisnis, dan baginya janji adalah utang.
"Astaga, Mbak Mitha ini! Kayak apa aja sama aku. Nanti ya, Mbak? Saya transfer langsung deh ke rekening, Mbak Cantik. Deal, kan?" ujar Jorge sedikit kesal, karena Paramitha membuat si junior di dalam boxer yang ternyata sudah sangat tegang itu, menjadi sedikit melemas. Ia kembali bersiap untuk menutup daun pintu, tetapi dengan cepat Paramitha terus saja menahannya.
"Yah, Koko ini! Katanya mau dikasih langsung di tangan Mbak Mitha! Bagaimana, sih?" gerutu Mitha dengan wajahnya yang begitu memelas. Merasa kasihan sekaligus tidak enak hati, alhasil Jorge pun sedikit melonggarkan lengannya yang sedari tadi ingin menutup daun pintu, dan menghela napas kasar.
"Ya sudah. Sana temui Jimmy aja di lobi kalau gitu ya, Mbak Mitha? Cerewet banget, sih! Mbak minta uang cash sama si Jimmy aja kalau nggak sabar ya? Dasar mata duitan!" kata Jorge dengan nada kesal.
"Eh, enak aja! Koko sendiri yang tadi janji duluan sama Mbak Mitha di telepon, kan? Kalau Koko nggak janji mau kasih duit, ngapan juga repot-repot mau anterin si Vella ke sini. Iya, kan?" sahut Paramitha tak kalah ketusnya. Ia merasa benar dan Jorge mengakui, jika semua itu memang benar adanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE YOUR MOUTH [END]
RomanceCinta datang tiba-tiba tanpa bisa ditebak. Kata-kata itu tampaknya kini bernaung dalam perasaan Jorge Luis de Olmo, seorang CEO muda yang sejak dulu selalu menganggap wanita adalah pelampiasan hasrat seksualnya. Kecintaan pada oral seks sejak remaj...