Part 43

14K 710 157
                                    

"Cari mereka, Pappp...! Bantu Mama cari kenapa sih harus ke kantor terusss...! Ini udah tiga hari mereka nggak pulang dan Mama udah juga suruh si Jimmy sama anak buahnya itu cari kemana-mana, Pap! Maka itu solusinya kita harus lapor polisi, biar mereka bisa segera kasih pengumuman Daftar Orang Hilang gitu atau semacamnyaaa...!" histeris Liely mengacak seprei di tempat tidur.
"Apa sih, Mam? Bikin kaget aja. Baru juga bangun, udah mulai lagi kesurupan jin tomang-nya!" sahut Juan yang kesal mendengar jeritan istrinya.
"Habis Papa tuh dari hari pertama mereka nggak pulang, mukanya biasa aja! Mama suruh ini itu, malah sibuk sama laptop terus di ruang kerja! Di suruh pulang cepat, malah pulang larut malam! Papa nggak ingat kalau empat hari lagi mereka mau nikah, Pap?"
"Ingat, dong. Masa anaknya mau nikah nggak ingat. Tuh, tiga ribu undangannya udah jadi. Tinggal tunggu sisanya sama souvenir juga, kan?" jawab Juan mengikat dasi di lehernya.
Liely pun semakin keras menekan pelipisnya dan kembali berbaring di tempat tidur dengan posisi membelakangi sang suami.
"Mama hari ini nggak mau makan kalau mereka belum ketemu juga! Mana hari ini waktunya mau fitting baju sama si John di butiknya. Udah Mama bayar super mahal biar dia kerja cepat! Egh, malah hancur berantakan semuanyaaa... Hancurrr...!" kembali Liely berteriak, hingga membuat Juan pun membuang nafas kasarnya.
"Mereka cuma pergi ke Vila baru yang Papa beli lima bulan lalu di puncak, Mam! Anak mu butuh refresing karena nggak betah tinggal sama Mama yang cerewet. Lagi pula calon menantu kita juga butuh udara segar untuk kebaikan calon cucu Mama! Kalau mereka terus tinggal di sini, lama-lama bisa keguguran akibat les ini dan les itu yang harus dia ikuti akibat kemauan Mama. Paham?!" sahut Juan, akhirnya membocorkan kebenaran yang ia ketahui.
Tak ayal hal itu membuat tubuh Liely Fransiska tiba-tiba saja bangkit dari posisi tidurnya dan kembali meluapkan berbagai kekesalannya.
Namun Juan tak mau ambil pusing, dengan melangkah terus menuju pintu kamar dan turun ke lantai bawah.
"Mau ke mana, Pappp...! Mama belum selesai ngomong tau! Vila barunya di puncak sebelah manaaa...!" teriak Liely dengan langkahnya mengejar sang suami.
"Suruh si Jimmy yang antar Mama ke sana! Dia udah pernah ke sana tapi mungkin otaknya error akibat diperintah Mama ke sana sini terusss..."
"Apa?! Dasar, Papa jahattt...!" pekik Liely mulai turun ke lantai bawah.
"Biarin aja aku jahat. Yang penting de Olmo Corporation sekarang udah mulai stabil lagi," sahut Juan menaik turunkan alis matanya, "Memang ya, Mam? Kantor itu harus selalu ada sentuhan tangan Papa baru bisa tetap bernapas. Sekarang Papa malah pengen Gege pindah ke Sidoarjo, biar dia jadi General Manager aja di sana. Dia nggak cocok jadi CEO di Jakarta. Otaknya masih suka error," lanjut Juan dan Liely diam tak bergeming, mencerna setiap perkataan sang suami.
"Nggak boleh! Kalau mereka pindah ke Sidoarjo, Mama juga harus ikut sama anak dan cucu Mama. Biarin aja Papa sendirian di sini. Enak aja kalo ngomong! Anak itu segalanya buat Mama, Pap. Lupa?!" gerutu Liely menambah kopi di cangkir suaminya.
"Papa udah mau ke kantor, Mam. Kopinya kenapa di tambah. Sengaja kan, karena udah tau kabar Gege sama Vella? Makanya suami itu jangan di kasih makan anggur terus. Sekali-kali dong di kasih apel juga. Tuh, contohin anak kita. Habis lepas gips sama jahitan, langsung refresing berhari-hari. Coba Mama juga gitu. Pasti Papaaa..."
"Pasti apa? Pasti Papa nggak selingkuh sama sekertaris baru di kantor? Itu kan yang mau Papa bilang?!"
"Ih, yang bener aja! Masa mau selingkuh sama si Michael? LGBT dong judulnya?" tawa Juan segera membahana di seluruh ruangan makan.
"Michael? Emang siapa Michael? Sekertaris barunya Gege laki-laki, Pap?" sahut Liely dengan kerutan di keningnya.
"Ya iyalah cowok, Mam. Emang Michael nama cewek? Ada-ada aja Mama ini, udah ach. Papa mau ke kantor dulu. Kalau Mama mau Papa anterin ketemu Gege sama Vella? Mama apelin dulu Papa di kantor. Soalnya meja kerja Papa baru, Ma. Agak lebar dan panjang gitu. Nggak tau kenapa Gege ganti mejanya, mungkin karenaaa..." ujar Juan terus saja terkekeh dengan kalimatnya yang menggantung.
"Dasar otak mesum! Ya udah, Mama mandi sekarang!" sahut Liely berdiri dari kursinya, "Jangan ke kantor duluan tanpa Mama dan batas kerja Papa hanya sampai jam dua belas tepat, setelah itu antarkan Mama ke Villa baru Papa!"

I LOVE YOUR MOUTH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang