Part 17

18.2K 716 71
                                    

"Geee... Oughhh..." desah Vella ingin sekali menjambak rambut kekasihnya.

Apa daya dua tangannya sedang ia pakai untuk menumpu tubuh telanjangnya, karena dua kakinya pun kini sedang berada di atas meja kerja akibat ulah panas Jorge.

"Eummm... Punya kamu udah basah banget, Yanggg... Aku masukin satu jari ya, Sayang?"

"Oughhh... Ja-- Achhh... Jangan, Ge! Achhh... Aku nggak mau... Sssttt..."

"Sayanggg... Ayolahhh... Aku pengennn..." bujuk rayu sang CEO terus mendera di tengah permainan lidahnya.

"Nanti berdarah, Geee... Oughhh... Rugi di ka--" Achhh... Rugi di kamu-nya nantiii..."

"Kalo gitu aku masukin punya aku aja ya, Sayang? Kita pindah ke sofa itu tuh. Nanti--"

"Nggak! Oughhh... Awas aja kamu sampai nusuk aku! Aku bakalan-- Oughhh... Achhh... Gegeee..." teriak Vella tak dapat berkata-kata lagi.

Jorge yang sudah tau Jawaban Vella pun kembali menggoda daging nikmat di depan matanya, dan semakin berair pula milik gadis berbibir tipis itu dibuatnya.

"Velll... Aduhhh... Sssttt... Merah banget, Sayanggg... Si junior makin kerasss... Aku masukin lama-lama ini, Velll...!" Jorge semakin kelonjotan di sana.

Lidahnya terus membelai kewanitaan Vella dan tak sampai tiga detik kemudian, lengkuhan panjang gadis itu pun kembali menggema.

"Gegeee... Achhh... Mau pi-- Oughhh... Pipis, Gegeee... Mau pipisss... Achhh...!" teriak Vella dengan dua kakinya yang sudah gemetaran.

Jorge semakin bringas mengobrak-abrik lembah basah itu tanpa ampun. Lalu seperti yang Vella katakan, cairan kental miliknya pun keluar dan menjadi konsumsi paling nikmat untuk sang CEO.

"Slruuuppp..."

"Geee... Jangan di min-- Auwww..." Vella memekik akibat ujung payudara coklatnya yang di cubit oleh Jorge, "Sakit, Geee..."

"Ach, enak banget. Hangat! Ughhh..."

"Apaan?! Kok malah aku yang di cubit!"

"Ups... Maaf, Sayang. Aku gemes. Habis kamu enak banget sih. Kita pindah ke sofa aja ya, Vel? Kamu masih harus dapat hukuman karena tadi udah buat aku kesel!"

"Ya tapi-- Arghhh... Gegeee..." tanpa aba-aba Gege menggendong tubuh kekasihnya.

Di baringkannya tubuh polos tanpa sehelai benang itu di atas sofa kulit, sebelum akhirnya ia bangkit berdiri menuju ke arah pintu ruangan.

"Mau ke mana, Geee..."

"Sabar, Sayanggg... Masih mau pastinyan, kan?" kekeh Jorge
menggoda Vella, "Kita kunci dulu pintunya, ya? Terus kita telepon Jimmy biar bisa awasin Mama di lobby. Jadi biar nggak ketangkap," kekeh Jorge menjulurkan lidahnya.

Vella ikut tersipu mendengar penuturan sang kekasih, namun sedikit kecewa semakin membuat rasa cemasnya ikut bertambah jika sedang memikirkan betapa Ibu kandung Jorge masih menjadi penghalang utama dalam hubungan cinta mereka.

"Oke! Beres, Yang. Sekarang tinggal telepon Jimmy gila itu."

"Egh, tapi bukannya dia bilang tadi mau main tusuk-tusukan sama Nindi ya? Memangnya dia main tusuk-tusukan di lobby?"

Oh my God!

Vella benar-benar membuat Jorge semakin gemas dan geregetan ingin segera menerkamnya lagi.

Kekehan keras menjadi jawaban atas pertanyaan konyol Vella, diikuti dengan gerakan Jorge yang cekatan membuka satu persatu pakaian di tubuhnya.

"Geee... Kok bajunya ikut di buka?" lagi-lagi Vella bertanya seolah lupa dengan posisi saling memuaskan yang sering mereka lakukan sejak resmi menjalin cinta.

I LOVE YOUR MOUTH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang