Part 31.

11.7K 709 132
                                    

Kereta jurusan Solo mulai berangkat dari Stasiun Gambir Jakarta. Dari jendela kereta yang tertutupi ole kaca bening, terlihat di dalamnya Felicia Vella sedang duduk manis menatap keramaian orang-orang yang berada di luar kereta, namun dengan wajah suram akibat perasaan galau dalam hatinya.

"Nak, kamu baik-baik ya kamu di dalam sini? Jangan nakal. Mama hanya punya kamu," batin Vella, mengusap lembut perutnya yang masih datar.

Ya, Vella menepati janjinya. Ia meninggalkan kota Jakarta, tempat di mana semua kenangan pahit serta manis terjadi dalam hidupnya selama hampir empat bulan belakangan ini.

Vella sangat mencintai Jorge dan karena rasa cintanya yang besar itu pula, maka ia rela ketika Liely Fransiska menyuruhnya untuk meninggalkan sang CEO.

"Maafin aku, Geee... Aku nggak ingin kamu hidup melarat kayak aku. Dari kecil kamu udah hidup enak. Lain sama aku yang memang hidup susah. Mungkin kamu masih dibutakan sama perasaan cinta mu aja, Ge. Nanti kalau kamu sudah punya anak dengan wanita lain dan anak kalian semakin besar, maka kamu akan tau kalo kebutuhan hidup anak itu bermacam-macam. Belum lagi kalo anak kamu dua atau tiga, Ge. Yang satu di belikan ini, pasti yang dua juga mau. Kalo kita hidup susah berdua, pasti nggak akan bisa adil. Memangnya kamu bisa kerja kasar jadi buruh gitu, Ge? Aku benar-benar nggak tega lihat kamu yang hidup enak tiba-tiba berubah kayak gitu, Ge. Jadi biarlah takdir kita seperti ini," batin Vella mencoba menguatkan dirinya.

"Udah, jangan ngelamun aja! Kamu harus kuat demi anak kamu, Vel. Nih, keretanya udah bergerak. Yakin 'kan sama pilihan kamu ini?" tanya Meisya menepuk paha kanan Vella.

"Egh, iy-iya. Aku siap, Mei," dan jawaban singkat itu disertai air matanya yang sekali lagi mengalir.

"Kalo gitu jangan nangis. Buktikan sama Mamanya Gege, kalo kamu bisa membesarkan anak kalian ini dengan baik dan jadikan dia orang sukses tanpa campur tangan keluarga mereka sama sekali. Oke?" sahut Meisya dan keduanya kembali berpelukan erat.
.
Sementara itu di tempat lain Jorge telah kembali ke tempat Vella di Rusunawa, karena ia masih berharap jika Vella hanya pergi sebentar entah ke mana dan akan kembali lagi ke hunian mereka.

Akan tetapi alangkah terkejutnya sang CEO, saat bertemu kedua bola mata hitamnya bersibobok dengan mata sang sang Ibu di depan pintu gerbang Rusunawa.

"Mau apa sih Mama ke sini? Sejak kapan juga Mama tau aku pindah ke sini? Apa si Jimmy yang ngasih tau ke Mama? Tapi 'kan dia lagi ada di Sidoarjo temenin si Badrun cari kesepakatan sama para pekerja yang lagi mogok kerja. Nomor handphone dia juga udah gue ganti. Ck! Dasar jahat!" batin Jorge dengan berat hati melangkah terus memasuki pintu gerbang Rusunawa.

"Ge..?"

"Ngapain Mama ke sini?" ketus Jorge benar-benar tak bersahabat.

"Mama mau jemput kamu pulang, Nak! Mama minta maaf sudah nampar kam--"

"Udah basi! Gege nggak pernah ngerasa tuh si tampar sama Mama. Jadi mendingan sekarang Mama pulang dan jangan minta Gege pergi dari sini. Gege nggak mau pulang! Gege mau cari Vella karena Vella kayaknya di culik orang!"

Deg

Raut wajah Liely berubah seketika, saat mendengar ocehan putranya. Dan sang CEO pun melihat perubahan di wajah ibunya.

"Apa Mama bertingkah macam-macam lagi sama Vella?" tuduh Gege, langsung mencengkeram kedua lengan Liely.

Wanita itu terdiam dan pikiran jahat pun semakin berkecamuk di dalam dirinya, "Mama, jawab Ma!"

"Enggak, Ge! Enggak! Mama aja baru datang ke tempat kamu ini. Mana mama tau si cewek udik itu hilang atau di culik," jawab Liely berusaha menyembunyikan kegugupannya.

I LOVE YOUR MOUTH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang