Vella bersiap-siap menuju kampus yang kemarin sudah ia kunjungi bersama Jimmy, untuk mengikuti ujian masuk penerimaan Mahasiswa/Mahasiswi baru.
Hanya saja pagi itu ia tak lagi ditemani oleh Jimmy, melainkan Pak Tono--Sopir di keluarga de Olmo--lah yang sudah menunggunya di lobi apartemen.
Tentu saja hal tersebut terjadi akibat Jimmy yang harus pergi ke Sidoarjo, guna mengawasi pergerakkan Manager Engineering.
"Non Vella?" tanya Pak Tono coba meyakinkan saat melihat seorang gadis baru saja berjalan mendekat ke arahnya.
"Iya. Anda Pak Tono yang--"
"Iya, Non. Mari saya antarkan," sahut Pak Tono sedikit membungkuk.
Vella pun tersenyum sumringah, lalu berjalan mengikuti langkah pria empat puluh tahunan itu ke mobil yang biasa di pakai Jimmy.
Tiga puluh menit berlalu setelah berhasil keluar dari kemacetan panjang kota Jakarta di pagi hari, akhirnya sampailah Vella di pelataran parkir kampus yang akan menjadi tempat ia meraih mimpi dan cita-cita.
"Pak Tono, makasih ya? Tinggal aja saya nggak apa-apa kok. Tadi 'kan Bapak sudah jelaskan denah untuk pulang ke apartemen. Jadi nanti kalau selesai tes, saya pulangnya naik taksi aja," tutur Vella, namun tak mau diindahkan oleh Pak Tono.
"Aduh, Non. Nggak usah pulang aja. Biar Bapak tungguin sampai selesai di sini nggak apa-apa. Soalnya Pak Jorge itu super galak, Non. Bisa habis gaji saya di potong kalau tinggalkan Non sendirian di sini," sahut Pak Tono, yang di balas dengan helaan napas pelan Vella.
"Oh, gitu. Ya udah deh. Tapi beneran 'kan Bapak nggak keberatan tungguin saya, Pak? Soalnya saya nggak enak, Pak."
"Nggak kenapa-napa, Non. Ayo, Non. Masuk aja udah gih. Nanti keburu di mulai ujiannya," usul Pak Tono.
Vella pun segera turun dari mobil, lalu berjalan masuk ke dalam kampus dan meninggalkan Pak Tono sendirian dipelataran parkir.
Ia bergegas mencari di mana ruangan tempat ujian masuk gelombang terakhir bagi calon mahasiswa/mahasiswi baru itu di gelar, dengan cara bertanya pada seorang pekerja yang terlihat memakai atribut kampus.
"Oh, ruangannya di lantai dua. Naik tangga terus jalan aja lurus ke sayap kanan kampus. Nah, di situ deh ruangannya. Yang lagi ramai itu lho, Dek," jawab orang itu, dan langsung di beri ucapan terima kasih oleh Vella.
Kakinya pun berjalan menuju ke arah tangga kampus, namun satu pekikan keras membuatnya menoleh ke belakang.
"Vellaaa...! Vel, tunggu!"
"William!" sahut Vella, berdiri di tangga pertama.
William Ong (Anak pengusaha batik asal Surabaya. Punya banyak toko kain dan pakaian di Tanah Abang)
"Hai! Pagi!" sapa William Ong, calon mahasiswa baru yang kemarin di tabrak Vella.
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE YOUR MOUTH [END]
RomansaCinta datang tiba-tiba tanpa bisa ditebak. Kata-kata itu tampaknya kini bernaung dalam perasaan Jorge Luis de Olmo, seorang CEO muda yang sejak dulu selalu menganggap wanita adalah pelampiasan hasrat seksualnya. Kecintaan pada oral seks sejak remaj...