Pagi-pagi sekali, Jorge sudah bangun dan segera melenggang ke kamar mandi. Ia bahkan mengabaikan ponselnya yang terus berdering.
Bayangan wajah cantik Vella bersama bibir tipis yang sibuk mengoral juniornya adalah penyebab mengapa ia begitu bersemangat.
"Kita mandi dulu ya, junior? Habis itu kita goes ke tempat Vella-mu yang caem. Aku mau buat kamu wangi biar dia betah deket-deket sama kita berdua terus. Bener, kan?" kekeh Jorge mulai yang sudah tak mengenakan sehelai benang pun.
Kucuran air hangat pun kini membasahi tubuh atletisnya dan terjadilah aksi bersih-bersih ala Jorge itu di sana.
"Udah ah cukup. Jangan lama-lama mandinya nanti Mama keburu bangun," gumam Jorge lekas mengambil selembar handuk bersih dari dalam laci meja di kamar mandi tersebut.
Ia buru-buru keluar kamar dan langsung saja masuk ke dalam walk in closed miliknya. Di sana pelbagai setelan suit sudah tersedia. Biasanya Jorge tinggal memilih hendak memakai yang mana, lalu mencari sendiri pasangan dasi yang cocok untuk memadupadankannya.
"Hari ini aku nggak mau pakai kemeja ah. Biar kelihatan muda, pakai kaos sama celana jeans aja. Nanti di luarnya baru deh tambahin jas. Bosen kalau pakai pakaian formal terus. Aku 'kan masih muda. Iya 'kan, junior?" gumam Jorge berbicara dengan miliknya di bawah sana, seperti biasa.
Ya, begitulah Jorge Luis de Olmo. Sejak memasuki masa puberitas ia paling suka mengajak kejantanannya bercerita berbagai hal, terutama tentang para wanita yang ia bayar untuk memuaskannya.
Kali ini ia ingin sekali berkata-kata pada si junior alasan mengapa tiba-tiba saja dirinya ingin berganti style. Namun logikanya seolah tak mau menerima kenyataan, jika itu ia lakukan karena ingin tampak lebih muda dan gaul di depan Vella.Oleh sebab itu ia secepat kilat memakai pakaiannya.
Lima menit berlalu, kini Jorge sudah tampak rapi dengan kaos berleher V, celana jeans pensil ala anak jaman sekarang, jas hitam, bersama sepatu kets putih yang ia beli ketika meeting di Singapura kemarin.
"Kece juga ini sepatu. Gue pikir bakalan di pakai kapan-kapan aja karena gue sering sibuk di kantor. Egh, ternyata seru juga ganti gaya model gini. Cuma rambut gue nih kayaknya yang perlu di permak. Udah kepanjangan belakangnya sih," gumam Jorge sibuk menyisir rambutnya ke belakang, "Ah, itu gampang lah! Intinya pagi ini gue harus cepat keluar dari rumah, biar bisa ketemu sama Vella Sayang," ucapnya lagi sembari tersenyum mesum.
Jorge lantas segera keluar dari walk in closed, lalu menuju pintu kamar dan menutupnya dengan sangat hati-hati.
"Tuh! Pintu kamar Papa sama Mama masih tertutup. Coba di bawah?" batinnya berjalan ke pagar pembatas lantai dua.
Kepala laki-laki dua puluh lima tahun itu sibuk celingukan ke kiri dan ke kanan, lalu segera saja ia berlari ke arah tangga setelah telinganya tak mendengar bunyi berisik apapun.
"Selamat! Papa sama Mama belum bangun," kekeh Jorge melangkah lebar menuruni tangga.
Kini sampailah ia di depan pintu utama rumah mewah milik sang Ayah. Namun alangkah terkejutnya ia ketika pintu berdaun ganda itu sudah lebih dulu terbuka sebelum tangannya menarik handle pintu.
BRUGH!
"Aduh! Sakittt...!" teriak Jorge memegang kepala dan bokongnya secara bergantian.
"Astaga, Bos?!"
Jimmy yang ternyata dalang dari insiden itu pun lekas-lekas menghampiri sang Tuan, namun Jorge sudah lebih dulu menarik tangannya hingga ikut terjatuh ke lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE YOUR MOUTH [END]
RomanceCinta datang tiba-tiba tanpa bisa ditebak. Kata-kata itu tampaknya kini bernaung dalam perasaan Jorge Luis de Olmo, seorang CEO muda yang sejak dulu selalu menganggap wanita adalah pelampiasan hasrat seksualnya. Kecintaan pada oral seks sejak remaj...