Part 15

19.7K 745 73
                                    

Dua bulan berlalu sejak aksi katakan cinta itu terangkai di antara dua insan yang saling memiliki satu rasa.

Kini Vella tengah sibuk menjalani hari-harinya sebagai Mahasiswi di Fakultas Ekonomi dengan jurusan Akutansi, dan tentu saja Jorge pun demikian.

Sang CEO muda itu sedang giat-giatnya menghandle De Olmo Corporation, perusahaan mesin dan alat berat warisan sang Ayah.

Akan tetapi dari kesemua rutinitas padat yang kedua pasangan itu jalani selama dua bulan belakangan ini, mereka tak pernah sedikit pun melupakan komunikasi demi kelancaran hubungan cintanya.

Jorge bahkan terus dan terus saja mencari banyak alasan untuk ia berikan pada sang Mama, ketika di tanya ke mana ia pergi saat pulang terlambat ke rumah. Juga saat wanita bernama Liely Fransiska itu mencarinya ke seluruh penjuru Ibu kota.

Apartemen bahkan bukan lagi menjadi prioritas Jorge ketika juniornya rindu dengan bibir tipis sang kekasih. Sebab kamar hotel atau villa mewah yang terdapat di luar kota Jakarta, kini menjadi pelarian paling jitu baginya.

"Ck! Sore lama banget sih? Gue udah kangen berat sama si Sayang. Kemarin pulang dari Sidoarjo 'kan nggak sempet ketemu. Gue bisa gila kalau kayak gini terus. Kapan sih Mama bisa ngerubah pandangannya tentang jodoh?!" kesal Jorge terlihat sangat uring-uringan, "Apaan tuh! Bebet bibit bobot! Udah kayak kembang di taman Mama aja gue! Dua hari di tanam terus mati, malah nyalahin bibitnya. Apa kata Mama? Duh, ini pasti gara-gara si Papa nggak bener nih belinya. Terus apa lagi Mama bilang? Tuh kamu lihat, Ge. Kalau bibitnya nggak bagus model gini? Bisa mati cepat, kan? Sama nih kayak calon Istri! Kalau bibitnya sembarangan, bakalan cepat cerai pasti kamu nanti! Alahhh... Belgedes!" gerutu Jorge sangat panjang, melontarkan ocehan yang sering ia dengar dari sang Ibu.

Akan tetapi perkataan tentang bibit bebet bobot itu tak bisa hilang dari otak sang CEO, sehingga terus saja otak Jorge mengingatnya. Terlebih lagi untuk beberapa hari belakangan ini. Ia semakin getol menunjukkan foto gadisnya pada sang Ibu, namun kembali lagi Liely bertanya tentang bibit bebet bobot.

"Selamat pagi, Pak. Ini kopi yang Bapak minta. Saya taruh di meja kerja Bapak ya?" ujar si genit Nindi dengan pakaian seksinya muncul dari balik pintu.

"Hem, taruh saja di meja!"

"Baik, Pak."

Ia melihat sekilas punggung Jorge yang sibuk di depan filing cabinet dan berjalan menuju ke arah meja kerja atasannya.

Secangkir kopi hitam dengan gula satu sendok teh pun ia letakkan di sana, namun ia terkejut ketika melihat satu figura foto baru yang terletak di sana.

Tangannya terulur untuk mengambil figura tersebut dan hatinya sangat terbakar ketika pandangan matanya menatap lekat foto Jorge yang sedang mengecup sebelah pipi Vella.

"Oh, jadi cewek ini yang buat dia menghindar dari gue? Heh, coba kita lihat ya? Mau sampai kapan kalian terus bersama?!" amuk Nindi dalam hatinya.

Secepat kilat sekretaris genit itu memasukkan ponsel milik Jorge ke dalam saku blazer kerjanya dan masuk ke dalam toilet pribadi milik tuannya.

"Aduh, Pak! Numpang pipis bentar ya? Kebelet nih!"

"Ck! Nggak sopan banget si lo! Nanti di siram sampai bersih!" kesal Jorge namun ia terus mencari berkas lama di filing cabinet pribadinya itu.

Dannn... Aksi pun di mulai. Di dalam toilet Nindi sibuk mengutak-atik ponsel Jorge, guna mencari sesuatu yang bisa menghubungkannya dengan si gadis dalam figura.

"Sialan! Ternyata udah sampe di acara ngisap si burung beo juga nih cewek! Heh, di foto aja lagaknya pasang muka sok polos gitu! Taunya apa ini dia bilang sama si Gege? Bakalan puasin sampe keluar tiga kali? Cih... Binal! Ini pasti cewek jalang yang mau morotin doang nih!" umpat Nindi, mengambil ponsel miliknya dari saku blazer yang lain.

I LOVE YOUR MOUTH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang