Part 23.

14.7K 807 91
                                    

"Sekarang ceritakan kenapa sampai kamu bisa jatuh cinta sama dia. Papa mau dengar lebih detailnya lagi, Ge," suara Juan, mulai membuka penbicaraan.

"Memangnya kenapa, Pap?" Jorge yang merasa risih pun bertanya, karena hal tersebut jelas tak biasa dalam hubungan Ayah dan anak lelakinya itu.

"Papa cuma ingin tahu, Gege. Pacar mu itu kan bakalan jadi menantu Papa kalau memang kalian berjodoh. Jadi, biar bagaimana pun Papa harus tau jelas bagaimana ceritanya kalian bisa sampai ketemu dan yang terpenting bagaimana perasaan mu ke dia. Jelas?" ucap Juan menatap kedua manik mata hitam Jorge, yang di dapatkan dari Liely Fransiska.

Helaan nafas berat Jorge terdengar di telinga Juan, namun ia tahu itu karena sang Putra tak ingin menceritakannya.

Tapi ini adalah cara jitu, menurutnya. Sehingga dengan begitu ia dapat mengetahui apakah Vella baik atau tidak untuk di jadikan calon pendamping hidup anak semata wayangnya.

"Papa nggak akan bisa kasih kamu restu untuk hubungan kalian kamu nggak mau jujur sama Papa, Jorge," ucapan itu membuat Jorge tertegun, "Papa juga pernah berada di posisi mu saat ini. Mama mu, adalah wanita yang sangat di tentang oleh Grandma dan Grandpa, sehingga kami memilih untuk pulang kembali ke Jakarta dan membangun De Olmo Corporation dari nol! Mama mu jelas adalah wanita tangguh menurut Papa, sehingga segala pencapaian itu bisa Papa dapatkan hingga kini kamu juga menikmatinya. Jadi katakan saja semua, Jorge. Papa masih memegang teguh prinsip 'lebih baik jujur dari pada tidak sama sekali' di sepanjang hidup Papa, walaupun nanti akan ada goresan luka di sana."

Dan perasaan Jorge mulai menghangat, ketika ternyata sang Ayah mulai meyakinkan dirinya. Maka pelan tapi pasti, Jorge mulai membuka semua cerita tentang awal perkenalannya dengan Vella. Lalu bagaimana ia bisa jatuh cinta pada sosok polos nan candu itu, hingga urusan tusuk-tusukan pun tak luput dari mulutnya.

"Hem, kamu masih perjaka? Wah, Papa nggak nyangka banget. Papa pikir kamu--"

"Ya elah, Papa! Jorge itu cuma sukanya di hisap aja selama ini, Pa. Cuma pas udah pacaran sama Vella, nggak tau kenapa bisa sampai pengen banget main tusuk-tusukan gitu," potong Jorge, sukses membuat Juan kembali bingung dengan bahasa anaknya.

"Main apa kamu bilang tadi, Ge? Main tusuk-tusukan? Apa itu? Kamu tusuk pacar mu pakai jarum? Atau?"

Oh, Tuhan! Kekehan kembali membahana seketika di taman belakang rumah mewah tersebut. Ia selalu lupa ketika berbicara dengan sang Ayah yang tak seberapa paham tentang bahasa kekinian, dan berusaha menjelaskan hal tersebut dengan cara bahasa isyarat lewat kedua tangannya.

"Pap, main tusuk-tusukan itu yang kayak gini," dan hebohlah tawa sang Ayah, akibat jari tangan Jorge membentuk bulatan juga memasukkan jari telunjuk yang lain ke dalamnya.

"Terus enak nggak?" goda Juan Alexander.

"Enak banget, Pap. Gege tadi pas sebelum ke sini sih pengen nambah lagi. Cuma Vella 'kan kemarin-kemarin nggak mau Gege ajak main tusuk-tusukan. Sampai teman kampusnya yang gila itu kasih minum dia obat perangsang dulu baru Gege bisa gituin dia. Makanya tadi langsung Gege bawa ke sini. Soalnya dia mau bunuh diri, Pap. Gege bisa gila kalau dia nggak ada lagi."

"Dari cerita yang Papa tangkap, sepertinya itu hanya karena keadaan. Coba kamu tempatkan dirimu di posisi pacar mu itu, Ge. Kamu tidak punya orang tua lagi, kamu juga hidup numpang sama Paman kamu, terus tiba-tiba Paman mu mau nikahin kamu, sampai di ujung kamu tiba di tempat yang harus kehilangan hal paling berharga dalam hidup mu. Apa yang akan kamu lakukan? Kalau Papa sih jelas nggak akan kuat kalau nggak ada Mama mu. Papa tidak bisa hidup susah dan saat kami kembali ke Indonesia pun, pikiran Papa untuk menceraikan Mama mu, untuk kembali ke Madrid itu sangat besar dulu," kenang Juan Alexander, "Walaupun dia keras dalam hal mendidik mu, tapi itu semua dia lakukan demi kebaikan kamu. Dia tidak ingin kamu mendapatkan pendamping hidup yang salah. Mama mu ingin wanita itu nantinya bisa menjadi penopang hidup mu di kala rapuh. Saat perusahaan sedang bermasalah, dia bisa membantu meringankan dengan beberapa ide briliant-nya dan tentu saja menjadi Ibu yang baik untuk anak-anak mu. Itulah sebabnya, mengapa dia begitu protektif sama kamu, Ge. Karena hanya kamu anak yang kami miliki. Dia sudah tak bisa lagi mendapatkan apa yang dia inginkan, sejak Papa menderita Varises di organ vital. Kualitas Sperma Papa pun menurut Dokter sangat buruk, dan--"

"Cukup, Pa. Gege sudah tau kisah hidup Papa dan Mama yang itu. Jangan buat diri Papa merasa bersalah terus. Bagaimana pun, Papa adalah kepala rumah tangga di keluarga ini. Jangan karena Papa yang tidak bisa mewujudkan keinginan Mama, maka sikap mudah mengalah itu terus-terusan terjadi. Gege nggak mau Papa diam aja saat Mama mendominasi apa yang menurut Papa benar. Itu salah dan untuk opini Papa tentang sikap Mama yang super memilih soal pendamping hidup Gege, mungkin ada benarnya juga. Tapi Gege nggak bisa untuk saat ini menerima apa yang Mama mau, Pap. Bisa gila kalau di suruh hapus Vella dari hidup Gege sekarang, Pap. Nggak bisa," lirih Jorge benar-benar nampak down dengan pandangan matanya yang jauh menerawang ke depan.

"Kalau gitu, kamu hamilin aja dia. Gampang, kan?" dan Juan sukses membuat putranya kembali keluar dari dunia khayalnya.

"Lha, terus kalau Mama masih tetap nggak kasih iz--"

"Nggak mungkin! Papa paling tau seperti apa Mama mu itu. Dia sangat ingin punya cucu, efek yang Papa ceritain tadi tuh soal sakitnya Papa. Asal aja nanti kamu harus selalu rajin kasih pengertian sama Vella," sahut Juan membuat Jorge kebingungan.

"Maksudnya apa, Pap?"

"Ya, kasih pengertian kalau anak kalian bakalan nempel terus sama Oma-nya dong. Apalagi? Bisa aja 'kan Vella nanti nggak terima kalau Mama sering ajak anak kalian tinggal di sini, atau tidur bareng kami berdua. Benar, kan?"

"Itu malah lebih baik kali, Pap. Jadi Gege sama Vella bisa sering-sering berdua. Iya, kan?" sahut Jorge, membuat kedua pria itu kembali tertawa lepas.

Sementara dari dalam rumah terjadi hal buruk yang sangat tidak mengenakkan, karena kini nyatanya Vella sudah tidak lagi bersama dengan asisten rumah tangga Jorge. Melainkan duduk bersama Liely Fransiska dengan suasana yang sangat tidak bersahabat.

"Kamu paham yang saya katakan dari tadi?"

"Pa-paham, Bu," sahut Vella menahan air matanya.

"Suami saya tidak bisa memberi keturunan lagi dan sudah saya ceritakan juga detail keluarga saya pada mu. Saya ingin menantu yang bisa membuat hidup anak saya lebih baik, karena kalau seandainya De Olmo Corporation tiba-tiba jatuh bangkrut dan terlilit hutang? Sudah sangat jelas tidak ada yang bisa dipertahankan selain merelakan kerja keras kami di sita oleh orang-orang," Liely kembali memberi opininya, "Jika seandainya Gege menikah dengan anak dari salah satu kolega bisnis kami, tentu saja ada harapan untuk melebur perusahaan kami agar Gege tetap bisa hidup layak dari pada dia masuk penjara, bukan? Kamu kan Mahasiswi Ekonomi. Harusnya kamu tau dong sedikit tentang bisnis seperti apa. Iya, kan?" dan pecahlah bendungan air mata yang sejak tadi di tahan Vella.

Perkataan Liely Fransiska memang tak bisa ia salahkan, karena kemungkinan itu bisa saja terjadi di kemudian hari.

Sedangkan ia hanyalah anak yatim piatu, dan apa yang bisa ia lakukan ketika De Olmo Corporation benar-benar di ambang kehancuran.

"Sa-saya permisi pulang dulu kalau begitu, Bu!"

"Silahkan. Saya tidak mengusir mu dari rumah ini. Saya hanya bercerita dan pikirkan apa yang saya katakan sejak tadi, jika memang kamu benar-benar mencintai anak saya!" tegas Liely dan Vella hanya menganggukan kepalanya.

Ia masih sempat mengambil telapak tangan Ibu kandung Jorge, dan mencium punggung tangan si Nyonya rumah sebelum berlalu dari sana.

"Kamu sebenarnya baik, Felicia Vella. Kamu juga asli keturunan tionghoa seperti ku. Hanya saja kamu tidak bisa menunjang apapun seperti aku saat Juan harus di usir dari keluarga De Olmo dulu. Ibu mana yang akan rela melihat anaknya hidup menderita. Mungkin itu masih bisa aku ampuni dan merangkul kembali kalian ketika kemarahan ku mulai mereda. Tapi jika sampai perusahaan jatuh bangkrut? Apa kamu juga bisa memberi modal seperti yang Papa ku lakukan untuk Juan dulu? Hidup Gege jelas akan susah, Vella. Bahkan aku dan Suami ku pun akan ikut terkena imbasnya, karena Papa ku sudah meninggal dan tidak mungkin aku meminta harta bagian Saudara ku yang lain sementara mereka juga punya keluarga masing-masing. Hidup itu harus berpikir realistis dan aku lakukan ini demi bisa membuat kebahagiaan itu terus ada dalam keluarga ku."

😣😣😣😣😣😣😣😣😣😣😣😣

To be continue...

I LOVE YOUR MOUTH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang