Jorge melajukan mobilnya menuju apartemen dengan sedikit tergesa, karena ia ingin segera menemui Vella.
Setelah memakirkan mobilnya, ia turun dan berjalan sembari bersiul. Hatinya merasa senang, sebab sebentar lagi juniornya akan dimanjakan oleh bibir tipis Vella.
"Junior, sabar ya? Sebentar lagi keinginanmu tercapai. Kamu akan di manja sama bibir tipis Vella yang nikmat itu," kekeh Jorge dalam hatinya.
Tubuhnya bahkan merasakan geleyar aneh, akibat semua bulu romanya meremang ketika mengingat Vella yang sedang mengoral si junior.
Sepanjang perjalanan di dalam lift apartemen pun Jorge masih saja terus senyum-senyum sendiri, persis seperti Anak Baru Gede yang merasakan jatuh cinta.
Lantas setelah pintu lift terbuka, Jorge pun keluar dan melangkah lebar menuju kamar apartmennya.
Ia kemudian menekan tombol pada panel pintu, karena Vella sudah memberi tahu kode kunci yang baru setelah mereka selesai ber-video call kemarin malam melalui pesan singkat.
Ceklek
Dengan langkah lebar ia menuju kamar di mana Vella berada, tanpa mau repot-repot mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Vel--"
"Ah, Gege!" teriak Vella segera melilitkan handuk ke tubuhnya kembali.
"Aduh, Sayang! Ngapain sih mesti di tutup lagi. Malu, ya? Bukannya kamu kemarin sudah telanjang di depan aku di video call?" Jorge terkekeh melihat sikap Vella yang kikuk.
"Habis kamu ngagetin tau! Kalau jantung ku copot gimana tadi?" rungut Vella.
Jorge pun sukses memecahkan tawanya, ia refleks memeluk Vella dan mengecup puncak kepala gadis itu dengan lembut.
"Sayang, aku buka ya? Kemarin 'kan aku cuma lihat tubuh kamu dari layar handphone tuh. Sekarang aku mau liat secara langsung. Lagian coba kamu pegang, nih." rayu Jorge membawa telapak tangan Vella menuju ke pangkal pahanya, "Si junior udah keras banget 'kan, Sayang? Jadi aku buka ya?" ujar Jorge membuka handuk yang menempel pada tubuh Vella.
Gadis itu pun hanya bisa pasrah dengan rayuan maut sang CEO, sembari terus saja menampilkan semburat merah jambu di kedua pipinya.
Jujur saya Vella sebenarnya risih dengan tingkah Jorge yang tidak pernah puas. Namun ada sedikit rasa bangga dalam hati, ketika ternyata tubuhnya lah yang selalu membuat Jorge merasa tidak puas.
"Sayanggg..."
Jorge merengkuh tubuh Vella, mengecup bibirnya dan mulai membelai tubuh mulus gadis itu di sana. Jorge membawa Vella duduk di pinggiran tempat tidur, tentu saja dengan tangan Vella yang ia paksa untuk meremas si junior dari luar.
"Empphh..." lenguh Vella, akibat lumatan intens yang Jorge lakukan.
Dengan sebelah tangan, ia merebahkan tubuh Vella di atas pembaringan dan meremas gundukan di dada Vella.
"Geee... Oughhh..." lengkuh Vella membusungkan dadanya.
Mata pria itu begitu berbinar di antara lumatan di puncak payudara Vella, dan sebelah telapak tangan Jorge yang bebas pun meremas daging kenyal di sebelahnya lagi.
"Gegeee..."
"Hem..."
"Geli, Geee... Aku-- Achhh..." desah Vella tak selesai.
Jorge tak memedulikan reaksi dari tubuh Vella, sebab kini matanya sudah ditutupi oleh kabut gairah yang memuncak.
"Sayanggg... Kamu enak bangettt... Ini baru susu kamu doang, Sayang. Gimana kalau yang lain?" lirih Jorge memindahkan mulutnya ke payudara Vella yang satunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE YOUR MOUTH [END]
Roman d'amourCinta datang tiba-tiba tanpa bisa ditebak. Kata-kata itu tampaknya kini bernaung dalam perasaan Jorge Luis de Olmo, seorang CEO muda yang sejak dulu selalu menganggap wanita adalah pelampiasan hasrat seksualnya. Kecintaan pada oral seks sejak remaj...