"Sayang, kita mau singgah makan dulu nggak? Egh, aku lapar nih. Kamu--"
"Aku nggak lapar. Nanti aja makannya! Aku udah nggak sabar nungguin jawaban apa yang bakalan kamu bilang di depan Mama mu. Kamu bakalan pilih aku atau pilih har--"
Cittt...
Pedam rem dari mobil sport milik sang CEO pun di injak dengan tiba-tiba, hingga membuat tubuh Vella maju ke depan sedikit.
"Aku nggak suka kamu ngomong kayak gitu ya, Vel! Aku ini pria sejati, bahkan kamu tau jika apa yang baru kita lakukan itu adalah hal pertama dalam hidup ku. Kalau aku bilang A, maka aku bakalan ngelakuin A. Jadi cuci pikiran kotor kamu itu dari sekarang, karena kalau sampai kita sudah menikah dan kamu terus bersikap seperti ini? Aku nggak jamin hubungan kita bakalan panjang sampai kita menua nanti!"
Skak Mat!
Vella bergeming, tanpa bisa mengeluarkan sepatah kata pun. Ia bahkan merasa seperti habis di siram seember air es dan setelah itu Jorge kembali menjalankan mobilnya.
Jorge bahkan merasa kenyang seketika, dan begitulah seterusnya sampai mereka tiba di depan pintu pagar rumah mewah milik keluarga Jorge Luis de Olmo.
"Sayang, kamu yak--"
"Turun sekarang! Biarin aja mobil kamu parkirnya di sini, nggak usah masuk di dalam!"
"Lho! Kok git--"
Dan Vella segera keluar dari mobil tanpa mau mendengarkan lebih dulu penjelasan kekasihnya.
"Kenapa sih dia jadi emosian? Heran deh! Resek aja. Nyebelin 'kan jadinya," kesal Jorge dalam hati, "Untung cinta mati. Kalau nggak? Udah ilfil gue. Nasib-nasibbb... Cewek kalau udah ngambek rasanya pengen nyebur ke laut aja gue," lagi-lagi Jorge menggerutu.
Namun Vella tidak mau ambil pusing, selain terus berjalan masuk ke dalam rumah setelah pintu pagar di buka oleh seorang satpam.
Sejujurnya Vella sangat tidak ingin bersikap jutek pada Jorge sedari mereka masih di apartemen tadi, namun baginya hal tersebut terpaksa harus ia lakukan karena rencana bunuh dirinya gagal terlaksana. Sehingga senjata lain pun harus ia kumpulkan untuk menguatkan dirinya, maka inilah pilihan yang di ambil oleh wanita berbibir tipis itu.
"Maaf, Ge. Aku berusaha agar kuat menghadapi apa yang beberapa menit nanti akan ku terima. Kamu memang adalah seorang pria sejati. Kamu juga menjadikan aku yang pertama dalam hidup mu, dan begitu pula dengan ku. Tapi kamu melupakan sesuatu, Ge. Kamu lupa jika sejak dalam kandungan, hidup mu sudah sangat berkecukupan. Kamu juga selalu bilang jika Mama dan Papa mu akan mencoret nama mu sebagai ahli waris utama dari surat warisan mereka, bukan? Apa kamu yakin masih bersedia hidup dengan ku yang melarat ini? Aku tidak, Ge. Aku tidak bisa yakin jika kamu bisa terus bertahan bersama ku dalam lingkaran kemiskinan," demikianlah rentetan suara hati Vella yang menjelaskan mengapa ia bersikap ketus pada Jorge.
Sayangnya Jorge tidak tahu, karena memang Vella terus menutupi kekhawatiran hatinya di sana.
"Hei, ayo masuk. Katanya mau ketemu sama Mama dan Papa? Ayo..." tegur Jorge, ketika Vella tak lagi melangkah.
"Iya, sabar! Jalannya susah ini. Kamu pikir orang habis pecah perawan nggak nyeri itunya? Sakit tau!" ketus Vella di sela kegugupannya.
Oh ya, Tuhan. Alasan macam apa itu. Vella benar-benar berusaha menjaga totalitas dalam memainkan peran wanita judesnya di sana. Sehingga hal itu semakin membuat Jorge geram, hingga sang CEO pun segera mengambil inisiatif yang benar-benar di luar ekspektasi kekasihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE YOUR MOUTH [END]
RomansaCinta datang tiba-tiba tanpa bisa ditebak. Kata-kata itu tampaknya kini bernaung dalam perasaan Jorge Luis de Olmo, seorang CEO muda yang sejak dulu selalu menganggap wanita adalah pelampiasan hasrat seksualnya. Kecintaan pada oral seks sejak remaj...