Part 12

19.5K 715 35
                                    

Jorge melangkahkan kaki menuju ke lantai atas penthouse miliknya. Bangunan itu berada di Negeri Singa dan merupakan salah satu aset milik Liely Fransiska, Ibu Jorge yang berasal dari sana.

Hari ini moodnya sedang tidak bagus. Ia memikirkan masalah pekerjaan yang di sabotase oleh karyawannya sendiri dan ia sedikit tidak terima ketika harus orang lain yang lebih dulu menyelidiki serta mengetahuinya.

Sial!

Setelah berhasil membuka pintu utama penthouse, Jorge lantas masuk ke kamar dan menghempaskan tubuhnya dengan kasar di sofa yang berada dalam ruangan tersebut.

"Argh! Bangsat! Punya karyawan kerjanya nggak ada yang benar! Kalau gini caranya Papa bisa marah dan bilang pekerjaan gue nggak becus, kan? Kamprettt..!" Jorge mengacak kasar rambutnya.

Di raihnya benda pipih dari dalam saku celana, dengan maksud ingin memeriksa notifikasi yang masuk ke dalam ponsel tersebut, sekaligus sedikit menghibur diri. Sayangnya wajah cantik Vella kini menjadi objek penglihatannya, karena foto si bibir tipis itu ia gunakan sebagai wallpaper di ponselnya.

"Kamu sekarang lagi ngapain, Vel? Aku kangen sama kamu, Sayang. Apa kamu masih marah sama aku?" batin Jorge terus menatap wajah cantik Vella.

Bertepatan dengan itu, si junior yang ada di dalam celana pun ikut menggeliat dan sukses membuat Jorge semakin frustasi.

"Kamu 'tuh ya! Ikutan aja kalau aku lagi ngebatin Vella. Gangguan tau nggak sih kalau bangunnya tiba-tiba terus kayak begini. Mau cari Vella di mana coba? Dia 'kan di Jakarta! Nyebelin aja lo!" gerutu Jorge, menepuk juniornya perlahan.

Akan tetapi hal itu membuat si junior semakin mengeras, dan Jorge pun tak punya pilihan lain selain mencoba meloloskan hal yang bergejolak.

"Telepon Jimmy deh. Kepo gue pengen tau Vella lagi ngapain?" gumam Jorge tersenyum simpul.

Ia mengutak-atik poselnya dengan segera dan sambungan telepon pun terhubung.

Tuttt... Tuttt... Tuttt...

"Iya, Bos! Ada apa nih?"

"Di mana lo sekarang?" tanya Jorge penasaran.

"Lagi di apartment, Bos!"

Jorge mengerutkan keningnya, "Di apartemen mana? Lo di apartment Vella maksudnya gitu?"

"Ya iyalah, Bos."

"Woy! Ngapain elo malem-malem di sana? Awas kalo lo berani macem-macemin dia, ya? Gue gorok lo!" amuk Jorge pada Jimmy, dengan kedua netranya yang melotot seolah-olah Jimmy sedang berada di hadapannya.

"Yaelah si Bos! Siapa juga yang macem-macem. Orang gue habis anterin Vella buat beli beberapa buku di Gramedia tadi. Soalnya 'kan besok dia mau ikut ujian masuk, Bos. Gue daftarin dia masuk ke Almamater Bos dulu, Trisakti," jelas Jimmy.

"Lo serius?"

"Sepuluh rius, Bos. Ya ampun nggak percaya banget sama gue si Bos ini. 'Kan dia nggak bawa buku apa-apa tuh buat di baca-baca, pas dengar pendaftaran gelombang terakhir juga tetap pakai ujian masuk? Dia langsung kebingungan, Bos. Jadi disarankan sama temen barunya buat ke toko buku aja. Egh, tadi malah mau dianterin pas gue nggak sengaja kebelet pi--"

"Teman siapa? Cewek apa cowok?"

Glek!

"Aduh! Mati gue. Kelepasan!"

I LOVE YOUR MOUTH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang