Part 8

24.8K 848 27
                                    

"Capek ya, Sayang?" tanya Jorge menyusuri pipi mulus Vella yang terengah di sampingnya.

"Em, iya. Aku 'kan nggak pernah rasain yang kayak gini, Ge. Jadi--"

"Ini tuh belum seberapa kali, Vel. Nanti kalau di tusuk, rasanya lebih capek lagi. Tapi lebih nikmat juga," potong Jorge mengeratkan pelukannya.

Satu kerutan halus di kening datar Vella terjadi, dan itu akibat dari perkataan Jorge.

"Lha, memangnya kamu udah pernah ngerasain? Kalau gitu kamu bohong dong sama aku? Katanya kamu masih perjaka. Belum pernah main tusuk-tusukan sama cewek manapun, lho kok tau rasanya bakalan lebih capek tapi lebih nikmat?" tanya Vella dengan wajah polosnya.

Skak mat!

Jorge yang mendengar pertanyaan Vella pun terpingkal seketika. Ia benar-benar merasa lucu, namun bukan pada Vella melainkan pada dirinya sendiri yang nampak terlihat bodoh di sana.

"Aku beneran belum pernah ngerasain, Sayang. Cuma kan aku sering banget tuh dari masih SMP nonton film bokep. Maka itu aku bisa sampai kecanduan terus sering bayar cewek-cewek buat keluarin punya aku. Nah, di situ kan aku sering tuh tanya-tanya. Cewek-cewek yang lebih tua biasanya sering jelasin kalau main tusuk-tusukan itu memang capek. Tapi kata mereka juga nikmatnya lebih dari pada oral seks yang pakai mulut aja kayak kita tadi itu lho, Sayang. Malah aku sering banget dulu diajakin sama cewek-cewek biar cobain tusuk-tusukan itu. Cuma ya, aku kan takut kalau ternyata mereka penyakitan. Makanya aku bisa tahan sampai sekarang. Cuma..." jelas Jorge terhenti.

"Cuma apa, Ge?" tanya Vella serius.

"Duh, apa ya? Kok jadi grogi gini. Aku mau bilang sih cuma akhir-akhir ini aku pengen banget ngerasain gimana rasanya bercinta beneran, tapi sama dia nih. Tapi bagaimana cara ngomongnya, ya?" batin Jorge serius menatap wajah cantik gadis di depannya.

"Ge?"

"Hah?"

"Kamu ini kenapa sih dari tadi kayaknya ngelamun terus? Kalau aku ada salah, bilang dong. Aku 'kan jadi nggak enak. Apalagi kamu udah izinkan aku tinggal di sini, terus sebentar lagi aku bakalan kuliah, sama kamu juga udah mau janji kalau aku doang yang bakalan jadi cewek bayaran kam--"

"Apa kamu bilang?! Cewek bayaran? Aku nggak mau kamu ngomong gitu lagi, Vel! Aku nggak pernah anggap kamu sama seperti Mbak Mitha atau sejenisnya! Jadi awas aku dengar kamu ngomong gitu lagi. Bakal aku kasih hukuman biar kamu tahu bagaimana sakitnya dengar kata-kata itu tadi!" tegas Jorge mengeraskan rahangnya seusai berkata-kata.

Deg.

Ribuan rasa hangat bak kucuran air pancuran yang tadi pagi membasahi tubuh, benar-benar Vella rasakan seketika selepas telinganya mendengar perkataan Jorge.

Sayangnya mereka memang tidak memiliki ikatan apapun mengenai perasaan, dan tidak bisa dipungkiri bahwa di mata orang banyak, Vella tak ubahnya seperti Mbak Mitha. Seorang Jalang yang menjajahkan bagian tubuhnya untuk memberi rasa nikmat.

"Ge, tapi ini kenyataan. Bukannya kamu minta aku untuk bantuin si junior keluar tiap hari biar kamu nggak sakit kepala? Kamu kasih aku kartu kredit mu, kamu kasih aku tempat tinggal, terus juga kasih aku kesempatan buat kuliah lagi. Di mata orang lain, aku itu cuma cewek ba-- Hemphhh... Ge-- Hemphhh..." ucap Vella tak selesai.

Jorge nampak sangat murka mendengar bantahan dari mulut nikmat Vella, maka itu dengan rakus ia melumat habis bibir tipis yang kini menjadi candu untuknya. Namun tubuh kekar sang CEO itu pun ikut bergerak menindih tubuh indah Vella.

I LOVE YOUR MOUTH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang