"Wahhh... Cantik bangettt... Kayak kamu dulu pas waktu muda ya, Mam? Pasti Gege bakalan kaget lihat Vella di make over begini," ujar Juan begitu antusias, namun Liely hanya memutar bola matanya.
"Papa itu 'kan emang Mata keranjang. Nggak bisa banget lihat cewek cantik. Udah sama tuh kayak Bang Hotman Paris di Instagram-nya. Untung aja Mama galak, coba kalau nggak? Lepas kendali pasti deh," sahut Liely mencibir suaminya.
"Nggak karena Mama galak kok. Papa 'kan pecinta wanitanya pas masih bujang dan belum ketemu Mama aja. Waktu kita udah pacaran sampai nikah, emang ada Papa lirik-lirik cewek lain? Belum lagi Papa kena varises kelamin, mana bisa bikin puas wanita. Mama aja tiba-tiba berubah jutek terus sama Papa. Itu pasti karena Mama nggak pernah merasa puas lagi, kan?" sahut Juan membuat suasana hening seketika.
Wajah Liely pun berubah sangat muram, terlebih lagi apa yang Juan katakan juga di dengar oleh calon menantunya yang siap ia antar menuju ke altar Tuhan.
"Papa tau nggak ini di mana dan kita lagi ngapain? Tolong jangan rusak suasana dan riasan di muka Mama ya, Pap? Apa yang Papa pikirkan itu salah besar! Mama begini, karena Papa itu terlalu memanjakan Gege. Terlalu lembek dalam mengambil keputusan dan begitu down setalah penyakit itu ada di tubuh Papa!" sahut Liely berbalik dan bersiap maju ke kursi paling depan, setelah ia selesai mengecek kondisi Vella sekali lagi.
"I love you, Liely Fransiska. Janji yah kamu nggak bakalan nangis dengar Gege ngucapin sumpahnya nanti," celetuk Juan, yang sukses membuat Liely mematung di tempat.
"Heh, itu udah dikasih kode tuh. Sana kalian berdua jalan gih ke altar. Ribut aja gombalin Mama! Nanti malam aja lagi kata-kata mutiaranya. Dasar bule nyebelin!" ujar Liely menunjuk ke arah fotografer yang memberi kode untuk segera melangkah.
Alhasil Juan pun meletakkan tangan kanannya di pinggang, lalu memberi aba-aba pada Vella agar wanita itu segera mengapit lengannya.
Setelah itu keduanya pun melangkah di atas karpet merah yang panjang dan bertabur bunga, namun hal buruk tiba-tiba terjadi di tengah perjalanan dan tentu saja itu karena ulah anak dalam kandungan Felicia Vella.
"Hoekkk... Hemphhh... Hemphhh...!"
"Astaga, Vel! Tahan mulut kamu. Jangan sampai muntah nanti si Mama bisa heboh besar. Apalagi acaranya sudah di mulai ini. Tahan dulu, ya?" bisik Juan terkejut dengan morning sickness yang Vella dapatkan.
"Maaf, Pa. Vella nggak tahan sama bau parfumnya Papa."
Tapi Vella yang polos menjelaskan secara jujur dan wajah Juan tiba-tiba saja memerah seperti tomat yang siap dipanen.
"Maaf ya, Vel. Ini tuh parfum baru oleh-oleh dari kolega Papa. Kata Mama aromanya enak kok, cuma Papa nggak tau aja kalau bikin kamu--"
"Hoekkk..."
"ASTAGA!" pekik beberapa tamu undangan yang duduk di barisan depan kursi gereja.
"Aduh, Velll... Tahannn... Jangan mual lagi. Itu tuh muka Mama udah berubah jadi kayak monster tiba-tiba. Tahan, ya?" lirih Juan hampir tak terdengar.
Vella pun berusaha menggosok-gosokkan tangannya yang memegang buket bunga ke arah perut dan bersamaan dengan itu, mereka sudah mulai melangkah di atas anak tangga menuju ke altar.
"Duh, Papaaa... Apa-apaan sih tadi? Bikin heboh aja sepanjang jalan ke siniii..." bisik Jorge bersiap menerima telapak tangan Vella.
"Aroma parfum Papa yang bikin Vella mual. Ya, udah terima deh calon istrimu. Tugas Papa udah selesai, jadi Papa nggak mau ikut-ikutan lagi," sahut Juan, masih dengan mode bisik-bisikannya.
Maka setelah itu Juan pun turun dari atas altar dan melangkah menuju kursi terdepan lalu duduk di samping Liely.
Tapi baru saja bokong pria bule itu mendarat dengan sempurna di atas kursi gereja, Liely sudah lebih dulu meremas pangkal paha Juan hingga membuatnya terbatuk.
"Ukhukkk... Ukhukkk..."
Kemudian menjadi pusat perhatian beberapa umat, tak terkecuali Pastor yang sudah menegadahkan tangan ke atas dan bersiap untuk berbicara.
"Mama apa-apaan sih? Si Joni kesakitan iniii..." lirih Juan, dan Liely hanya memelototi suaminya tanpa mau berbicara.
"Awas kamu ya, Juan! Bikin malu aku aja sepanjang jalan bisik-bisikan sama Vella. Dasar keganjenan! Udah tau anaknya mau nikah, malah bikin heboh dalam gereja. Tunggu aja nanti sampai di rumah!" batin Liely yang sudah bergerak untuk berlulut, sesuai arahan sang Pastor.
Maka satu persatu seremoni penerimaan sakramen perkawinan menurut tata perayaan umat katolik itu pun terjadi di sana, dan kini sampailah sang Pastor mengarahkan Jorge dan Vella untuk mengucapkan janji suci pernikahan.
Pastor meminta Jorge meletakkan telapak tangannya di atas Alkitab dan Jorge pun mengikuti arahan tersebut. Tak sampai tiga detik kemudian janji pun diucapkan dengan lantang oleh sang mempelai pria terlebih dahulu.
"Dihadapan Tuhan, Imam, para orang tua, para saksi, Saya Jorge Luis de Olmo, dengan niat suci dan ikhlas hati memilih mu Felicia Vella Wijaya menjadi Isteri saya. Saya berjanji untuk setia kepada mu dalam untung dan malang, dalam suka dan duka, di waktu sehat dan sakit, dengan segala kekurangan dan kelebihan mu. Saya akan selalu mencintai dan menghormati mu sepanjang hidupku. Saya bersedia manjadi Ayah yang baik bagi anak-anak yang dipercayakan Tuhan kepada saya dan mendidik mereka secara katolik. Demikian janji saya demi Allah dan Injil suci ini, semoga Tuhan menolong saya."
Selanjutnya giliran Vella yang mengucapkan janji pernikahan juga setelah meletakkan tangan kanannya di Alkitab.
"Dihadapan Tuhan, Imam, para orang tua, para saksi, Saya Felicia Vella Wijaya, dengan niat suci dan ikhlas hati memilih mu Jorge Luis de Olmo menjadi Suami saya. Saya berjanji untuk setia kepada mu dalam untung dan malang, dalam suka dan duka, diwaktu sehat dan sakit, dengan segala kekurangan dan kelebihan mu. Saya akan selalu mencintai dan menghormati mu sepanjang hidup ku. Saya bersedia manjadi Ibu yang baik bagi anak-anak yang dipercayakan Tuhan kepada saya dan mendidik mereka secara katolik. Demikian janji saya demi Allah dan Injil suci ini, semoga Tuhan menolong saya.
Setelah itu, Bapak Pastor kembali menegadahkan tangannya dan mengucapkan berkat untuk mengesahkan sakramen perkawinan tersebut.
"Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.
Apa yang sudah dipersatukan Tuhan tak dapat diceraikan oleh manusia kecuali maut yang memisahkan."
Kemudian perayaan pernikahan itu dilanjutkan dengan bertukar cincin disertai oleh kata-kata keharuan, "Ku sematkan cincin ini sebagai lambang cinta dan kasih ku kepada mu," yang harus diucapkan oleh kedua mempelai.
Maka cincin pun sudah disematkan di jari manis masing-masing mempelai, dan tak lama kemudian Bapak Pastor memberi arahan pada Jorge untuk mengecup kening Vella.
"Aku sangat mencintaimu, Sayanggg..." ujar Jorge sebelum melakukan apa yang diarahkan oleh sang Pastor.
"Woahhh... Suittt... Suittt...!"
Akan tetapi Jorge bukannya mengecup kening Vella, melainkan melumat habis bibir wanitanya dengan begitu berapi-api, hingga membuat para umat yang hadir di acara pemberkatan pernikahan itu pun heboh di tempatnya masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE YOUR MOUTH [END]
RomanceCinta datang tiba-tiba tanpa bisa ditebak. Kata-kata itu tampaknya kini bernaung dalam perasaan Jorge Luis de Olmo, seorang CEO muda yang sejak dulu selalu menganggap wanita adalah pelampiasan hasrat seksualnya. Kecintaan pada oral seks sejak remaj...