Part 30.

12.5K 681 151
                                    

"Astaga, Vellaaa?! Lo kok ada di sini? Barusan pacar lo telepon gue tuh. Dia nanyain apa lo ad-- Lho... lhooo...! Kok nangis? Masuk dulu, gih!" histeris Meisya, lekas membawa sahabatnya masuk ke dalam rumah.

Vella pun pasrah di giring langsung ke kamar Meisya, yang kebetulan letaknya tak jauh dari pintu utama tadi.

"Duduk sini dulu. Gue ambilin lo min--"

"Aku lapar, Mei. Tapi aku nggak bisa makan. Jadi aku mau minuman yang bikin kenyang aja," sanggah Vella, di tengah air matanya yang terus berderai.

"Ya udah. Gue bikinin lo susu coklat hangat aja ya? Baring-baring dulu gih di situ. Nanti pusing terus pingsan berabe deh gu-- ASTAGAAA... VELLAAA...! Ya salammm... Vellaaa...! Velll...! Ampunnnn... Baru juga gue bilang, udah kejadian! Mamaaa... Ma, tolonginnn..." panik Meisya, karena Vella benar-benar tak sadarkan diri.

"Apaan sih teri-- Astagaaa...! Anak siapa kamu bawa ke kamar nih, Mei?!"

"Mama! Ini Vella kali, Ma. Temen kampus Meisya. Masa anak kucing. Bantuin angkat dia nih ke kasur, Maaa... Berattt..."

Dan Syaira pun membantu putrinya mengangkat tubuh tak sadarkan diri Vella ke tempat tidur.

"Tunggu Mama ambil stetoskop dulu ya? Kamu mendingan ambil air hangat sama handuk kompresan deh, Mei. Agak demam nih kayaknya temen mu," saran Syaira yang memang adalah seorang bidan di salah satu rumah sakit swasta.

"Oke, Ma. Ini Mei ambilkan. Sekalian deh sama bikinin susu. Soalnya tadi katanya lapar, tapi nggak bisa makan."

"Hem, cepet gih sana," ujar Syaira ikut keluar dari kamar sang putri.

Tak sampai lima menit berlalu, Syaira lebih dulu datang di kamar tadi. Dan mulai memasang tensi meter di lengan kanan Vella, untuk mengukur tekanan darah sahabat anaknya itu. Namun alangkah terkejutnya ia di sana, ketika mendapati dua detak jantung ketika meletakkan ujung stetoskop di pergelangan tangan Vella.

"Hemmm... Anak ini sedang hamil rupanya. Pantesan mukanya pucat gini. Pasti belum makan makanya bisa pingsan. Hufttt... Kenapa Meisya berteman sama cewek kayak gini?! Masih kuliah, malah hamil duluan. Nggak beres nih bau-baunya. Gue har--"

"Apaan yang nggak beres, Ma?" tegur Meisya, mengagetkan Ibunya, "Nih yang mama minta. Udah Meisya bawain semua."

"Taruh aja di atas nakas deh. Mama udah tau kenapa temen lo pingsan gini. Sini ikut Mama dulu!"

"Lho? Kok ikut Mama. Ini si Vella--"

"Udah ikut dulu!" hardik Syaira, menggandeng tangan putrinya dan tak memedulikan apapun lagi.

Alhasil Ibu dan anak itu sekarang berada di ruang tamu, dengan posisi Meisya duduk di atas sofa dan Syaira berdiri melipat kedua tangannya di dada.

"Apaan, Ma? Kenapa diam Aja? Itu si Vella mau diobatin nggak sih?"

"Dia nggak perlu obat!" sahut Syaira cepat.

"Lha dia nggak sakit emangnya, Ma?" bingung Meisya akhirnya ikut berdiri.

"Duduk! Jangan obatin teman kamu itu. Mama nggak suka, jadi cepat bawa dia pergi dari sini!"

"Apa-apaan sih Mama ini?! Dia sakit apa makanya jangan di obatin, Ma? Dia kena HIV AIDS?" frustasi Meisya, akibat perkataan sinis sang Ibu tentang sahabatnya.

"Dia hamil, Meisyaaa... Dia masih kuliah dan belum nikah, kan? Berarti dia cewek apaan kalo sampai bisa hamil gini? Kenapa kamu mau berteman sama dia, hah? Kalo besok-besok kamu di bawa salah gaul sama dia terus hamil juga, gimana? Kamu yakin Papa nggak bakalan salahin ini semua ke Mama?! Apa kata keluarga kita nanti, Meisyaaa... Coba kamu pikirinnn...?!" tegas Syaira, setengah berteriak.

I LOVE YOUR MOUTH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang