2. Rencana Pernikahan

36.7K 1.4K 1
                                    

" Maaf, " Kata Gravin yang sekarang sedang mengemudi mobil. Disebelahnya ada Zenda yang hanya duduk diam sambil menatap jalanan yang ada di depannya. Zenda hanya mengernyitkan dahinya.

" Kamu pasti belum tahu rencana komandan kan? "

" Hah? "

" Dia mau kita menikah Zen. Makanya aku ajak kamu keluar. Aku pingin ngomong dulu sama kamu. "

" Ah iya? Ayah gak ngomong sih sama aku. Tapi memangnya bang Gravin mau? Kalau bang Gravin sudah punya calon sendiri, "
Gravin hanya melengkungkan bibirnya membentuk senyuman.

" Kamu tuh lucu ya Zen. Hahaha, " Gravin mengusap pelan Khimar di kepala Zenda. Membuat Zenda hanya melongo.

" Abang belum ada calon. Ada sih calon abang ya kamu Zenda. Abang gak sempat buat cari calon sibuk tugas. "

Zenda menganggukkan kepalanya. Entah dia mengerti atau tidak.

" Ehm tapi emang abang satu batalyon ya sama ayah? Ko kek aneh gitu. "

" Ya gak satu batalyon juga sih. Abang sekarang lagi dapat libur. Kemarin tugas di luar. Kalau tempat tugas sih di Makassar. Ya hampir deketlah ya sama batalyon si Zerva. Nah dah sampai, " Ucap Gravin memarkirkan mobilnya.

Zenda keluar dari mobil. Memandang hamparan hijau seluas mata memandang. Gravin mengajaknya berjalan menyusuri jalan setapak. Sampai di tempat taman bermain dekat dengan villa. Zerva duduk di ayunan diikuti Gravin.

"Tapi ya bang. Ini kita di sini gapapa? Kalau yang punya tahu ada kita entar marah lagi. Kan malas banget dimarahi bang. "

" Gak usah khawatir gak bakal dimarahin ko. Entar abang tarik pelatuk senapan ss4. "

" Huh lagian Abang lagi gak tugas. Gak boleh gunain senapannya. Kayaknya juga ga bawa e. Sok sok an mau nembak segala. "

" Iya. Kayaknya kamu dah pantes ni kalau jadi anggota Zen. "

" Ya sedikit banyak tahu lah bang. Dari kecil lingkungan ku militer. Aku juga pingin sih masuk militer. Tapi gak tahu deh malah belok jadi chef. Ya itu juga salah satu cita-cita juga sih. Soalnya cita-cita ku banyak bang. Hehe "

Gravin duduk di sebelah Zenda. Melihat pemandangan indah. Angin bertiup seolah memberikan sinyal agar segera berbicara dengan Zenda.

" Zen. Abang tahu Abang baru sekali ketemu kamu. Kamu apa kamu mau menjadi istri Abang. Berjuang bersama Abang. "

" Abang yakin dengan pilihan Abang ini. "

" In syaa Allah yakin. "

" Zenda in syaa Allah juga yakin bang. "

Gravin mengembangkan senyum menawannya. Menatap calon istrinya. Ia mengajak Zenda agar ia tahu apa sebenarnya jawaban gadis itu. Kini Ia yakin akan perasaannya. Ia mengajak Zenda makan malam berdua. Ia tak henti mengembangkan senyum.

****

" Qobiltu nikahaha watazwijaha alal mahril madzkuur wa radhiitu bihi Wallahu waliyut Taufiq, " Gravin mengucap dengan satu tarikan napas.
Zenda menarik napas lega. Ia mendengar dari kamar.

Suara Alvicha menginterupsi ketegangan Zenda. Vicha mengantar Zenda sampai tempat akad. Pandangan Gravin tidak lepas dari Zenda. Istrinya itu selalu cantik. Apalagi sekarang mengenakan gaun pengantin muslimah. Zenda tersenyum memandang Gravin. Gravin mengulurkan tangannya untuk selanjutnya Zenda cium punggung tangannya. Gravin balas mencium kening Zenda.

Gubrak

Suara gedubrak menghiasi pendengaran semua orang. Pandangan mereka tertuju pada Gifra yang pingsan.

" Arfey cepat siapkan mobil. Alo bantu angkat Gifra. Amar cepat cari jalan keluar. "

Future Pedang Pora (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang