20. Twin

12.2K 483 4
                                    

Zenda sedang membuat makanan ringan untuk twin boy. Ia mengambil bahan-bahan untuk membuat sponge cake. Ia mengambil margarin dan melelehkan di atas api. Ia mengayak tepung terigu, tepung maizena, dan coklat bubuk. Menyisihkan coklat yang telah diayak. Setelah menyisihkan bahan ia memanaskan oven. Mengocok telur dan pengembang sampai kental berjejak dan menambahkan ayakan tepung. Menambah adonan dengan margarin yang telah meleleh. Sebelum menuang adonan ke loyang ia mengolesi dengan margarin agar tidak lengket. Kemudian memasukkan ke dalam oven dengan suhu 180° selama 40 menit.

Ia membereskan dapur yang tercecer tepung dan bahan-bahan. Mencuci peralatan dan melepaskan apron abu-abu yang ia pakai. Ia baru saja mengelap tangan dengan serbet dapur. Dua buah lengan memeluk kakinya.

" Umi, aca? "

Zenda membalik badannya perlahan. Ia tersenyum kepada Ghiffar yang memasang wajah penasaran. Zenda berjongkok dan memeluk Ghiffar sayang.

" Iya umi buat sponge cake coklat. Buat Bang Rama sama dik Ghiffar. "

Ghiffar semakin memperdalam kepalanya ke cerukan leher uminya yang tertutup hijab.

Rama baru saja keluar dari kamar dengan muka bantal. Ia berjalan ke kamar mandi yang ada di dekat dapur. Ia keluar dengan wajah basah. Menghampiri umi dan adiknya.

😀😀😀

Zenda memotong kue yang telah dingin. Rama dan Ghiffar menatap dengan tidak sabar. Mukanya menjadi semakin imut. Rama mencebikkan bibir melihat kelakuan adiknya.

" Hish nanti juga dapat Far. Umi kan buat banyak itu. "

" Ih enak bang. Huh. "

" Nih buat anak-anak umi yang tampan, " Zenda meletakkan piring kecil berisi potongan sponge cake ke depan Rama dan Ghiffar. Mereka segera memakan. Ghiffar makan dengan lahap menggunakan tangannya. Dalam beberapa menit isi piring Ghiffar telah tandas. Zenda memberi potongan kue ke piring Ghiffar. Laki-laki kecil itu tersenyum lebar. Mulutnya belepotan dipenuhi remahan kue.

Zenda juga mencicipi kue yang ia buat. Tak lama pintu luar diketuk. Ghiffar segera berlari untuk membuka pintu. Ia mengulurkan tangannya. Rendi hanya bergidik. Tangannya masih belepotan remahan kue. Ia memegang tangan Rendi dan mengajak ia masuk.

" Umi. Paman Ndi datang. Hehe, " Ghiffar semakin tersenyum lebar.

" Oh duduk Paman Ren. Nih aku habis buat sponge cake, " Zenda menawarkan sponge cakenya.

" Duh bentar deh ni gara-gara Ghiffar tanganku, " Rendi menyodorkan tangan yang telah belepotan karena digandeng Ghiffar saat berjalan. Tak lama ia kembali ke meja makan. Ia mencomot satu kue dan memakannya.

" Paman ayo main lagi. Lari-lari nanti aku ajak Mbi. Dia juga suka lari-lari, " Rama mengajak Rendi antusias.

Rendi mengernyitkan keningnya.

" Kelinci abu-abunya Rama namanya Mbi. Kalau kelinci putihnya Ghiffar Ran, " Rendi menganggukkan kepalanya tanda mengerti.

" Oke. Nanti kita main. "

" Yeey, " Rama dan Ghiffar berseru riang.

" Kamu gak dinas? "

" Pesiar kangen sama twin boy. Lama gak ketemu sampai gak tahu kalau udah ada Mbi sama Ran. "

" Hilih biasanya juga ngapain main kan? Sama rekanitamu itu? "

" Nah makanya itu. Besok kalau cuti juga itu karena mau ke rumah dia, " Zenda meletakkan gelas jus ke meja. Rendi meminum segelas jus yang tersaji.

" Ayo paman, " Ghiffar telah turun dari kursi dan menarik tangan Rendi. Rama yang juga telah turun hanya menunggu Rendi untuk beranjak ke taman di samping rumah. Tangan dan mulut Ghiffar sudah bersih tidak belepotan makanan. Tadi Zenda telah membersihkan dengan tisu.

Rendi menuntun kedua bocah kecil itu. Rama dan Ghiffar sibuk mengeluarkan kelinci dari kandang. Mereka memancing kelinci dengan wortel. Tanpa menunggu perintah lanjutan kedua laki-laki kecil itu telah berlari dengan kelinci yang mengikuti dari belakang. Rendi tersenyum. Ia tidak perlu ikut berlari hanya mengawasi dari ayunan.

Sesekali suara tawa terdengar. Ghiffar dengan usil tiba-tiba berhenti dari lari. Membuat Rama menubruk tubuh adiknya. Mereka terjatuh. Tak lama suara tangis Ghiffar terdengar. Rendi yang baru bernapas lega menghela napas. Ia menghampiri dua laki-laki kecil itu. Kelinci mereka telah sibuk memakan wortel yang terlempar karena mereka terjatuh.

" Dah. Jangan nangis! Berdiri ayok. Kalau gak nanti si Mbi Paman bawa pulang ah, " Rendi membantu Rama dan Ghiffar berdiri.

" Hiks ja-ngan-ba hiks wa Mbi. Hua, " Ghiffar memeluk Rama yang ada di depannya. Rendi terkikik geli. Tidak tahu jalan pikiran anak sekecil ini jail dengan kakaknya dan sekarang ia memeluk kakaknya. Rama yang dipeluk hanya diam tidak membalas pelukan Ghiffar.

" Jangan nangis ya. Tuh lihat Mbi sama Ran udah lari-lari tu. "

Rendi menunjuk dua kelinci yang berlari menuju kandang. Ghiffar menatap ke arah yang ditunjuk. Masih dengan muka sembab ia mengurai pelukan dan berlari ke kandang. Dua kelinci itu makan sayuran yang ada di dalam kandang.

" Paman Ndi wes wes ayok, " Ghiffar dengan heboh menarik lengan Rama dan Rendi menuju garasi. Ia melewati pintu dapur yang langsung menuju ke garasi. Menunjuk sepeda dengan stang kepala kuda berwarna biru. Rendi mengangkat Ghiffar duduk di kursi bagian belakang dan Rama di kursi depan.

" Wo paman, " Rama berseru keras.

" Oke go, " Rendi menjawab.

" Mau ke mana? " Tanya Zenda yang baru saja keluar dari rumah.

" Gowes dong umi. Sampai depan. Mau ikut? " Zenda hanya menggeleng lemah. Ia kembali masuk rumah. Rendi mengabaikan perubahan ekspresi Zenda. Ia mendorong sepeda roda tiga dengan dua tempat duduk itu. Ghiffar telah konser dengan berceletuk ala balita.

" Wing. Ipi osisi wus. "

Lelah berceloteh ia kembali dengan sifat jailnya. Meniup-niup rambut Rama yang ada di depannya. Rama yang serius memegang stang kemudi terganggu. Ia menoleh dan mendapati adiknya sedang memajukan bibir untuk meniupnya. Rama menutup mulut Ghiffar dengan telapak tangannya. Ghiffar yang tidak terima berusaha melepas. Namun, terlalu kuat. Ia menjilat telapak tangan kakaknya. Rama yang jijik dan geli segera melepas tangannya. Ia mengibas-ibaskan tangan yang dipenuhi dengan air liur adiknya.

Belum selesai masalah telapak tangan terjilat. Ghiffar memegang telinga Rama berganti. Membuat Rama menoleh ke kanan dan kiri. Ia menutup telinga dengan tangan. Melupakan kalau tadi telapak tangannya dipenuhi air liur Ghiffar.

Tung tung tung tung

Suara penjual es keliling mengalihkan perhatian dua laki-laki kecil. Mereka meminta sang paman untuk menurunkan dari sepeda. Rendi tidak menyetujui permintaan itu. Ia sudah pernah meminta keduanya menunggu tapi mereka lari. Beruntung belum sampai jalan raya. Ia tidak mau kembali mengulang hal itu.

Rendi mendorong sepeda ke tempat tukang es keliling. Ia memesan 3 potong es.

Future Pedang Pora (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang