Laila membuka kamar anaknya. Zenda sedang merapikan jilbabnya di depan cermin . Ia juga menggunakan makeup tipis.
" Tumben anak bunda dandan. "
" Hehe lagi pingin Bun, "
Laila dan Zenda berjalan bersama ke ruang makan." Wah bunda sama anaknya masih sama ya. Sama-sama cantik. "
" Halah bisa aja kamu La. "
" Beneran Bun. Apalagi Zenda tambah cantik. "
" Ah Mbak Bila berlebihan. Hehe biasa aja ko. "
" Engga ding tumbenan adik ribet banget pakai jilbab terus dandan juga dia tuh, " Bunda menjawab dan tersenyum.
" Wah iya kah? Faktor Gravin tugas pa dik iya? Padahal ayah tugasin dia sebentar loh. "
" Ayah jangan tambah lagi deh. Enam bulan pun lama. Baru sebulan aja aku kangen abang. Bang Zerva nanti antar ke rumah mama ya. Aku pingin tidur di kamar bang Gravin. "
Ayah, bunda, dan Helen hanya tertawa. Zerva cemberut. Dia lagi yang jadi supir.
" Oh ya aku bareng aja ya. Sekalian mau ke sana juga. Katanya Lambang lagi di sana sakit. Mau aku periksa. "
" Wah seru boleh Mbak. Mobil Mbak Bila gimana ngomong-ngomong? " Nabila adalah dokter anak. Bertugas di Rumah Sakit Cenaka Jaya. Ia anak Budhe Faza.
" Ya aku pakai mobil sendiri. Tapi berangkat bareng gitu, " Zenda hanya menganggukkan kepala dan mulai menyendok nasi.
😁😁😁
Klinong klinong
" Assalamualaikum mama, papa. "
Gifra membuka pintu. Mempersilakan Zenda, Zerva, dan Nabila masuk.
" Bila langsung ke kamar Lambang aja. "
" Oke. "
" Ikut, " Zenda mengekor di belakang Nabila. Nabila mengeluarkan peralatan untuk memeriksa Lambang. Zenda duduk diam di sofa. Setelah memeriksa Lambang yang ternyata kelelahan dan mungkin ia sering hujan-hujanan makanya daya tahan tubuhnya menurun. Keduanya ngobrol dengan suara pelan. Takut mengganggu tidur Lambang.
" Mbak Bila. Aku tu aneh ya. Kata orang-orang aku semakin aneh. Katanya aku banyak makan. Terus dikit-dikit ngambek. Kalau gak marah-marah sama Bang Zerva. Padahal kayaknya abangku itu gak salah apa-apa sih. Lagi pingin aja. Hehe. Oh ya berat badan ku juga nambah sih. Tambah gemuk kayaknya. Baju yang tadinya agak longgar sekarang jadi pas badan. Kemarin aku minta antar Vicha ke butik juga ukuran bajuku jadi tambah gede. "
" Iya kah? Berita bagus itu Zen. Kamu masih sering ke resto juga? "
" Gak. Setelah acara ultahku waktu itu aku gak mau banget masak di resto. Pokoknya ya chef yang udah kupercaya yang gantiin. Malas. Aku sebenarnya kangen lihat bawahan suamiku kan sering kalau di komplek pada lari pagi, apa sore sambil nyanyi yel-yel. Tapi kan aku sendiri jadi ya kalau ga di rumah ayah bunda ya di rumah mama papa. "
" Ehm gitu. Zerva gak bisa ya nemenin kamu kalau di komplek? "
" Ya bisa tapi kasihan abang kan tugasnya jadi jauh kalau tinggal di komplekku. "
" Ehm. Eh tadi bilang kamu nafsu makanmu tinggi kan? Terus aneh? " Zenda mengangguk semangat. Nabila mengerutkan keningnya.
" Cek up deh ke RS Zen. "
" Lah. Tahu sendiri aku takut ih disuntik. Apalagi minum obat huh gak akan deh. "
" Ya memastikan dugaanku aja sih. Siapa tahu. Kamu lama libur bulanan gak emang? "
KAMU SEDANG MEMBACA
Future Pedang Pora (Tamat)
Fiction générale" Tapi yah. Aku gak mau. " "Kamu pikir ayah gak tahu kelakuan kamu, Zenda Aliksi Adimakayasa? " " Ayah kamu benar sayang. Kebetulan minggu depan abang kamu juga pulang. Jarang loh abang bisa pulang. " Kata bunda meyakinkan. "Ya udah terserah ayah sa...