Rama dan Ghiffar bermain dengan Mbi dan Ran. Kelinci-kelinci itu hanya diam saat Ghiffar menyisir bulunya. Beruntung bulunya halus jadi mudah. Setelah menyisir Ghiffar membawa Mbi ke taman. Ia melepas Mbi. Kelinci itu segera berlari saat bebas dari gendongan Ghiffar.
Pemiliknya sedang mengamati tanah berlumpur di depannya. Ia mengambil sekop dari dalam rumah dan membuat galian.
Kaos yang Ghiffar pakai sudah tidak berbentuk. Rama hanya melihat dari teras kelakuan adiknya itu. Ia sibuk memainkan rubik.
" Bang Ma ayo buat sumur... "
" Kamu aja Far. "
Ghiffar meletakkan sekop dan menjawab oke dengan tangan kecilnya. Rama tersenyum. Ia juga menjawab oke dengan jarinya.
Suara plok plok terdengar semakin keras. Ghiffar menggali dan melempar tanah sembarangan. Taman yang sudah rapi menjadi berantakan.
Tanaman bunga menjadi kotor Karena lemparan tanah Ghiffar. Setelah menggali tanah Ghiffar mengambil air dari kamar mandi dengan ember kecil.
Zenda yang baru akan masuk ke kamar mandi terkejut saat Ghiffar tiba-tiba keluar. Hampir ia menabrak anaknya itu.
" Kamu ngapain Far? " Tanya Zenda menatap anak yang tadi rapi sekarang berantakan Dan kotor. Lantai rumah yang telah ia bersihkan juga berjejak Lumpur seukuran kaki Ghiffar. Ia menghela napas.
" Buat sumur mi. Ini mau ambil air, " Bocah kecil itu segera berjalan menjauh dari Zenda. Zenda mengikuti ia berhenti di teras melihat Rama berkutat dengan rubik. Ia duduk di samping Rama mengelus kepala anak itu lembut.
" Udah bisa? "
" Satu warna nih mi. Hehe, " Rama menunjukkan ke uminya. Zenda tersenyum. Ia mengecup pipi Rama. Lalu bangkit menuju Ghiffar. Ia melihat anaknya itu sedang mengaduk air yang telah dituang ke dalam lubang menggunakan kayu. Anak itu tertawa saat air yang Ia aduk menyiprat ke wajahnya.
" Banyak airnya ya Far? "
" Iya. Ciprat ciprat haha. Dingin, " Zenda juga terkena cipratan air saat mendekati Ghiffar. Ia memegang tangan Ghiffar.
" Udah ya. Bersih-bersih yuk. Nanti Bibi Vicha datang masa masih gini? "
" Masih mau aduk-aduk mi. Nanti ya. "
Tin tin tin
Alvicha keluar dari mobil. Ia memegang bungkusan dan menghampiri Zenda.
" Duh Far kotornye ngapain sih hm? " Ia mengelus rambut Ghiffar. Ghiffar yang tangannya masih belepotan lumpur memegang tangan Alvicha. Zenda membawa Ghiffar ke dalam rumah.
👌👌👌
" Nih Ram Bibi Vicha yang cantik, baik, soleha bawa nih, " Alvicha mengeluarkan baling-baling dari botol bekas. Ghiffar meniup-niup agar baling-baling berputar. Air liurnya ikut keluar saat ia meniup.
Rama menggandeng adiknya keluar rumah. Ia menancapkan baling-baling ke tanah di halaman. Angin yang berembus membuat baling-baling berputar dengan cepat. Ghiffar segera berputar mengelilingi vas. Baling-baling berhenti karena ia menghalangi angin yang akan menggerakkan baling-baling.
" Yah berhenti, " Ia menatap dengan sedih pada baling-balingnya.
" Kamu jangan disitu makanya kan anginnya gak bisa lewat kalau kamu di situ, " Ghiffar berpindah ke sisi Rama. Perlahan angin membuat baling-baling berputar lagi.
Baling-baling Rama masih dipegang Rama. Rama mengangkat ke atas Dan memutar-mutar. Ghiffar melihat takjub.
" Abang mau, " Rama menyerahkan baling-baling. Ghiffar segera memutar di udara dan berlari. Ia tertawa. Rama duduk di halaman di samping baling-baling yang tertancap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Future Pedang Pora (Tamat)
Ficción General" Tapi yah. Aku gak mau. " "Kamu pikir ayah gak tahu kelakuan kamu, Zenda Aliksi Adimakayasa? " " Ayah kamu benar sayang. Kebetulan minggu depan abang kamu juga pulang. Jarang loh abang bisa pulang. " Kata bunda meyakinkan. "Ya udah terserah ayah sa...