Gravin meletakkan sejumlah uang di meja. Ia menggandeng tangan Ghiffar sembari celingak celinguk mencari Rama. Ia melihat anak yang digandengnya telah mandi keringat. Lalu ia menggendong di punggung. Belasan orang telah ia tanya namun tidak ada yang melihatnya. Ia merasa lelah. Lebih melelahkan daripada latihan luar. Jantungnya berdetak lebih cepat. Ia merasa takut tidak akan melihat anak kecil itu. Ia memutuskan beristirahat di trotoar jalan.
Tangan kecil yang tadi memeluk lehernya kini berada di keningnya. Mengelap keringat yang mengucur di kening Gravin. Ghiffar berhenti bermain di kening Gravin saat dirinya mendengar sebuah suara tawa. Ia menoleh ke belakang. Mendapati abangnya tertawa lebar sedang mencoba bermain skateboard.
" Abang! " Teriaknya tepat di samping kepala Gravin. Gravin terperanjat namun ia masih dalam posisinya. Ia melihat ke arah Ghiffar menunjuk. Rama tidak mendengar teriakan adiknya. Ia masih berkutat dengan skateboard. Ia hanya bisa menaiki skateboard dalam posisi diam.
Gravin menurunkan Ghiffar dari punggungnya. Ghiffar segera berlari. Ia menghampiri Rama dan bertepuk tangan. Anak-anak yang melihat Rama menjadi dua bingung. Tawa mereka yang tadi meriah renyah berhenti. Hanya suara tepuk tangan Ghiffar yang tidak terlalu keras yang terdengar.
Seorang anak kurus dengan rambut sampai telinga mendekat ke arah temannya. Ia berbisik dengan sedikit agak keras. Gravin bisa mendengar.
" Ko anaknya ada dua. Tadi satu kan? "
Anak yang dibisiki mengangguk.
"Apa dia hantu? "
Anak yang lain ikut mendekat. Ia berbisik.
" Ini masih siang mana ada hantu. "
" Hai anak-anak, " Gravin tersenyum. Ia melambaikan tangan ke gerombolan anak-anak.
" Hai om, " Jawab mereka serentak.
Gravin meminjam salah satu skateboard. Ia bermain skateboard dengan teknik mudah. Anak-anak segera terpana dan sontak bertepuk tangan. Ghiffar berdiri di dekat Rama. Setelah puas bermain skateboard Gravin mengajak kedua bocah kecil itu ke parkiran tempat makan. Ia meninggalkan mobil di sana.
😄😄😄
" Paman mayoni cucu. "
" Makaroni usus. "
" Ah. Mau beli? " Ghiffar heboh di dalam mobil. Ia telah mengacungkan tangan ke arah toko makaroni. Gravin menepikan mobil. Ia mengajak keduanya masuk ke toko.
" Selamat sore. Ada yang bisa saya bantu mas? " Pelayan wanita bertanya ramah.
" Mau pesan makaroni. Saya tanya mereka mau apa, " Wanita itu tersenyum.
Gravin berjongkok. Ia menanyai Rama Ghiffar. Mereka hanya menjawab makaroni makaroni. Gravin bingung. Ia akan memesan sesuai perkiraannya saja.
" Maaf mas. Mereka pelanggan kami. Biasanya mereka membeli paket usus dengan bumbu sweetcorn. Juga yogurt. "
" Baiklah seperti biasanya saja. Tambah makaroni keju ya dan susu. "
" Baik. Dimakan di sini atau mau dibawa pulang mas? "
" Dibungkus saja. Oh ya makaroni kejunya tambah satu. Susunya juga tambah satu. "
" Baik jadi paket usus sweetcorn satu, yogurt dua, makaroni keju dua, susu dua. Ada lagi? "
" Itu saja. "
" Baik Rp100.000 mas, " Gravin menyerahkan uang satu lembar seratus ribuan.
" Atas nama? "
KAMU SEDANG MEMBACA
Future Pedang Pora (Tamat)
Ficción General" Tapi yah. Aku gak mau. " "Kamu pikir ayah gak tahu kelakuan kamu, Zenda Aliksi Adimakayasa? " " Ayah kamu benar sayang. Kebetulan minggu depan abang kamu juga pulang. Jarang loh abang bisa pulang. " Kata bunda meyakinkan. "Ya udah terserah ayah sa...