Rama baru akan membantu menyapu lantai. Tapi ia menggunakan sapu kecil untuk membersihkan kasur. Posisi menyapunya tidak berdiri tapi jongkok. Ia menggapai-gapai debu kolong kursi dengan sapu kecil. Ghiffar dengan jail berjalan santai dengan menyenggol. Sehingga Rama terdorong dan tengkurap di lantai.
" Bi, sapu kecil yang untuk bersihkan kasur di mana ya? " Zenda sibuk mencari di kamar. Sebenarnya ia memiliki 2 tapi entah di mana yang satu rimbanya. Ketika yang kuning ketemu yang merah tidak ada. Yang merah ada yang kuning tidak ada. Kali ini dua-duanya tidak ada.
" Gak tahu. Biasanya di situ kan? " Gravin keluar kamar. Ia melihat sapu ijuk tergeletak di lantai. Karpet yang tertata rapi telah berantakan tergulung-gulung. Ia mencari kedua anaknya. Tak menemukan di manapun. Ia keluar rumah di sekitar rumah juga tidak ada.
" Mi kembar ke mana ya? Kucari gak ada tuh. Muter-muter, " Zenda menghampiri Gravin.
" Tadi kan dengar suara mereka. Masak gak ada sih? Gak izin juga. Biasanya kalau mau pergi kan izin. "
" Rama Ghiffar di Mana sayang? Jangan ngumpet dong. Katanya mau bantu bersih-bersih, " Tidak ada jawaban. Ia mencari-cari sampai dapur juga tidak menemukannya. Gravin duduk di kursi meja makan meminum jus.
" Bang hih. Malah asik minum jus bantu kenapa sih? Anak lagi ilang juga, " Gravin berdiri dari duduk. Ia mengambil ponsel menanyakan pada Rezi bila kedua anaknya sedang bersamanya. Tapi Rezi menjawab sedang keluar dan belum melihat kembar. Zenda menarik Gravin keluar rumah. Mereka mencari keliling komplek. Zenda hanya mengira-ira saat melewati gang ujung. Karena di sana tidak ada anak kecil sama sekali. Kemungkinan kecil jika kedua anaknya main di sana.
" Loh dari mana nih? Jalan kaki berduaan aja, " Mbak Yuwa yang membonceng motor suaminya menyapa.
" Nyari kembar mbak. Tadi main dalam rumah. Eh dicek gak ada mbak. Telepon ke teman abang gak lihat juga. Biasanya kan mereka suka ngerecokin paman-paman yang istirahat. "
" Loh. Mau dibantu? " Mbak Yuwa menawarkan.
" Gak mbak ngerepotin. Kayaknya Mbak Yuwa juga mau pergi dah cantik gitu, " Mbak Yuwa nyengir. Ia kemudian berpamitan pergi.
Zenda dan Gravin memutuskan kembali ke rumah. Siapa tahu mereka telah pulang. Gravin berjalan ke sisi meja. Ia tersandung dan menarik tangan Zenda.
" Apa sih bang? " Gravin melihat apa yang menghalangi jalannya tadi. Ia menemukan kaki kecil. Ia menggeser meja agar lebih luang dan mengintip ke kolong. Kedua anaknya tengah tertidur pulas di bawah kolong kursi.
" Tuh, " Gravin menunjuk dengan ekor matanya. Gravin dan Zenda mengangkat kembar hati-hati agar tidak membangunkan mereka.
🙏🙏🙏
" Bang... " Gravin duduk di samping istrinya yang telah berbaring.
" Apa? "
" Gak mau ngeluh sebenarnya bang. Tapi akhir-akhir ini aku sering banget gampang lelah. Padahal sama sekali gak pernah ke resto. Cuma ngecek palingan pulang lagi. "
" Perlu abang pijit? Langsung sembuh deh kan pakai kasih sayang dan cinta ini, " Gravin mencolek dagu Zenda. Zenda menghindar.
" Gombal. Gak mau ah geli, " Zenda bergidik. Ia tidak suka pijat karena ia orang yang gampang geli.
" Besok ke dokter aja kalau gak mau. "
" Abang ngancam gak asik. Gak maulah. Abang aja sendiri sana, " Zenda menutup selimut sampai menutup kepalanya. Ia mencoba memejamkan matanya.
" Cek aja gak berobat. Ya? Mumpung abang agak luang besok. Sekalian kembar main ke rumah eyangnya. "
🙏🙏🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Future Pedang Pora (Tamat)
Aktuelle Literatur" Tapi yah. Aku gak mau. " "Kamu pikir ayah gak tahu kelakuan kamu, Zenda Aliksi Adimakayasa? " " Ayah kamu benar sayang. Kebetulan minggu depan abang kamu juga pulang. Jarang loh abang bisa pulang. " Kata bunda meyakinkan. "Ya udah terserah ayah sa...