32. Harinya Facha

6.5K 385 4
                                    

Hatchih hatchih hatchih

Zenda menggelengkan kepalanya pelan. Ia melihat Alvicha yang sudah cantik tapi sedang membersihkan ingus dengan tisu.

" Hadeuh. Parah lo. "

" Ya gimana kan Mana gue tahu sih. Hujan-hujanan sekali langsung gini Zen. Biasanya kan tahan banting gue, " Alvicha masih memegang hidungnya yang terus mengeluarkan ingus.

" Faren tahu? "

" Tahu. Tadi malam aja nginap di sini pas lo sama Gravin pulang. Tapi sama papa gak boleh. Dia balik lagi dah akhirnya. Neleponin gue mulu berapa menit sekali. Haha. "

Ia tahu Faren tadi malam meneleponnya. Gravin bahkan sampai mengomel karena ia mengganggu mereka istirahat.

" Ketawa lagi lo. Kasihan Faren tahu. Mungkin pas dia gak bopeh nginap nelepon gue. Tapi abang yang angkat. Dia diomel suer. Tapi ya Faren cuma jawab iya. Gak bantah samsek. Soalnya dimode load speaker makanya gue dengar. "

Arva membuka pintu kamar. Ia menyuruh kakaknya ke depan karena ijab telah selesai dilakukan. Zenda membantu Alvicha berjalan. Alvicha menahan untuk tidak bersin. Tapi hidungnya sangat gatal. Matanya juga agak berair karena cahaya. Ia menandatangani berkas pernikahan. Alvicha sesekali mengusap hidung dengan tisu. Penghulu menyuruh Alvicha mencium punggung tangan Faren. Faren mengulurkan tangannya. Alvicha menatapnya sebentar. Kini ia telah menjadi istri Faren Mahardya.

😊😊😊

Hatchih hatchih hatchih

" Dah minum obat kan? " Faren mengusap kening Alvicha. Kening gadis itu penuh keringat.

" Gak suka. Gak pernah makan, " Alvicha memejamkan matanya.

Alvicha berbaring di ranjang. Faren duduk di sampingnya. Ia menatap istrinya itu.

" Harus makan obat ya. Biar enakan, " Faren membujuk dengan halus. Alvicha menggeleng. Faren beranjak keluar kamar. Ia mengambil obat pereda demam dan menyiapkan nampan berisi sepiring nasi dan segelas air. Ia membawa ke kamar.

" Bangun dulu makan nasi nih udah aku bawain, " Alvicha membuka mata dan duduk bersandar di kepala ranjang. Ia mengulurkan tangannya meminta piring nasi. Faren sudah bersiap dengan sesuap nasi dan lauk di depan mulut Alvicha. Alvicha membuka mulutnya. Ia mengunyah makanan dengan pelan. Alvicha makan sampai nasi di piring habis. Faren baru akan membantunya minum. Tapi Alvicha sudah menyerobot dan meminumnya sendiri. Faren tersenyum dan mengelus rambut panjang Alvicha. Gadis itu sedang tidak mengenakan jilbab.

😊😊😊

Faren telah kembali ke kamar. Tapi ia tidak mendapati istrinya ada di kamar. Suara gemericik air membuatnya menghampiri kamar mandi. Ia membuka pintu kamar mandi. Terlihat Alvicha sedang sibuk membilas rambut.

Faren mengambil handuk dan membantu Alvicha mengeringkan. Ia mendudukkan di depan meja rias.

" Sakit pakai keramas segala. "

" Gak enak Ren suer deh. Kan seger kalau keramas. Lagian sakit biasa besok juga sembuh sih, "Faren menatap Alvicha dari cermin. Gadis itu sibuk membaca komposisi dan aturan pakai pada botol parfum. Faren baru saja meletakkan parfum di meja rias.

" Ini parfummu ya. Haish ini aroma apa? " Alvicha menjauhkan botol parfum yang telah ia coba. Faren tertawa melihat ekspresi istrinya.

" Aku ada beberapa. Tapi tadi bawa itu doang. Aroma cinto itu. "

" Oh. Aroma cinto iyakah? " Alvicha mengambil botol parfum dan membacanya sekali lagi. Faren menjadi gemas. Ia mencium puncak kepala Alvicha dengan menekan sedikit.

Future Pedang Pora (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang