7. Tetangga Baru

16.4K 706 7
                                    

Zenda tidak sempat lari. Saat ia akan beranjak bahunya diseret paksa. Ia dibawa oleh orang-orang yang memakai pakaian hitam. Matanya berat dan ia tak sadarkan diri.

Zenda mengernyit heran kenapa ia ada di suatu ruangan yang bagus. Ini bukan ruangan di rumah dinasnya. Ia juga tidak dalam keadaan terikat. Ia bebas bergerak. Ia mengamati ruangan. Memikirkan di mana celah yang bisa ia gunakan untuk keluar. Ia tidak mungkin menunggu di sana. Ponselnya telah lenyap. Ia tidak bisa menghubungi siapapun.

Klek

" Wah sudah bangun tuan tidur? Bingung? Perkenalkan Gares, " Lelaki berbadan atletis dengan tinggi 180 cm memasuki ruangan dan duduk di sofa. Zenda menghembuskan napasnya kasar.

" Duduk nona tidur. Aku sedang menunggu ikan yang kupancing, "Gertaknya dengan suara yang mengerikan. Ia mendudukkan Zenda paksa pada kursi kayu di sudut ruangan.

" Kenapa membawaku ke sini? " Zenda melotot melihat Gares. Lelaki itu memasang senyum meremehkan. Ia memakan makanan yang ada di meja tidak menghiraukan pertanyaan Zenda. Tak lama ponselnya bergetar. Ia mengangkat telepon kemudian keluar ruangan dan menguncinya.

"Huh sedikit lega. Gimana cara gue keluar? Abang tolongin Ze, ayah, Bang Zerva, " Ia mengingat teknik yang diajarkan ayah dan kakaknya. Jendela, ia mencari jendela. Namun, nihil jalan keluar satu-satunya dari pintu yang dimasuki Gares. Ia lupa membawa jepit rambut. Ia mengintip dari lubang lubang pintu. Beberapa orang sedang berbicara serius.

Lama ia hanya terdiam di ruangan. Tidak ada suara apapun yang ia dengar.

Brakk

Suara pintu terbuka dengan paksa menampilkan Gravin dengan seragam lengkapnya. Zenda terperanjat kaget. Namun ia tersenyum mendapati Gravin di depan matanya. Ia segera menghambur ke pelukannya. Menghirup aroma maskulin yang menguat dari tubuh Gravin.

" Kamu gapapa? Ada yang luka hmm? "

" Aku gapapa. Abang pulang. "

" Iya yuk keluar. Selalu di samping abang sayang. Keadaan belum aman. "

Zenda memegang lengan kiri Gravin kuat. Matanya menilik setiap sudut tempat. Akhirnya ia keluar dari rumah yang dijadikan tempat untuk menyekapnya. Mereka menuju mobil TNI yang terparkir radius 50 meter. Dari arah jam 12 nya ia melihat seseorang mengarahkan senjata laras panjang ke arah Gravin. Tanpa menunggu lama ia mendorong tubuh suaminya kuat hingga tersungkur ke tanah. Suara baku tembak terdengar. Beruntung Zenda tepat waktu mendorong tubuh suaminya. Ia dan Gravin tergeletak di tanah dengan ia berada di atas Gravin. Ia masih memejamkan matanya.

" Lapor tikus telah dibasmi. Laporan selesai. "

" Baik. Semua clear? "

" Siap clear. "

" Yasudah selesaikan sisanya, " Gravin menerima laporan masih dengan keadaan tertidur di tanah. Ia melihat anak buah yang melapor padanya terkikis dengan tertahan.

" Sayang, sampai kapan kita mau tidur di sini hm? Kasur di rumah udah gak nyaman iya buat tidur? " Zenda membuka matanya perlahan. Ia terkejut saat membuka mata yang pertama ia lihat adalah dada bidang Gravin. Ia bangun dan berdiri. Gravin menyusul berdiri. Saat Zenda menggerakkan lengannya terasa nyeri. Ia meringis. Gravin yang melihatnya cemas. Ia menggendong tubuh Zenda ke mobilnya. Membawanya ke rumah sakit.

😌😌😌

Gravin mencebikkan bibirnya kesal karena badannya menjadi sasaran istrinya saat liburan lukanya dijahit di rumah sakit. Lengannya luka mendapat cengkraman kuat. Badannya pasti sudah biru karena kena pukul. Alvicha yang mendengar sahabatnya terkena tembakan bergegas ke asrama. Ia terburu-buru. Sampai mobilnya menerobos pos penjagaan. Ia terkena sidang 30 menit. Setelah mobilnya berhasil di hadang Jovan. Mobilnya juga tidak boleh memasuki asrama. Akhirnya Jovan yang mengantar Vicha.

Tok tok tok

" Assalamualaikum. Zenda. "

" Wa'alaikumsalam, " Gravin mempersilakan Vicha dan Jovan. Vicha segera menuju kamar Zenda. Sahabatnya sedang tertidur. Wajahnya sedikit pucat. Ia merasa bersalah telah meninggalkan Zenda sendiri di kafe. Akhirnya ia keluar dari kamar. Duduk di samping Jovan.

" Emm. Saya minta maaf meninggalkan Zenda sendiri di kafe tadi. Karena saya dia jadi terluka. Saya tadi kesal dengan dia makanya saya tidak tinggal. Tadi juga dapat telepon dari klien ada yang minta bertemu. Saat saya akan menghubunginya hpnya tidak aktif. Lalu saya dapat kabar ini, " Alvicha menunduk. Menautkan telapak tangannya. Memilih jarinya.

" Ya tidak apa-apa. Toh Zenda tidak terluka parah. Dia juga pasti memaafkan kamu. "

" Terima kasih Mas Gravin. "

" Panggil Gravin saja tidak usah pakai mas. Dan gak usah formal kamu bukan bawahan saya dan uji jam di luar dinas saya, " Alvicha mengangguk.

" Memangnya kenapa kamu sampai kesal? "

" Tadi dia jod... Ah ya ada pokonya Van aku kesel. Yaudah permisi ya. Semoga Zenda cepat sembuh. Oh ya Vin ini aku beli sepatu buat Zenda. Sekali lagi maaf ya, " Duh bodoh banget ni mulut untung kagak keceplosan. Mana ada orangnya lagi.

" Yaudah kuantar. "

" Tidak usah. Assalamualaikum, " Ia bergegas pergi karena wajahnya semakin merah karena malu.

😌😌😌

" Aneh gak sih. Ko dia buru-buru? Bahkan wajahnya memerah tadi pas kamu tanya kenapa dia kesal sama istriku. "

" Entahlah bang. Dia lucu juga. Orang sakit biasa dikasih buah, makanan ini dikasih sepatu ada-ada saja. "

" Biasanya dia pakai mobil. Tapi gue gak dengar suara mobil deh. "

" Gue antar pakai motor bang. Dia panik sampai nerobos penjagaan. Disidang 30 menit. Mobilnya kagak boleh masuk. Bang besok bukannya ada acara pia ardhya garini buat anggota baru. Katanya tetangga lo sebelah rumah pindah. Nah anggota baru masuk nempatin tu rumah. "

" Pantesan kemarin gue lihat ada mobil ngangkutin barang depan rumahnya. Tak kira beli perabot. "

" Nah istri lo gimana? Dia kan baru sakit. Mana wajib kan acaranya secara dia anggota barunya kan. "

😌😌😌

Terdapat kelompok ibu-ibu dengan seragam biru keabu-abuan khas pia ardhya garini berkumpul di auditorium dekat Batalyon. Zenda diantar Gravin menggunakan mobil. Ia menyalim tangan suaminya.

" Nanti kalau udah telepon. Biar abang jemput. Abang pamit assalamualaikum. "

" Wah dik Gravin sudah sembuh? Katanya kena peluru kemarin? "

" Ah sudah agak mendingan ko, " Ujarnya tersenyum. Walau jahitannya kadang masih nyeri kalau untuk bergerak. Banyak yang menyapanya dan mendoakan agar cepat sembuh. Ia membalas dengan senyuman dan terima kasih. Namun, ada satu orang yang belum menyapanya. Ia tidak menghiraukan. Tibalah saatnya untuk perkenalan ada 7 anggota baru termasuk dirinya. Setelah perkenalan bu danyon memberikan wejangan. Tiba saatnya untuk perpisahan dengan tetangga sebelah rumah. Semua memeluknya. Ia juga berbaris untuk antri.

Tetangganya terbaru memeluk lengannya erat. Ia meringis. Lukanya tertekan. Tetangganya itu sampai membasahi baju pia yang dikenakannya.

" Awh. "

" Maaf dik Joyo, dik Gravin masih sakit lengannya jangan keras-keras meluknya kasihan mati jahitannya lepas. "

Future Pedang Pora (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang