31. Alvicha Faren (2)

7K 367 12
                                    

Alvicha berdiri dengan gugup. Ia bahkan berkali-kali menghela napas kecil. Ia menunggu Faren yang baru memarkirkan mobil. Sambil mengingat bio-data Faren huh. Ia berkomat-kamit. Faren menarik tangan Alvicha agar menggamit lengannya. Alvicha tersentak kaget. Ia melepas tangan Faren.

" No touch please. "

" Biar kek yang lain. Tuh, " Alvicha mengikuti arah pandangan Faren. Ada beberapa pasang yang mungkin akan melakukan pengajuan. Ia mencebikkan bibirnya kesal.

" Ya biarin sih. Sebelum saksi mengatakan sah kamu belum ada hak, " Faren mengangguk. Ia berjalan di depan. Alvicha mengikuti di belakang. Setelah menunggu beberapa waktu tiba saatnya Faren dan Alvicha menghadap. Mereka masuk ke ruangan dengan berjalan bersisian.

😊😊😊

" Tak kira serem sih. Gak juga ternyata. "

" Alvicha! " Vicha menoleh saat ada yang memanggilnya. Verina berjalan dengan seorang laki-laki dengan seragam seperti Faren. Ia juga mengenakan pakaian sama seperti Alvicha.

" Verina, " Alvicha menggumam lirih. Verina berjalan mendekat dan tersenyum. Ia menyalami Alvicha dan Faren. Lelaki itu juga melakukan hal serupa.

" Wah bisa bareng ya? "

" Iya. Mau pengajuan juga Ver? "

" Bener banget, Vicha tambah pinter. Kenalin Dioda Ampere. Di ini temanku Alvicha dan calonnya Faren Mahardya.

😊😊😊

" Vich diam aja. Capai ya? "

" Bukan. Heran aja gitu si Verina trulala udah dapat aja laki-laki lain. Beuh, " Alvicha memutar jari di depan mukanya.

" Ya bagus kan biar gak ganjen dia tu. "

" Yang lebih mengejutkan ya bang si siapa tadi Dioda kaya katoda anoda haha mau aja sama si trulala. "

" Dia itu anak baru aja pindah. Kemarin sempat ketemu juga tapi ya belum kenalan emang. "

😊😊😊

Faren menuju tempat pemesanan makanan untuk catering. Ia telah berbagi tugas dengan Alvicha. Alvicha menyiapkan tempat. Hanya walimah sederhana di halaman rumahnya. Ia ditemani Arva memesan tenda dan pernak-pernik.

Orang tua Faren datang tadi malam. Mereka menginap di samping kamar Arva. Zenda datang bersama anak-anaknya. Ghiffar berlari mengikuti pekerja penyewaan tenda yang sedang menata kursi. Rama segera mengikuti adiknya. Ia berlari dan memegang tangannya. Membawa Ghiffar ke dalam rumah Alvicha.

" Mi, abi mana? " Zenda menghampiri kedua anaknya. Ia berjongkok di depan keduanya.

Cup

Satu kecupan mendarat di pipi Zenda. Ia celingukan mencari siapa yang mencuri ciuman darinya. Gravin hanya tersenyum dan mengelus puncak kepala Zenda.

" Abi! " Rama dan Ghiffar memeluk Gravin. Gravin balas memeluk mereka. Zenda melotot bisa-bisanya suaminya itu menciumnya di depan umum di rumah orang pula. Gravin segera menggendong kembar dan meninggalkan istrinya yang masih melotot. Zenda menghela napas panjang dan berdiri.

Drrt drrt

Zenda mengangkat telepon.

" Hallo Vich... "

" Zen minta tolong dong. Bawa mobil kan lo? Bawain souvenir nih banyak. Mobil operasional dari toko mogok. Gue mau cek perlengkapan lain entar diomel Faren. Bisa gak Zen? "

" Bisa. Gue pamit sama mama lo nitip kembar. Entar kalau udah gue langsung cus ke sana. Masih di tokonya apa udah di jalan? "

" Masih di tokonya. Entar bilang aja mau ambil souvenir Facha gitu. Suruh bantuin angkat ke mobil juga. Udah gue bayar lunas. Udah gue kirim alamatnya ke ponsel lo. "

Future Pedang Pora (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang