11. Apa sih?

12.4K 560 0
                                    

Zenda telah sibuk berkutat di dapur restorannya. Ia telah menyelesaikan hidangan kelimanya. Bahkan chef baru hanya melihatnya karena semua pesanan ia kerjakan sendiri. Ia baru beristirahat tepat pukul satu siang. Ia meregangkan tangannya. Duduk di sofa. Ia belum menyadari perbedaan di ruang pribadinya. Terdapat satu buket bunga di meja. Ia mengamati dan mengambil note. Hanya satu kata. Lovely. Ia mengernyit. Ia meraih gagang telepon.

" Adele bisa ke ruanganku? "

" .... "

" Oke. "

Tak lama Adele mengetuk pintu dan masuk.

" Adele, ini dari siapa? " Zenda menunjuk buket bunga di depannya.

" Tadi ada tukang bunga mengantar untuk Zenda Aliksi Adimakayasa jadi saya taruh di meja. "

" Tidak ada pengirimnya? "

" Tidak. "

" Yasudah. Terima kasih. Ah satu lagi minta tolong bawakan es krim coklat porsi besar dan kepiting asam manis. Yang buat asisten Himi. Jangan yang lain. Cepat ya. Makasih. Sama air putih juga deh. "

♥♥♥

Zenda sedang beristirahat di ruang pribadinya. Ia memejamkan matanya setelah menghabiskan es krim dan kepiting asam manis. Setelah tidur sebentar ia mengganti bajunya dengan baju yang dipakai saat datang. Ia meraih kunci mobil. Tadi pagi Gravin tidak bisa mengantarnya. Ia berjalan ke parkiran dengan membawa buket bunga yang didapat di ruangannya.

Ia mengendarai mobil ke rumah orangtuanya. Gravin datang terlambat. Ia ke resto tapi Zenda baru saja pergi. Ia membuka ponselnya

Lovely wife
Abang, aku ke rumah bunda ya. Otw ini hehe😁😘😍

Ia melajukan motor menuju ke rumah orang tuanya. Ia meminta bantuan kepada bundanya untuk mempersiapkan kejutan untuk Zenda. Ia memarkirkan motor di garasi. Memasuki rumah orang tuanya. Keluarga besar telah berkumpul di rumah itu.

" Assalamualaikum. "

" Wa'alaikumsalam. Lah ini dia. Kamu dari mana Vin? " Budhe Faza yang memasukkan kue kering ke stoples menatap sosok yang baru memasuki rumah.

" Aku habis dari resto mau jemput Zenda. Tapi dia udah ke sini duluan. "

" Hahaha. Dia kecapaian tuh kayaknya. Tidur di kamar, " Gifra menimang anaknya yang tidur di pangkuannya.

" He em. Kayaknya dia tambah gemuk juga ya. Iya gak sih? Aneh juga sih adikku satu. Biasanya ketemu langsung nemplok aja kaya cicak tadi enggak. "

" Kalau itu mah karena dia udah punya suami lebih ganteng, lebih nyaman daripada kamu Zer. "

" Yee ngeledek. "

" Yaudah aku mau lihat Zenda dulu ya semua, " Semua mengangguk.

Gravin menatap sosok yang berbaring di ranjang. Tertutup selimut. Rambut panjangnya tergerai dan terlihat berantakan. Ia mengusap kepalanya. Kemudian mencium kening.

Ia mengambil handuk di lemari dan memasuki kamar mandi. Ia selesai dengan ritual mandi beberapa menit kemudian. Ia berdiri di depan lemari. Memilih pakaian dan memakainya. Zenda menatap suaminya yang masih berdiri di depan lemari mengusap-usap rambut basahnya. Ia menghampirinya. Sebelum Zenda sempat mengagetkan Gravin secara reflek menggunakan ketrampilan beladirinya. Zenda membalas dan membuka kuncian Gravin. Kegiatan mereka terhenti saat mereka terjatuh ke ranjang karena gerakan. Zenda sontak tertawa. Ia melihat wajah Gravin yang terkejut. Handuk yang digunakan untuk mengeringkan rambut sudah terjatuh entah di mana.

" Aduh sakit perutku haha kebanyakan ketawa hahahaha. "

" Kan handuknya kotor ish, " Gravin menaruh handuk yang tergeletak mengenaskan ke keranjang baju kotor.

" Ya abang lagian ngajak pakai kekuatan. Kalau aku gak bisa beladiri gimana? "

" Entah. Udah sana kamu mandi. Abang tunggu terus ke ruang keluarga. Gak enak kalau kita di kamar. "

" Malas mandi abang. Cuci muka aja ya? Ya ya ya. Abang gantengku boleh? Boleh. Oke siap kapten. "

Gravin hanya menggelengkan kepalanya. Siapa yang tanya siapa yang jawab. Zenda telah rapi walau tidak mandi. Ruang keluarga dan ruang tamu telah ramai. Gravin sengaja mengundang anak yatim dan memberi santunan setelah acara selamatan. Zenda hanya ternganga. Ia tidak tahu jika ada acara. Ia hanya mengira acara kumpul keluarga biasa. Ia bahkan tidur tidak membantu mereka menyiapkan.

" Abang, ada acara apa sih? Ko aku gak tahu. Abang juga ga ngasih tahu. Mana tadi aku tidur lagi gak bantuin, " Zenda berbisik sambil berjalan menggandeng tangan Gravin.

" Nanti kamu juga tahu sayang. "

Gravin dan Zenda duduk bersisian. Karpet yang terbentang dapat menampung banyak orang. Arfey sebagai MC membuka acara. Dimulai dengan pembukaan dan pembacaan Al Quran oleh salah satu anak yatim yang diundang. Kebetulan dia hafidz. Bacaannya merdu membuat tamu banyak yang meneteskan air mata. Kemudian sambutan diberikan oleh Gravin. Zenda membulatkan matanya. Ia masih bingung kenapa Gravin yang memberi sambutan.

" Assalamualaikum. Alhamdulillah kita panjatkan syukur kepada Allah sehingga pada kesempatan ini dapat berkumpul. Terima kasih kepada semua yang telah hadir dan membantu jalannya acara. Untuk keluarga besar Makayasa dan keluarga saya terima kasih. Untuk anak-anak dari Panti Hadirhoh terima kasih bersedia datang. Terima kasih untuk Ustadz Hamzari yang telah bersedia hadir dan memberikan tausiyah mati. Maaf karena telah merepotkan semua pihak. Terakhir untuk istriku tercinta maaf tidak memberitahu kamu ada acara ini. Maaf membuatmu bingung. Barakallah fii untuk sayang. Semoga selalu sabar, siap, kuat dalam menemaniku untuk mendampingiku mengabdi untuk ibu Pertiwi sampai akhirat. Semoga menjadi lebih baik dan semoga segera datang pangeran atau putri kecil di tengah keluarga kecil kita. Semoga kita semua dapat berkumpul di surga-Nya Allah kelak. Aamiin. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. "

Zenda menangis haru segera ia memeluk tubuh suaminya. Gravin membalas pelukannya. Setelah beberapa saat Gravin melepas pelukan. Ia merogoh saku celananya mengambil sapu tangan. Ia menghapus air mata istrinya.

" Jangan nangis sayang, "
Zenda tersenyum di sisa tangisnya.

Acara selanjutnya tausiyah dari Ustadz Hamzari. Kemudian pemberian santunan kepada anak yatim.

Acara telah selesai tapi mereka masih makan bersama. Makan memang sengaja setelah acara selesai agar suasana santai. Anak-anak yatim telah kembali setelah makan bersama. Zenda tidak lepas sedikitpun dari Gravin. Bahkan Gravin akan ke kamar mandi pun ia ikut ke dalam.

" Duh ya. Masih anget-anget pada mesra di sini. Tadi nangis-nangis sampai jilbabku basah tahu, " Gifra yang kebetulan duduk di dekat Zenda menjadi sasaran tangis Zenda saat Gravin memberikan sambutan. Padahal Gifra saat itu tengah memangku anaknya. Sehingga Budhe Faza meminta agar Lambang dipangkunya. Gifra duduk di sebelah Zenda.

" Maaf. "

" Gak papa Ze. Aku juga terharu tadi. Ko bisa si Gravin bikin acara ginian. Orang rumah juga pada gak tahu. Tahunya cuma suruh siapin Snack, makanan berat, minum, gelar karpet, siapin sound. Pakai baju sopan. Nah si pak MC juga tahu 10 menit sebelum acara dimulai pas anak-anak yatim tadi datang. Dasar untung loh cukup semuanya Vin. "

" Hehehe. "

Future Pedang Pora (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang