12. OTW LDR

12.1K 556 1
                                    

Ucapan selamat tak henti datang. Dari orang tua, mertua, keluarga besar, anak yatim dan anak buah Gravin serta tetangga di sekitar rumah dinas. Bungkus kado masih tergeletak di kamar bertumpuk belum dibuka. Setelah kejutan mengharukan dari suaminya. Ia kembali dikerjai oleh ibu-ibu Pia ardhya garini. Mereka menyuruh ke rumah Ibu Dandim. Sebelumnya mereka telah bersekongkol. Data laporan kegiatan Pia ardhya garini yang seharusnya dikirim sekertaris menjadi tugasnya karena sekertaris sakit. Itu hanya alibi agar ia membantu.

Zenda menyerahkan laporan ke Ibu Dandim. Ibu Dandim meneliti. Terdapat kesalahan pada pembelanjaan keuangan yang tidak sinkron. Akhirnya Zenda berkutat dengan laporan itu dan memperbaikinya. Padahal sudah ada laporan yang asli dan benar di tangan Ibu Dandim. Zenda bahkan mengabaikan restonya beberapa hari. Biasanya kalau tidak sempat ke resto ia akan menanyakan perkembangan setiap hari. Tapi karena tugas memperbaiki laporan ia tidak sempat. Ia duduk memangku laptop di depan Tv. Mengacak rambutnya frustasi.

" Kenapa sih? "

Gravin sudah tahu jika istrinya sedang dikerjai. Pura-pura tidak tahu.

" Abang, abang kan pintar suaminya Zenda Aliksi Adimakayasa bantuin ya gantengku. Pusing ah. Lagian tugas siapa masak aku yang benerin sih? "

" Yaudah sini Abang bantu, " Gravin akhirnya membantu mengutak-atik laporan.

Tok tok tok

" Siapa sih? Lagi pusing juga. Aduh bang jangan-jangan Bu Dandim. Aduh gimana bang? Kan belum selesai itu aduh Abang, " Zenda sudah kelabakan sendiri. Ia mengikat rambutnya asal. Memakai kerudung instan dan membuka pintu.

Mbak Sharla Dandim di depan pintu. Zenda mempersilakan masuk. Ia baru akan beranjak membuat minum. Tapi Mbak Sharla menyuruhnya tetap duduk. Zenda menurut.

" Bagaimana dik Gravin laporannya? "

" Emm itu mbak baru saya kerjakan. Ini belum dateline kan masih sampai pukul 24.00 mbak. "

" Dik, mbak gak mau mempersulit kamu. Tapi bagaimanapun itu sudah tanggung jawab kamu. "

" Maaf mbak. Saya minta maaf belum menjadi anggota yang baik. Saya baru mengerjakan setengah mbak. Saya janji nanti saya usahakan selesai mbak, " Zenda menunduk lesu. Ia ingin menangis sebenarnya. Tapi ia tidak mau.

Tiba-tiba rumah sangat ramai. Terdengar suara terompet dan kertas tabur.

Selamat ulang tahun kami ucapkan
Selamat panjang umur kita kan doakan
Selamat sejahtera sehat sentosa
Selamat panjang umur dan bahagia

Tiup lilinnya
Tiup lilinnya
Tiup lilinnya sekarang juga
Sekarang juga sekarang juga

Zenda masih terpaku di depan pintu. Ia tersadar karena disenggol Mbak Sharla. Ia meniup lilin. Gravin mempersilakan ibu-ibu Pia memasuki rumah dinasnya. Saat Zenda sibuk dengan laporan ia telah menyiapkan camilan dan makanan. Ia menyuruh istrinya membawa ke depan agar dicicipi ibu-ibu Pia.

" Dik Gravin maaf ya. Laporan kegiatan tidak usah dilanjutkan saja. "

" Tapi sedikit lagi selesai. "

" Laporannya sudah selesai, dik. Sudah dikirim ke atasan. Kami hanya mengerjaimu. Maaf ya dik. "

" Ha? Aduh saya sudah takut tadi lo mbak. Mbak Sharla datang marah-marah. Takut nanti suami saya lagi yang dihukum. "

" Haha kami juga sudah minta izin sama suamimu dik. Maaf ya dik tadi marah-marah. Kamu jadi repot ngurus laporan. Oh ya ini dari kita semua dik ibu-ibu Pia. Semoga apa yang diharapkan tercapai ya dik. "

" Terima kasih ibu-ibu saya terharu ini jadinya. Hehe. "

😖😖😖

Gravin tengah memasukkan baju-bajunya. Zenda bahkan hanya duduk menatap Gravin tanpa berniat membantu. Ia merasa sangat malas. Alvicha yang tengah sibuk dengan rencana pernikahan juga semakin sibuk karena Zenda jarang ke resto.

" Nah selesai, " Gravin menaruh ransel di dekat lemari. Ia duduk di sebelah Zenda. Memeluknya dari samping.

" Kamu baik-baik ya. Kalau kesepian ke rumah mama atau bunda aja. Jangan capai-capai. "

" Hmm. "

" Nurut kalau dibilangin jangan ngeyel. "

Zenda semakin ndusel-ndusel di dada Gravin.

" Kamu wangi abang. Seksi kalau gak pakai baju, " Zenda melepas kaos polo yang dipakai Gravin menyisakan tubuh polos dengan perut kotak-kotak. Zenda segera memeluknya semakin erat.

" Kenapa musti dilepas sih? "

" Ih gapapa. Nanti aku gak bisa meluk lagi kaya gini kalau abang udah berangkat. Beberapa jam lagi kan. "

😖😖😖

Zerva yang baru meletakkan tasnya ke sofa ruang tamu kaget. Ia ditarik keluar lagi oleh adiknya. Padahal ia belum sempat duduk.

" Ke mana sih dik? "
" Supirin motor Ayuk bang. Ke warung bakso pertigaan traktir. "

" Hah? "

Zerva berlari ke dalam mengambil dompetnya. Zenda telah memakai helmnya dan menunggu di samping motor Megaxon Zerva. Zerva berkesempatan mengganti bajunya dengan kaos dan memakai celana selutut. Karena lama Zenda sudah berjongkok sambil mencabuti rumput di halaman.

" Ayo dik. "

" Lama. "

" Udah naik. Kalau gak naik tambah lama kan? "

" Iya iya ini juga mau naik ish, " Zenda mencebikkan bibirnya. Lalu menaiki motor Zerva. Beruntung ia memakai celana panjang karena luarannya rok. Ia memeluk perut Zerva dan menumpukan dagunya pada bahu kanan Zerva.

" Abang cepetan! Kita udah di sirkuit ini, " Zerva menambah kecepatan motornya. Lima belas menit mereka sampai di depan warung bakso sederhana. Zenda segera masuk tanpa menunggu Zerva. Bahkan ia masih mengenakan helm. Pengunjung menatap Zenda aneh. Tapi ia tetap cuek. Ia menunggu di kursi pojok. Zerva kemudian duduk di sebelahnya. Melepas helm yang masih ada di kepala adiknya. Zenda yang tersadar hanya nyengir.

" Kenapa sih adik abang ini? Dari pas kamu ultah jadi tambah aneh tahu gak dik. "

" Emang iya? "

" Iya. Kamu dikasih apa sih sama si Gravin curut itu? "

" Ih bang Gravin ganteng bukan curut abang. "

" Iya deh. Kamu udah pesenin Abang kan? Abang juga lapar nih. "

" Belum hehe. Aku pesan 2 buat aku sendiri. Sana Abang pesen, "
Zerva menghela napas. Sabar Zer. Batinnya. Ia bangkit kemudian memesan bakso dan air mineral.

😖😖😖

" Huh makasih abangku kakakku sayang. Udah ditraktir bakso, sama beli jajan, " Setelah makan bakso Zenda mengajak kakaknya ke mini market. Lagi ia menyuruh Zerva yang membayar.

" Iya. Gitu aja terus dik. Nanti kalau Abang nikah kamu harus iuran loh awas aja kalau gak. Abang gak punya uang buat nikah orang kamu minta terus, " Zerva menggerutu.

" Iya deh. Nanti aku bilang bang Gravin suruh transfer ke abang. "

" Eh gak lah dik. Abang bercanda. Jangan sedih gitu. Abang ikhlas buat adik abang, " Zenda memeluk Zerva erat. Zerva mengelus kepala adiknya yang tertutup jilbab. Tidak ada suara jawaban. Ia melihat adiknya ternyata telah tidur. Ia mengangkat ke kamarnya.

😖😖😖

Tok tok tok

" Zenda sudah bangun nak? Makan yuk. "

" Iya Bun. Sebentar. "

Future Pedang Pora (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang