N - Alasan

803 91 17
                                    

( Np : Payung teduh - Sisa kebahagiaan )

Nada

Juni, 2017 

" Hahahaha "

" Kemanapun lo lari pasti gue kejar "

" Ke neptunus? "

" Gue kejar "

Semakin lama suara brian semakin kecil, apa brian sudah menyerah ?

Benar saja, laki-laki yang sekarang sedang tiduran dipinggir pantai dengan kaos putih tipis serta celana jeans hitam yang masih melekat dikaki jenjangnya sejak kemarin .

Gue menghampiri brian yang mungkin sudah kecapean sedari tadi mengejar gue

" Bri "

Gue melihat sebagian wajah bri yang sudah berkeringat dengan butiran pasir pantai yang menempel disebagian wajah tampannya

" Ah lemah banget "

" Capek nad " Jawabanya dengan nafasnya yang masih terengah-engah

" Katanya mau ngejar gue sampe neptunus? "

" Ga ah gue nyerah , asli lo larinya kenceng banget, jujur sama gue " Brian mulai duduk bersila menyamakan posisinya dengan gue sekarang " jujur yah sama gue ? pokoknya lo harus jawab jujur "

" Jujur apaan ? " Kalian tau, jantung gue sekarang seperti habis lari ratusan kilo meter

" Lo ...  atlet lari yah ? "

" HAH? "

" Iya, lo atlet lari yah? Kenapa kaget ? "

Ini manusia satu kenapa selalu membuat gue berpikiran yang tidak-tidak ?

" Gak papa, kirain mau tanya apa? "

" Emang lo ngiranya gue mau tanya apa ? "

" Gak "

" Nad, jawab pertanyaan gue "

" Pertanyaan yang mana? "

" Yang atlet lari "

" Becanda lu "

" Gue serius tanya "

" Bukan bri "

" Tapi lari lo kenceng banget kaya naik motor "

" Udah bawaan lahir "

Tiba tiba laki-laki ini mengambil kacamata yang sedari tadi menempel diatas kepala gue dan memakainya

" Nad, ganteng ga sih gue "

" Gak "

" SERIUSAN ????"

" Masih gantengan ayah gue "

" Yaampun nad, kalo dibandingin sama ayah lu mau sampe air laut rasanya asempun masih tetep cakepan calon mertua gue "

" Gimana bri gimana ? "

" Gak, dipantai banyak nyamuk yah ternyata " kemudian laki-laki ini menepuk-nepuk kaki dan tangannya seakan-akan memang banyak nyamuk dipesisir pantai.

Apakah gue salah, untuk saat ini  dipinggir pantai gue seperti mendengar lagu ada disana milik danilla ? masalahnya dipantai ini memang sangat sepi, mungkin hanya beberapa orang dikarnakan memang sudah terlalu sore dan hanya beberapa manusia yang memilih untuk menetap disini menyaksikan matahari tenggelam seperti kami . Gue tahu menyaksikan matahari terbenam dipinggir pantai itu sangat indah, tapi gue tidak pernah menyangka kalo akan seindah ini ? apa karna laki-laki yang sedang duduk disebelah gue ini yang jadi penyebabnya ?

Gue memperhatikan pasir pantai yang masih menepel dipelipis dan rambut hitamnya , aneh, mengapa pasir bisa memberi kesan indah pada seseorang

" Bri , banyak pasir dirambut lo "

" Ahh " Laki-laki ini mulai mengusir paksa pasir yang sedari tadi menghiasi rambutnya

" Sini gue bantuin " Gue mulai melakukan apa yang harus gue lakukan " Tar abis ini mandi yang bersih yah " Brian hanya mengangguk dan tersenyum layaknya anak kecil yang diperintah oleh ibunya kalo habis main kotor-kotoran itu harus mandi yang bersih

Suara ombak dan angin laut yang menyatu adalah salah satu yang paling membuat gue tenang, entah mengapa gue selalu menyukai apapun itu tentang pantai, Gue selalu yakin setiap ombak yang datang selamanya akan ombak yang sama, kepergiannya hanya bersifat sementara mungkin karna ada sesuatu yang mereka ingin temui dipesisir pantai , mungkin kekasihnya

" Nad, gue mau jujur sama lo " Dengan tangan yang mendekap kaki serta dagu yang sekarang sudah berada diatas lututnya " Gue ga pernah sebahagia ini " Brian tersenyum kearah gue kemudian kembali lagi menatap lurus kedepan " Seinget gue, terakhir kali gue ngerasain bahagia seperti ini 9 tahun yang lalu mungkin "

Akhirnya bri , apakah hari ini lo memberikan rasa percaya itu ?

" Lo tau nad, Keluarga gue tidak seperti keluarga-keluarga yang lainnya ... keluarga gue berbeda nad " Gue mulai melihat brian mengusap pipinya " Berantakan "

Gue bisa mengerti arti dari kata " Berantakan " yang brian maksud

" Terakhir kali gue ke pantai sore hari begini bersama 3 orang, yang gue ingat cuma dua orang dari tiga orang itu, ibu dan mas dimas, dan yang satunya sudah lama hilang dari ingatan gue "

Brian sekarang memakai kacamatanya, gue tau dia hanya tidak ingin memperlihatkan kesedihannya

" Bri " Gue mulai mendekap brian

" Gue selalu iri dengan mereka yang bisa menghabiskan waktu dirumah tanpa ingin pergi jauh, sedangkan gue sebaliknya gue selalu ingin pergi dan tanpa rasa ingin kembali ... dan satu satunya alasan mengapa gue masih ingin pulang hanya ada satu alasan, yaitu ibu, gue gak pernah rela dengan orang yang sudah membuat ibu sesakit itu " dan gue hanya bisa menepuk-nepuk pelan punggungnya  " Lo tau nad? Ibu gue itu cantik , lo aja kalah cantik,  dan lo harus ketemu sama dia "

" Iya bri " Gue hanya menjawab singkat

Tidak lama bri melihat kearah gue

" Nad, kok nangis  ? " Brian mulai panik dan menanya-nanyakan kenapa gue menangis, ya dia pikir saja, siapa yang tidak menangis mendengar ceritanya " Lo nangis karna gue bilang lo kalah cantik sama ibu gue yah ? "

" Hahaha gak ih "

" Terus lo nangis kenapa ? "

" Gak papa "

Bri hanya tersenyum tipis dengan mata yang tidak bisa gue tebak apakah dia menangis atau tidak , dan hannya satu yang pasti, bibirnya boleh tersenyum tapi hatinya tidak, yah memang manusia selalu seperti itu termasuk gue

" Sorry yah nad, ternyata gue tidak sesempurna itu "

Gue hanya menggeleng mendengar perkataannya

Setelah kalimat maaf  itu tidak ada lagi satu kalimat maupun satu kata yang keluar dari mulut kami berdua , kita hanya menikmati rasa sepi ini , brian dengan rasa sepinya  dan gue menikmati rasa sepinya yang dimiliki brian dan itu menyakitkan untuk gue

Terkadang hanya satu alasan yang membuat kita bertahan, terserah apa itu alasannya yang pasti alasan itu selalu menyelamatkan lo dari kehilangan, kehilangan diri 

Ps

Halo , maaf yah baru bisa lanjutin ini, jujur kangen banget sama semuanya yang ada disini :( emoga suka yah :)

R U Mine ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang