Nares
Juni, 2017
Pertemanan dan cinta memang tidak bisa selalu beriringan salah satunya perlu ada yang dikorbankan apalagi ketika lo mencintai seseorang yang sama dengan seseorang yang sudah lo anggap keluarga sendiri . Mungkin pikiran egois selalu muncul dikepala gue sewaktu waku tapi sepertinya malaikat dikepala gue selalu menang . Gue terlalu takut untuk kehilangan teman dibandingan kehilangan kekasih entah mengapa pikiran ini selalu muncul dikepala gue entah siapa yang menulis ini dengan spidol permanen dikepala gue rasanya gue ingin mengucapkan terimaksih dan menghajarnya sekaligus .
Oh iya gue saat ini berada distudio dengan dewa . kondisi studio saat ini benar-benar kacau, seperti ada sampah mie dan minuman kaleng diatas meja yang belum dibuang kemarin malam atau jaket jeans yang berada dipojok ruangan yang gue yakin itu belum dicuci berbulan-bulan . Iya menurut gue itu sudah ditahap berantakan , dan alasan mengapa gue selalu menyempatkan diri untuk mampir kestudio Cuma satu , enggak, gue bukannya rindu gitar kesayangan gue ataupun mau latihan , gue mampir kestudio cuma buat bersih-bersih dan saat gue bersih-bersih kalian bisa mendengar suara gue seperti ibu tiri yang marahin anak-anaknya karna ya apa gue benci kalo liat ruangan berantakan tuh dan yang sering gue marahi ada 2 ekor yaitu peternak kura-kura sama pecinta teh tarik , ya gue tidak perlu sebutkan nama mereka siapa .
Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu studio
" De siapa tuh bukain " Gue melirik dewa yang masih sibuk dengan handphonenya " De ? "
" Palingan 2 manusia berisik "
Gue mengingat-ngingat siapa 2 manusia berisik yang dewa maksud . dan langsung terdengar
" ASALAMUALAIKUM PAK HAJI " Brian melirik gue " Wih nar sehat lo ? " Brian tertawa kemudian mengampiri gue " Gela baru beberapa hari gaketemu lo makin ganteng gini nar ? "
Dan kalian bisa tebak reaksi gue seperti apa pas brian mengatakan itu . Iya semenjak kejadian itu gue dan brian memang jarang bertemu, waktu bertemu kita memang selalu tidak pas entah memang disegaja ataupun alasan lainnya
" Oh iya gue Lupa " Brian menghampiri reza yang sedang memegang plastik putih yang gue yakin isinya pasti sesuatu yang bisa dimakan karna ada aroma keju yang gue cium " Ja sini plastiknya " Brian merebut plastik dari tangan reza " Lo mainin handphone terus, udah tar adel bakal baik lagi kok "
" Kenapa lagi ja ? " Gue mendekati reza
" Biasa nar adel "
" Oh " Gue hanya mengangguk mengerti apa yang dimaksud kata ' Biasa ' itu
Brian mulai membuka kotak yang sedari tadi terbungkus plastik dan pas dibuka ternyata sesuai harapan gue, martabak keju ditengah malam
" Wih tumben lo bawa ginian " Gue bisa melihat mata dewa seperti menemukan harta karun
" Halah lu tumben-tumben kan biasanya gue memang sering bawa makanan " Protes Brian
" Kan biasanya lo Cuma bawa buat porsi lo seorang "
Gue yang saat itu bisa dikatakan laper selapernya manusia dan langsung mengambil sepotong martabak yang gue setuju kalo ada orang ini adalah harta karun makan gue akan memberinya jempol tanda setuju dan gue tidak berniat ikut berdebat dengan brian maupun dewa .
" Oh iya gue lupa lagi " Brian menepuk kepalanya dan mulai mengambil satu kantong plastik lagi yang berada didepan pintu " Nih de buat lu " Brian memberikan beberapa kaleng milo kedewa " Dan ini buat lo nar "
Gue memperhatikan 2 botol minuman ditangan gue yang gue rasa ini tidak mungkin berasal dari brian karna gue tahu yang sering memberikan gue minuman ini cuma ada satu orang didunia ini

KAMU SEDANG MEMBACA
R U Mine ?
Ficção GeralBrian : " Bubur ayamnya jangan pake kacang yah pak , awas ketuker lagi " Nares : " Iya iya gue diperpus " Dewa : " Mas nares milonya jangan lupa" Reza : " Teh tarik tuh sebenernya terbuat dari apa sih ? " Wildan : " Bu, ini pesenanya dikirim ke sia...