__
Ji Hyuk menatap Syafa dan Ji Eun dari kaca mobil. Kedua gadis itu sedang duduk diam dikursi belakang mobil miliknya. Pria itu belum habis pikir kalau permintaan 'asisten barunya' kemarin adalah mengizinkan temannya untuk selalu ikut dengannya. Apa ini? Apa 'asisten barunya' itu berpikir kalau Ji Hyuk benar-benar seorang pembunuh ?
"Hey, sebenarnya siapa yang atasan sekarang ?"
Ji Hyuk berkata sambil terus mengemudikan mobilnya sementara Syafa dan Ji Eun hanya mampu saling bertatapan.
"Jeosonghamnida"
Kedua gadis itu kemudian berkata sambil membungkukkan tubuh.
"Sudahlah. Lagipula aku menyuruhmu untuk menjadi asistenku hanya untuk lima bulan sampai tuan Kim kembali. Bukankah itu waktu yang singkat ?"
"Ah, dan kenapa kau ingin membawa temanmu setiap kali ingin bertemu denganku ? Apa kau takut jika kejadian di hotel beberapa bulan yang lalu terjadi lagi ?"
Ji Hyuk terus berceloteh sementara Syafa dan Ji Eun hanya mampu mendengarkan kalimat apa saja yang terlontar dari bibir direktur Choi itu.
"Kenapa pria ini terus menyinggung pertemuan pertama mereka? " Syafa berkata dalam hati.
Walaupun Syafa sudah menceritakan kejadian di hotel itu pada Ji Eun tapi entah mengapa dia masih merasa canggung saat pria itu menyinggungnya lagi. Huh!
"Dan lihatlah sekarang. Aku seperti seorang supir yang sedang mengantar atasannya pergi bekerja"
Ji Hyuk lagi-lagi berceloteh.
"Aku pikir dia tipe pria pendiam"
Ji Eun berkata pelan tapi masih bisa di dengar Ji Hyuk.
"Hyaa"
Syafa menyikut lengan Ji Eun pelan.
"Ehem"
Ji Hyuk berdehem kemudian memperbaiki dasinya. Detik berikutnya pria itu kembali dengan gaya dinginnya.
*****
Ji Eun menatap Ji Hyuk yang kini sibuk di meja kerjanya kemudian beralih menatap Syafa yang sekarang hanya duduk diam disampingnya. Oh, ayolah. Apa gadis ini tidak merasa bosan. Sudah dua jam mereka seperti ini. Duduk diam dan menunggu perintah dari Ji Hyuk.
"Hey, apa kau tidak lelah ?"
Kruuukk kruuukkk ...
"Kau dengar. Bahkan perutku sudah memberikan isyarat"
Ji Eun memegang perutnya.
"Sabarlah. Sedikit lagi"
Ji Eun mengerucutkan bibirnya kemudian menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa yang ia duduki bersama Syafa.
"Lagipula apa pria itu tidak mempunyai perut ? kenapa dia bisa tahan bekerja bahkan saat tidak makan apapun selama dua jam ? apa dia bukan manusia ? apa dia robot ?"
Ji Eun terus berceloteh sementara Syafa hanya dapat tersenyum menanggapi perkataan Ji Eun. Gadis itu kemudian memegang perutnya. Sebenarnya dia juga merasa lapar.
"Ah, aku tahu"
Ji Eun tiba-tiba bersuara.
"Aku akan pergi dan mengatakan padanya kalau kita akan beristirahat untuk beberapa menit saja"
"Hyaa .. jangan lakukan itu. Cukup diam dan ...."
Syafa menghentikan ucapannya saat melihat Ji Eun sama sekali tidak memperdulikan perkataannya dan tetap pergi menghampiri Ji Hyuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Syafa (한강에 황혼)/COMPLETED
RomanceKisah cinta seorang gadis muslimah (Syafa) dan CEO korea bermulut kasar (Ji Hyuk). Bisakah mereka bersama dengan perbedaan keyakinan yang mereka miliki ? "...jika saja aku tahu kita tidak bisa bersama maka aku berharap rasa ini benar-benar berubah...