Sebelum baca, yuk di vote Dulu!
****
Dira Pov
Aku, Nadira Andriyani Wijaya, putri tunggal dari pasangan Herman Wijaya dan juga Adinda Wijaya. Umurku baru menginjak usia dua puluh lima tahun. Sudah menyelesaikan kulian S2 ku, dan kini menjadi asisten manager di perusahan terbesar milik ayah.
Aku harus menerima kenyataan, bahwa aku harus menikah dengan pria pilihan kedua orang tuaku. Karena aku yakin, pilihan mereka adalah sesuatu yang akan membuat aku bahagia.
****
Aku memperhatikan Faisal yang berada di sebelahku. Nampak raut wajah lelah dan bingung tersirat di wajahnya. Ia memperhatikanku, kemudian ia tersenyum tipis, membuat aku pun ikut membalas senyumnya, memandangi wajahnya yang menurutku sangat, tampan.
"Faisal, perkenalkan ini tuan Herman Wijaya dan ini istri nya nyonya Adinda Wijaya. Dan gadis cantik ini adalah calon istrimu Nadira. Cantik bukan?" ucap Nyonya Adhitama menjelaskan.
Aku melihat ada raut terkejut, tak percaya, dan bingung menjadi satu. Terlihat jelas dari wajah Faisal yang aku yakini dia juga terkejut akan perjodohan ini, sams seperti ku saat ayah membicarakan ini di rumah ku kemarin malam.
Flashback...
"Nadira ... Kamu sedang apa, Nak?" tanya Ayahku setelah memasuki kamarku.
Aku yang tengah mengecek beberapa dokumen di dalam tabletku pun menoleh. Aku tersenyum manis saat ayah menghampiriku yang kini duduk dipinggir kasur, Ayah duduk disebelahku.
"Ada apa, Yah?" tanyaku, lalu aku menaruh tablet milikku keatas nakas setelah mematikan nya.
Ayah mengelus rambutku dengan lembut, dari sorot matanya, nampak beliau tengah menatapku sendu, seakan takut kehilangan ku.
"Anak Ayah sudah besar, ya?" kata Ayah. Lalu ia menjauhkan tangannya dari rambutku, lalu menggenggam tanganku dengan lembut.
"Ada apa, Ayah?" tanya ku sekali lagi.
Ayah menghela nafas panjang. "Nak, kamu mau, kan? Menerima perjodohan yang akan Ayah lakukan dengan keluarga Adhitama," kata Ayah, membuatku tertegun.
Aku terdiam, melamun memikirkan apa yang baru saja dikatakan oleh ayah. Meneriman perjodohan? Menikah dengan pria pilihan ayah, begitukah?
Aku ingin menolak, impianku sejak kecil adalah ingin menikah dengan laki-laki yang mencintaiku, dan akupun mencintainya, membina rumah tangga yang harmonis dengan keluarga kecil kami yang dilingkupi dengan suka cita. Tapi, jika aku menolaknya, Ayah pasti akan sangat kecewa kepadaku.
Ayahlah yang selalu ada di dekatku saat aku kesulitan, aku lebih dekat dengan Ayah dibandingkan Bunda. Apa ... sebaiknya aku menerima perjodohan ini saja?
"Dira ... Ayah tau ini pasti sulit untukmu. Tapi ini Ayah lakukan untuk kehidupan keluarga kita, Ayah ingin melakukan kerja sama dengan keluarga Adhitama agar bisa menopang perusahaan Ayah dan memperluas saham perusahaan Ayah." Ayah masih menatapku dengan tatapan sendu dan tak enak hati.
Sudah kuduga, Ayah melakukan perjodohan ini untuk bisnis, ingin menolak. Tapi aku tak ingin Ayah membenciku dan marah padaku. Namun, aku harus bagaimana?
"Jangan khawatir, Dira. Calon suamimu orang baik-baik. Ayah sudah mengenal keluarga mereka sejak lama. Dan Ayah yakin, mereka akan suka kepadamu. Jika kau masih memikirkan tentang cinta, perlahan namun pasti, jika kalian jalani bersama dan saling terbuka, Ayah yakin kamu lambat laun akan mencintainya," ujar Ayah menyakinkanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Wedding [Complete ✓] Tahap Revisi
Chick-Lit"Aku ... hamil," lirihku. Aku menunduk, tak berani untuk menatap matanya yang memandangku dengan tajam dan menusuk. Hening. Rasanya, suasana di ruang makan kini terasa semakin mencekam. Aku memberanikan diri untuk mendongak menatapnya secara perlaha...