Dira POV
Hari yang di tunggu tunggu oleh kedua orang tua ku tiba. Yah, tepat hari ini dimana aku akan menjadi seorang istri dan aku memulai kehidupan baru ku.
Siap tidak siap, aku harus menerima semuanya. Aku benar-benar tak ingin mengecewakan kedua orang tua ku. Mereka telah berjasa merawat ku sejak kecil hingga aku tumbuh menjadi wanita dewasa seperti sekarang. Maka dari itu, kini tugasku untuk membalas kebaikan kedua orang tua ku.
Kni aku berada di depan meja rias dikamarku, sambil menyaksikan Faisal yang sedang mengucap kan ijab kabul. Ayah menyuruh saudara sepupu ku untuk merekam adegan saat Faisal ijab kabul agar aku bisa melihatnya dari layar monitor laptopku yang ku taruh di meja rias.
"Saya terima nikah dan kawinnya Nadira Andriyani Wijaya binti Herman Wijaya dengan emas kawin tersebut dibayar tunai." ucap Faisal dengan tegas dan lantang.
Membuatku terkagum melihatnya. Ia sangat tampan sekali dengan setelan jas itu, ditambah lagi dengan peci, membuat aku semakin jatuh hati padanya. Faisal memang terlihat dingin dan tak menginginkan pernikahan ini. Namun, agar nama baik keluarganya tidak hancur, Faisal tampak harus bersabar menerima apa yang harus terjadi. Sama seperti diriku.
"Bagaimana para saksi, sah?" ujar pak penghulu yang masih menjabat tangan Faisal.
"SAH!" seru semua orang yang berada diruang tamu yang sekarang telah didesain sebagai tempat ijab qobul dan juga menyambut para tamu.
Tak terasa aku meneteskan air mata haru menyaksikan nya.
'Semoga pernikahan ini membuat ku bahagia.' aku berdoa didalam hatiku pada sang kuasa saat meneteskan air mata.
Aku hanya ingin menikah sekali seumur hidup. Walaupun pernikahan ini terjadi karena sebuah paksaan, aku akan tetap berusaha membina rumah tangga ini agar sakinah mawadah dan warahmah.
"Hai sayang, kok nangis sih." ucap Bunda membangunkan ku dari lamunan.
Entah sejak kapan, aku tak sadar bunda sudah berada di belakang ku. Sedari tadi, aku memang sendirian berada di kamar. Mungkin setelah para saksi mengucapkan kata 'sah' bunda datang untuk menjemputku.
"Eh? Bunda. Enggak kok, Bun. Aku gak nangis. Aku cuma terharu aja lihat nya." ucapku jujur sambil menghapus air mata ku. Kemudian aku tersenyum, menoleh kesamping menatap wajah Bunda.
"Anak Bunda sudah besar ternyata. Sudah menjadi istri orang. Makasih yah sayang, kamu mau menerima perjodohan ini," ucap Bunda sambil memelukku, lalu aku merasa kebaya yang aku kenakan ditetesi air mata. Sepertinya Bunda juga ikut terharu.
"Bunda gak perlu berterima kasih sama aku, Bunda. Kalau Bunda dan Ayah bahagia, aku juga bahagia, Bunda," kataku lembut sambil membalas pelukan Bunda.
"Ekhm. Udah dong nangis nya masa menantu Mommy menangis," ucap Mom yang ternyata sudah berada di ambang pintu kamarku, sehingga aku melepaskan pelukan bunda.
"Enggak kok Mom aku gak nangis," ucapku terkekeh menatap mommy. Mommy tersenyum sambil geleng-geleng kepala. Ia tak merubah posisinya, masih berada diambang pintu kamarku.
"Udah yuk turun, yang lain udah nungguin dibawah." kata Bunda lalu menegakkan kembali posisinya sambil merapikan riasannya yang sedikit acak-acakan karena tadi menangis.
Aku mengangguk, lalu turun kebawah bersama Bunda dan Mommy dibelakangku. dan aku melihat banyak tamu yg menatap ku, tapi aku terfokus pada Faisal dengan setelan jas hitam dan juga peci hitam yang menambah kesan ketampananya. Ia benar-benar sangat tampan. Bagaikan pria pangeran.
Aku pun duduk di sebelah Faisal setelah berada di dekatnya. Mom dan Bunda pergi mendekati Ayah dan juga Daddy. Lalu penghulu menyuruh ku memakaikan cincin pada Faisal dan begitupun sebaliknya. Setelah itu, penghulu menyuruhku untuk menyalimi tangan Faisal dan juga dia mengecup kening ku lama sangat lama dan begitu lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Wedding [Complete ✓] Tahap Revisi
ChickLit"Aku ... hamil," lirihku. Aku menunduk, tak berani untuk menatap matanya yang memandangku dengan tajam dan menusuk. Hening. Rasanya, suasana di ruang makan kini terasa semakin mencekam. Aku memberanikan diri untuk mendongak menatapnya secara perlaha...